1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

10 Tahun Keanggotaan ex Pakta Warsawa di NATO: Kesetiaan terhadap AS

12 Maret 2009

Menyusul runtuhnya komunisme di Eropa tahun 1989/90, sebagian besar pemerintah negara-negara Eropa Timur segera berpaling dan mengajukan diri menjadi anggota Uni Eropa dan NATO.

Sambut keanggotaan negaranya, tentara ceko kibarkan bendera NATO, 12.03.99Foto: picture-alliance / dpa

Untuk menjadi anggota Uni Eropa, persyaratan dan prosedurnya begitu rumit, sehingga prosesnya sangat panjang. Adapun proses keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO, ternyata berlangsung cukup cepat.

Pada tahun 1997, Sekretaris Jenderal NATO waktu itu, Javier Solana, menyampaikan kabar gembira bagi tiga negara bekas blok komunis:

"Hari ini para kepala negara dan pemerintah anggota NATO menyetujui bahwa Ceko, Hungaria dan Polandia bisa dimulai proses perundingannya untuk menjadi anggota NATO.“

Sekitar dua tahun kemudian, pada 12 Maret 1999, ketiga negara itu memperoleh keanggotaan penuh. Selanjutnya, tiga negara bekas anggota Pakta Warsawa itu langsung mengembangkan diri dengan ambisi besar, untuk membuktikan bahwa mereka merupakan anggota NATO yang handal. Bahkan mereka juga tegas condong ke Amerika, dalam persoalan kritis.

Saat Presiden George Bush melancarkan perang sepihak di luar mandat PBB, tiga negara ini memihak Bush, dengan turut serta mengirim kontingen tentara. Padahal NATO, menolak operasi militer ini. Segera Menteri Pertahanan Amerika Serikat memanfaatkan kecenderungan ini untuk memancing sentimen yang memetakan Eropa berdasarkan apa yang ia sebut Eropa Tua dan Eropa Muda.

"Kalau bicara tentang Eropa, Anda langsung terpikir Jerman danb Prancis. Buat saya itu Eropa lama. Jika Anda mengamati NATO secara keseluruhan sekarang ini, maka pusat gravitasi bergeser ke arah timur.“ Demikian dikatakan Donald Rumsfeld kala itu.

Upaya mendekatkan diri ke Amerika ketimbang NATO sebagai institusi, mengemuka lagi dengan tegas beberapa tahun kemudian. Pemerintah Ceko dan Polandia menyepakati rencana pertahanan baru Presiden Bush, untuk menggelar sistem penangkal rudal di wilayah mereka. Ini menciptakan ketegangan besar dengan Rusia, yang menuntut dibatalkannya rencana itu.

Namun angin baru menerpa Amerika. Barack Obama, penenetang perang Irak, dan tokoh yang tampak lebih percaya pada dialog, memenangkan kursi presiden. Berubah pula keseimbangan politik pertahanan di Eropa. Polandia dan Ceko kini justru kikuk posisinya.

Pemerintahan Obama ingin membuka persepektif baru hubungan dengan seteru-seteru lama Amerika seperti Rusia dan bahkan Iran. Sesuatu yang diistilahkan sebagai mengeset ulang semua tombol.

Presiden Obama juga mengisyaratkan kemungkinan membatalkan pemasangan sistem penangkis rudal yang diprotes Rusia. NATO pun mengambil sikap lebih lunak terhad Rusia. Misalnya dengan memulihkan hubungan konsultasi khusus yang dibekukan sejak invasi Rusia ke Georgia, kendati awalnya Polandia dan Ceko keberatan.

"Para menteri luar negeri NATO mencapai kesepakatan untuk secara resmi menghidupkan lagi Dewan Rusia-NATO secepatnya setelah pertemuan puncak NATO di Strasbourg dan Kehl nanti.“ Demikian dinyatakan Sekretaris Jenderal NATO Jaap de Hoop Scheffer.

Yang menjadi kekuatiran Polandia, Ceko, Hungaria dan para anggota bekas Pakta Warsawa bahwa NATO mengorbankan kepentingan mereka demi berbaik-baik dengan Rusia. Kekuatiran ini berusaha ditepiskan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dalam kunjungannya di NATO pekan lalu:

"Kami berniat untuk bekerja sama dan mendukung seluruh anggota NATO. Kami juga sangat menyadari mengenai kepedulian khusus sejumlah negara di Eropa Timur, yang punya pengalaman panjang di bawah Rusia. Kami mendengarkan suara mereka untuk berbagai dialog nanti, baik NATO-Rusia maupun AS- Rusia, maupun berbagai bentuk diskusi lain."

Yang menarik untuk dicermati, sejauh mana ketakutan masih menjalar di negara bekas blok Soviet di Eropa Timur. Faktor yang membuat negara-negara itu bisa berubah-ubah kiblat, antara keanggotaannya di NATO dengan pemihakan penuh terhadap negara adi daya Amerika Serikat. (gg)