1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

11 Orang Tewas dalam Serangan terhadap Masjid di Thailand Selatan

9 Juni 2009

Masyarakat desa menuduh militer Thailand berada di baliknya. Panglima Militer Jendral Anupong Paojinda menyangkal dan menuding kelompok pemberontak.

Warga desa Cho-ai-rong mengantar jenazah korban ke pemakamanFoto: AP

Sekitar 1000 warga desa berkumpul di dekat masjid di distrik Cho-ai-rong, di provinsi Narathiwat hari Selasa (09/06), mengikuti upacara pemakaman para korban penembakan. Senin malam (08/06), enam orang berkedok menyerang masuk ke dalam masjid dari arah yang berbeda-beda, lalu menembaki jemaah. 11 orang, termasuk imam di masjid itu tewas. Lebih dari 15 orang cedera.

Warga setempat menduga, serangan itu dilakukan anggota milter Thailand. Menurut mereka, kelompok pemberontak tidak mungkin menyerang tempat beribadah. Namun Ketua Majelis Islam Narathiwat, Abdul Rausa Aree, menyatakan peristiwa itu masih harus diinvestigasi oleh pihak berwenang untuk mengetahui siapa di balik serangan tersebut. Juga pihak militer menyatakan, belum mengetahui kelompok pemberontak mana yang bertanggung jawab untuk peristiwa itu.

Juru bicara militer Kolonel Parinya Chaidilok menyatakan, tak ada militer Thailand yang terlibat dalam penembakan itu. Disebutkan, ada pihak tertentu yang berusaha menyudutkan militer. Serupa dikatakan atasannya, Panglima Militer Thailand Jendral Anupong Paojinda yang menuding kaum separatis militan sebagai pelaku aksi berdarah itu. Di tiga provinsi Thailand Selatan, Pattani, Yalla dan Narathiwat hampir 90% penduduknya beragama Islam. Sebelum menjadi bagian dari Thailand, ketiga provinsi ini merupakan bagian dari Malaysia. Kelompok separatis di kawasan itu sudah bertahun-tahun memperjuangkan kemerdekaan dari Kerajaan Thailand yang Buddhistis.

Belakangan, aksi-aksi serangan kembali merebak di Thailand selatan. Sebuah bom di tepi jalan mencelakai tujuh orang tentara. Sedangkan di provinsi Yala, seorang buruh perkebunan karet yang beragama Islam ditembak mati oleh orang tak dikenal. Hampir setiap hari terjadi serangan dan pemerintah selalu menyalahkan kelompok separatis.

Ahli politik dari Universitas Assumption di Bangkok, Warayut Sriwarakuel mengatakan, "Yang terjadi di Selatan itu bukan masalah agama. Melainkan masalah politik. Ada sekelompok orang yang mengidamkan kemerdekaan dan berusaha mencapainya dengan menyulut konflik di antara kelompok-kelompok agama.“

Kelompok-kelompok hak azasi manusia sudah berulangkali mengingatkan dan menuduh pemerintah Thailand melakukan pelanggaran HAM di provinsi-provinsi selatan Thailand, termasuk menggunakan kekerasan berlebihan, yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban yang tak bersalah. Salah satu contohnya, pengepungan terhadap sebuah mesjid di tahun 2004 yang menewaskan 32 orang terduga pemberontak. Menghadapi isu sensitif ini, Wakil Perdana Menteri Thailand Suthep Thaugsuban, yang bertanggung jawab keamanan nasional, tak bersedia mengatakan lebih banyak, sebelum menerima laporan resmi.

Thaugsuban baru menugasi Jendral Anupong Paojinda untuk segera ke Thailand Selatan guna melacak dan menggiring pelaku serangan ke pengadilan. Penembakan hari Senin (08/06) terjadi beberapa jam setelah perdana menteri Thailand dan Malaysia menyepakati kerjasama lebih intensif dalam penanganan kawasan yang terus bergolak ini.

EK/afpe/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk