120.000 Pengungsi Somalia di Dolo Ado
25 Agustus 2011Sherif Dahir tiba dari Mogadishu di Dolo Ado pagi hari. Ia bercerita, "Di Mogadishu semuanya hancur. Tidak ada pemerintah yang dapat melindungi kami. Al Shabaab datang malam hari dan menarik pria-pria muda seperti saya dari rumah-rumah kami, supaya kami berperang melawan pasukan perdamaian Uni Afrika dan pemerintah. Jika kami menolak, kami akan ditembak mati.“
Sepekan sebelumnya ia memulai perjalanan dari ibukota Somalia tersebut, dengan berjalan kaki, atau kadang dengan kendaraan, hingga perbatasan dengan Ethiopia. Matanya kemerahan, ia berbicara dengan gelisah, memandang ke orang-orang di sekitarnya seperti memohon pertolongan.
Ke Kamp Penampungan Lain
Di antrian di depan kantor badan PBB urusan pengungsi (UNHCR), juga berdiri Mayo Hassen Kusow dan keluarganya. Setelah istrinya meninggal, Kusow yang berusia 67 tahun, putrinya Halima dan cucunya yang berusia dua tahun berjalan melewati daerah kekuasaan Al Shabaab hingga sampai di Dolo Ado. Kusow bercerita, ia masih punya seekor unta. Hewan lainnya mati akibat kekeringan. Unta itu kemudian dijualnya, sehingga ia dapat membeli makanan untuk keluarganya.
Setelah berada sebulan di tempat penampungan pengungsi Dolo Ado, keluarga Kusow dibawa ke Haloweyn, yang terletak sekitar 30 km dari Dolo Ado, dan mampu menampung 35.000 pengungsi. Pria berusia lanjut itu resah. Karena situasi tidak menentu di kampung halamannya, dalam beberapa bulan, atau bahkan tahun mendatang, ia akan berada di kamp tersebut.
Sementara keluarga Kusow dan puluhan orang lainnya dibawa dengan bus ke tempat yang baru, para dokter di Dolo Ado terus memberikan perawatan bagi pengungsi yang baru tiba.
Mendiagnosa Kelaparan
Di ember plastik berwarna biru, anak-anak bayi ditimbang dan diukur besarnya, untuk mendiagnosa sejauh mana mereka kekurangan makanan. Phil James adalah seorang dokter dari lembaga swadaya masyarakat Perancis, "Aksi terhadap Kelaparan". Ia memaparkan, setiap hari datang sekitar 1.200 pengungsi baru. 600 dapat mereka periksa setiap hari. 30 sampai 60% dari anak-anak itu sangat kekurangan pangan.
Di klinik dirawat kasus-kasus paling berat. Anak-anak mendapat cairan yang diperkaya dengan zat-zat yang dibutuhkan tubuh. Mereka juga mendapat antibiotika untuk melawan banyak infeksi yang mereka derita. Kasus pertama campak sudah ditemukan. Epidemi Kolera merupakan bahaya yang selalu mengancam. Para pekerja sosial di Dolo Ado sangat membutuhkan instalasi penyediaan air bersih dari organisasi bantuan Jerman "Technisches Hilfswerk". Tetapi bantuan dari Jerman tidak dapat disalurkan dengan mudah karena tertahan bea cukai Ethiopia. Oleh karena itu jatah air per orang terpaksa dikurangi dari 10 menjadi 3 liter per hari.
Pengungsi Mendapat Perlengkapan Hidup
Sementara itu keluarga Kusow sudah tiba di tempat penampungan baru dan memulai hidup baru mereka. Di Haloweyn, tenda-tenda berwarna putih dengan emblem PBB tampak sejauh mata memandang. Ada beberapa toko kecil. Mereka menjual kue-kue, bawang, kartu telefon seluler Somalia, yang harganya 44 Birr, atau sekitar 20.000 Rupiah. Mereka yang masih punya uang berusaha menghubungi sanak saudara di Somalia.
Keluarga Kusow disambut Anna Menuto, yang bekerja di badan urusan pengungsi PBB, UNHCR. "Kami ada di sini untuk memberikan dukungan bagi orang-orang yang baru datang. Mereka sekarang berhak mendapat makanan hangat dua kali sehari. Selain itu, mereka mendapat jeriken plastik, ember, sabun, kasur, peralatan masak dan selimut," demikian dijelaskan Menuto.
Jam enam pagi para perawat dari Ethiopia datang ke tempat penampungan. Pagi hari, suhu tinggi belum terlalu menusuk. Setiap hari mereka memeriksa 600 anak, dan memindahkan beberapa dari mereka ke tempat perawatan khusus jika diperlukan. Mayo Hassen Kusow mengatakan, keadaan cucunya kini lebih baik. Mereka mendapat makanan cukup dan ia merasa aman di tempat penampungan baru.
Ludger Schadomsky / Marjory Linardy
Editor: Hendra Pasuhuk