Jumlah anggota komisi kehormatan FIFA yang disidik dengan tuduhan penyelewengan makin panjang. Setelah Blatter dan Platini, kini dua tokoh lain, Beckenbauer dan Villar masuk daftar bidik jawatan kriminal Swiss.
Iklan
FIFA terus diguncang skandal korupsi, suap dan penyalahgunaan wewenang. Sejumlah tindakan pengusutan dan penahanan sudah dilakukan. Kini mencuat lagi kasus penunjukan tuan rumah Piala Dunia 2018 kepada Rusia dan 2022 kepada Qatar. Sejauh ini para petinggi FIFA mengelak tuduhan melakukan kesalahan dalam pemungutan suara yang digelar tahun 2010 silam. Presiden FIFA Sepp Blatter kini terpaksa harus buka suara.
Jumlah fungsionaris federasi sepakbola internasional FIFA yang dibidik gara-gara dugaan melakukan "penyelewengan" dalam pemungutan suara penunjukan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 makin berderet panjang. Sedikitnya 17 nama disebutkan diduga melakukan "kecurangan" saat pemberian lokasi Piala Dunia kepada Rusia (2018) dan Qatar (2022).
Tidak kurang dari nama legenda sepakbola Jerman, Franz Beckenbauer dan wakil presiden FIFA Angel Maria Villar yang termasuk daftar "tersangka" yang melakukan kecurangan. Silang sengketa tuduhan korupsi yang sudah berlangsung lima tahun ini, sebelumnya sudah dinyatakan "kekurangan bukti" oleh Komisi Etik FIFA. Tapi jawatan kriminal Swiss melakukan penyidikan terpisah dan hendak mengusut kemungkinan adanya kejahatan keuangan termasuk pencucian uang.
Jerman menanggapi secara hati-hati pengumuman FIFA mengenai penyidikan terhadap "Kaisar" Beckenbauer. Seperti diketahui, Beckenbauer sukses memimpin tim promosi Jerman, yang membuahkan penunjukan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2006. Dalam tema ini, majalah Jerman Der Spiegel sudah mengungkap dugaan kecurangan. Edisi terbaru majalah ini menampilkan samüul muka bergambar Beckenbauer di latar depan dan Blatter serta Platini di latar belakang.
Beckenbauer yang menjabat sebagai anggota Komite Eksekutif memiliki peranan besar dalam penentuan lokasi Piala Dunia 2018 dan 2022. Federasi sepakbola dunia itu sejak beberapa tahun belakangan terus diguncang skandal, mulai dari kasus presidennya Sepp Blatter, yang juga melibatkan presiden sepakbola Eropa, Michel Platini, dan merembet hingga nama-nama fungsionaris lainnya. Blatter dan Platini sudah dijatuhi sanksi 90 hari tidak boleh beraktivitas di FIFA terkait tuduhan pembayaran uang senilai 2 juta Euro dari Blatter kepada Platini untuk tujuan yang tidak diketahui.
Skandal FIFA di Era Blatter
Joseph Blatter jadi pemimpin Federasi Sepak Bola Internasional FIFA sejak 17 tahun terakhir. Penangkapan tujuh fungsionernya hanya satu dari banyak skandal FIFA sejak dipimpin Blatter. Lihat Skandal lainnya di sini!
Foto: Getty Images
1997: Havelange Presiden, Blatter Sekjen
Sebelum masa pimpinannya dimulai, Blatter sudah terlibat skandal yang diawali oleh pendahulunya, Joao Havelange dan mantan menantunya Ricardo Teixeira. Dua pria itu mengantungi jutaan Dolar sogokan dari pemasaran Piala Dunia. Blatter yang waktu itu jadi sekjen lolos dari tuntutan, walaupun kirim kembali 1,5 juta Swiss Franc ke Havelange dan jelas tahu masalah sogokan. Foto: Joao Havelange.
Foto: picture-alliance/dpa
1998:Blatter Jadi Presiden FIFA
Tahun 1998 menjelang Piala Dunia di Perancis, Blatter terpilih jadi presiden FIFA, dan mengalahkan saingannya, ketua UEFA Lennart Johansson. Sampai sekarang, tuduhan bahwa tiap anggota delegasi Afrika dapat sogokan 50.000 Dolar masih terdengar. Namun Blatter selalu menampik tuduhan. Foto: Timnas Perancis, juara Piala Dunia 1998.
Foto: AP
2006: "Komisi" bagi Wapres Jack Warner
Wapres FIFA Jack Warner ambil alih pemasaran tiket Piala Dunia di negara asalnya Trinidad dan Tobago. Bisnis keluarganya mengantungi komisi 900.000 Dolar. Tapi penyelidik FIFA hanya temukan bukti yang beratkan putra Warner. Ketika itu Warner anggota komite eksekutif FIFA. Ia lolos dan hanya dapat peringatan. Foto: Jack Warner
Foto: Getty Images/AFP/L. Acosta
2010: Keputusan Piala Dunia 2018 dan 2022
Keputusan Piala Dunia 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar jadi kepala berita. Sebelum pengumuman, dua anggota komisi eksekutif diberhentikan karena korupsi. FIFA juga selidiki tuduhan terhadap Rusia dan Qatar. Kecurigaan masih ada hingga kini, walaupun penyidik tidak temukan bukti. Foto: Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani (kiri), Wakil PM Rusia Igor Shuvalov pegang Piala Dunia (02/12/2010).
Foto: AFP/Getty Images/F. Coffrini
2011: Mohammad bin Hammam Saingi Blatter
Mohammad bin Hammam dari Qatar maju saingi Blatter untuk jadi presiden FIFA. Menjelang pemilihan, Hammam dihadapkan dengan tuduhan korupsi dari Karibia. 35 suara dari Konfederasi Asosiasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah dan Karibia (CONCACAF) pengaruhnya besar. Blatter janji berikan sumbangan $1 juta bagi asosiai itu. Bin Hammam berusaha berikan $40,000. Rencananya terungkap. Foto: Hammam.
Foto: Saeed Khan/AFP/Getty Images
2014: Skandal Tiket Piala Dunia
Tahun 2014, sejumlah laporan dari Brazil mengungkap penyebaran ilegal tiket pertandingan turnamen Piala Dunia yang jadi wewenang presiden perhimpunan Sepak Bola Argentina, Julio Grondona. Sejak 2011 berlangsung penyidikan terhadap Grondona yang dituduh korupsi, tetapi vonis tidak pernah dijatuhkan. Grondona meninggal 30 Juli 2014. Foto: Julio Grondona.