Kesepakatan global ditujukan agar migrasi berjalan aman dan lancar. Itulah yang disepakati semua negara dalam sidang umum PBB, kecuali AS. Sebuah negara lainnya mempertimbangkan untuk keluar dari kesepakatan.
Iklan
Di akhir pertemuan, hampir semua wakil negara yang hadir bertepuk tangan. Setelah perundingan 18 bulan, akhirnya tercapai kesepakatan yang ditulis dalam sebuah dokumen. Mamang kesepakatan tidak mengikat, dan Desember akhir tahun ini, di Marokko baru ada pertemuan di tingkat menteri, di mana dokumen baru akan ditandatangani. Tetapi itu sudah dinilai sebagai kesuksesan.
Kesepakatan migrasi adalah dokumen internasional pertama tentang migrasi di seluruh dunia. Ini terutama membuka perspektif baru untuk migrasi secara legal. Tujuannya adalah, membuat migrasi aman dan teratur lewat kerjasama antar negara, dan dengan memperhitungkan kedaulatan semua negara.
10 Hal Yang Harus Anda Ketahui Tentang Pengungsi
Badan PBB urusan pengungsi, UNHCR melaporkan sekarang di dunia ada 51 juta orang yang terpaksa meninggalkan daerah asal mereka dan jadi pengungsi. Mereka kerap lari dari penganiayaan di negara sendiri.
Foto: picture alliance/abaca
Definisi Pengungsi
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengungsi adalah: seseorang yang meninggalkan rumah atau negaranya akibat “perasaan takut karena termasuk ras, kelompok agama, nasionalitas, kelompok sosial tertentu, atau punya opini tertentu”. Definisi juga mencakup orang-orang yang lari akibat bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia. Foto: seorang anak pengungsi Suriah di Turki.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Akibat Kekerasan dan Konflik
Menurut badan urusan pengungsi PBB, UNHCR lebih dari 51 juta orang terpaksa lari dari tempat tinggal mereka akibat kekerasan dan konflik. Jumlah ini mencakup orang yang jadi pengungsi di negara sendiri, yang terpaksa tinggalkan negaranya, juga pencari suaka. Foto: warga Republik Demokrasi Kongo yang lari akibat pertempuran antara militer dan pemberontak (2013) tiba di kota Rutshuru.
Foto: Getty Images/AFP/J. D. Kannah
Pencari Suaka
Pencari suaka adalah orang yang lari ke negara lain dan ingin dapat status pengungsi, tetapi permintaannya belum dievaluasi. Sebagian besar orang jadi pengungsi akibat alasan yang jelas, tetapi hanya sedikit dari mereka memenuhi persyaratan ketat yang diperlukan untuk mendapat status pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Jumlah Besar Persulit Penanganan
Krisis pengungsi sulit diselesaikan dan perlu waktu lama. Salah satu penyebabnya, karena jumlah pengungsi amat banyak. Sebagai perbandingan: jumlah pengungsi di dunia lebih besar daripada jumlah penduduk Spanyol, atau Canada atau Korea Selatan. Gambar simbol: seorang migran berdiri di pagar yang mengelilingi tempat penampungan pengungsi Temporary Permanence Centre (CPT) di Lampedusa, Italia.
Foto: Getty Images/AFP/A. Pizzoli
Nasionalitas Pengungsi
Hingga Juni 2014, jumlah pengungsi paling banyak berasal dari Afghanistan, Suriah dan Somalia. Jika disatukan, jumlah pengungsi dari tiga negara itu lebih dari 50% jumlah pengungsi di seluruh dunia. Foto: sebuah keluarga pengungsi Afghanistan di Pakistan.
Foto: Majeed/AFP/Getty Images
Yang Mengungsi di Negara Sendiri Lebih Banyak
Kita sering mendengar berita tentang pengungsi yang lari ke negara lain. Sesungguhnya, orang yang mengungsi di negara sendiri jumlahnya jauh lebih besar. Tahun 2013 misalnya, 16,7 juta orang mengungsi ke negara lain, sedangkan 33,3 juta orang mengungsi di negara sendiri. Grafik: jumlah pengungsi intern di beberapa negara.
Tidak Tinggal di Kamp Pengungsi
Secara umum pengungsi sering dianggap tinggal di kamp pengungsi. Sebenarnya, lebih dari dua pertiga pengungsi tinggal di luar kamp pengungsi. Mereka bermukim di kota-kota atau desa-desa, dan kerap di apartemen kecil yang penuh sesak karena digunakan beberapa keluarga. Foto: seorang perempuan dan anak-anaknya yang mengungsi dari Sudan Selatan di kamp pengungsi Kule, Ethiopia.
Foto: Getty Images/AFP/Z. Abubeker
Separuhnya Anak-Anak
Sekitar 46% dari pengungsi sedunia adalah anak-anak. Mereka terpaksa berhenti sekolah. Oleh sebab itu, UNHCR dan International Rescue Committee prioritaskan pendidikan. Sayangnya, sebagian anak tidak diizinkan orang tuanya bersekolah, karena harus membantu keluarga atau menjaga adik. Foto: Seorang ibu warga Suriah memeluk anak perempuannya setelah tiba di pulau Lesbos, Yunani.
Foto: Getty Images/AFP/L. Gouliamaki
Korban Penyiksaan
Sekitar 35% pengungsi di dunia adalah orang-orang yang selamat dari penyiksaan. Selain harus mengatasi cedera fisik, mereka kerap mengalami cedera mental akibat trauma. Ini menyebabkan penyembuhan sangat sulit, terutama selama masih dalam pengungsian.
Foto: JAMES LAWLER DUGGAN/AFP/GettyImages
Mencari Tempat Pemukiman Jangka Panjang
Jika pengungsi tidak bisa kembali ke negara asal, dan tidak bisa menetap di negara tempat mereka mengajukan permintaan suaka, UNHCR berusaha mengalihkan mereka ke negara ketiga. Tetapi jumlahnya sedikit, hanya sekitar 1%. Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak menerima pengungsi, setelah dialihkan dari tempat mereka mengajukan suaka. Foto: pengungsi Rohingya di Aceh.
Foto: Reuters/D. Whiteside
10 foto1 | 10
Bahwa tidak semua dari 193 negara anggota PBB menyetujui kesepakatan, diakibatkan oleh AS. Negara itu sudah menarik diri dari perundingan Desember tahun lalu, karena beberapa hal yang dirundingkan tidak sesuai dengan politik migrasi dan pengungsi yang dijalankan Presiden Donald Trump.
Migrasi sebagai kesempatan
Kesepakatan mencakup 23 ketentuan yang jadi tujuan, untuk mengarahkan arus migrasi dengan lebih baik. Di seluruh dunia, saat ini ada sekitar 250 juta orang yang mencari tempat tinggal. Itu sama dengan tiga persen seluruh penduduk dunia.
Pengungsi Terpaksa Hidup di Hutan dalam Cuaca Dingin
Ratusan pengungsi berkemah di kawasan perbatasan Serbia-Korasia, dalam upaya memasuki Uni Eropa. Kondisi mengenaskan berusaha mereka atasi dengan berbagai cara. Reporter DW melaporkan dari Šid, Serbia.
Foto: Dimitris Tosidis
Tidak termasuk gerombolan
Dragan (tengah) adalah imigran dari Macedonia. Ia bersembunyi di hutan-hutan dekat perbatasan Serbia-Kroasia, ketika ia berusaha menyeberang ke Eropa Tengah dengan imigran dari negara Arab lainnya. Dragan, bersama seorang imigran dari Cina tidak termasuk ratusan pengungsi Suriah dan Afghanistan yang juga terdampar di Šid, Serbia.
Foto: Dimitris Tosidis
Merencanakan langkah berikutnya
Pengungsi dari Afghanistan di atas atap sebuah pabrik yang tidak digunakan lagi di Šid, yang mereka jadikan tempat tinggal sementara. Selama bernaung di situ mereka membuat rencana berikutnya untuk mencapai negara Eropa barat.
Foto: Dimitris Tosidis
Melangkah dengan risiko nyawa
Imigran berjalan di atas jalur kereta api yang menghubungkan Serbia dan Kroasia di dekat Šid, di bagian utara Serbia. Menurut laporan, dua orang ditabrak kereta setelah mereka tertidur di rel kereta api.
Foto: Dimitris Tosidis
Tinggal di "rimba"
Lebih dari 150 orang bersembunyi di apa yang disebut "rimba". Yaitu daerah dengan semak rimbun di dekat rel kereta api yang menghubungkan Serbia dan Kroasia. Sebagian besar dari mereka sudah pernah berusaha menyeberang ke Eropa Barat dengan berbagai cara. Misalnya: dengan bantuan penyelundup, sendirian, berkelompok, naik truk atau bersembunyi di gerbong kereta.
Foto: Dimitris Tosidis
Membersihkan diri
Ibrahim dari Afghanistan mandi dengan air dari sungai yang dingin, di bawah jembatan dekat kota Šid di Serbia. Ratusan pengungsi hidup dalam kondisi mengenaskan, tanpa fasilitas yang hidup yang layak.
Foto: Dimitris Tosidis
Sarapan di atas rel
"Dapur Tanpa Nama" dibuka oleh sekelompok sukarelawan yang membagikan sarapan dan menyediakan bantuan untuk pengungsi yang "terdampar" di perbatasan Serbia-Kroasia. Pemerintah sudah tidak membantu mereka lagi.
Foto: Dimitris Tosidis
Mungkin lain kali
Jadali (22) dari Afghanistan baru kembali lagi ke Šid setelah gagal dalam usahanya masuk ke Eropa Barat. Ia dipenjara dua hari di Kroasia, kemudian dibebaskan lagi. Menurutnya, aparat berwenang memperlakukannya dengan kasar.
Foto: Dimitris Tosidis
Bersyukur jika bisa makan
Menjelang malam, dua orang memasak makanan untuk mereka yang berkumpul di bekas pabrik dekat perbatasan Serbia. Ratusan pengungsi terancam kelaparan juga kekerasan yang bisa timbul kapan saja.
Foto: Dimitris Tosidis
Jalur tetesan air mata
Seorang imigran berjalan mendekati kereta barang. Ia akan berusaha bersembunyi di gerbong yang kosong dan berusaha mencapai negara Eropa lainnya.
Foto: Dimitris Tosidis
Perhentian berikutnya di Eropa Barat?
Mereka yang bisa membayar, menggunakan metode "penyelundupan" dengan membayar taksi yang membawa mereka menyeberangi Kroasia. Ongkos sekali perjalanan sekitar 1, 200 Euro, atau 19 juta Rupiah. Penulis: Dimitris Tosidis (ml/yf)
Foto: Dimitris Tosidis
10 foto1 | 10
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut dokumen itu sebagai "kesuksesan besar" dan menyerukan agar migrasi diakui sebagai "fenomena global positif". Ketua sidang umum PBB, Miroslav Lajcak menyatakan harapan, bahwa PBB kini "memiliki instrumen untuk mengarahkan proses migrasi."
Petugas khusus PBB untuk migrasi global, Louise Arbour mengatakan, sebagian besar negara menyetujui kenyataan bahwa migrasi yang terorganisir mendatangkan hasil bagus. Sementara kata-kata negatif seperti "imigran ilegal" merendahkan harkat manusia. Padahal orang yang tidak membayar pajak juga tidak disebut pembayar pajak ilegal. Ia mengusulkan kata-kata "irregular immigrant" dan agar imigran tidak dikriminalisasi.
Penampungan Imigran di Jakarta Membludak Lebihi Kapasitas
Rumah penampungan imigran di Jakarta Barat ini seharusnya hanya bisa memuat puluhan orang. Kenyataannya yang ditampung kini luber hingga ratusan orang.
Foto: picture-alliance/abaca/E. Permana
Tumpang tindih
Rumah detensi imigrasi merupakan tempat penampungan sementara bagi orang asing yang dianggap melanggar undang-undang imigrasi. Karena terlalu penuh, terpaksa mereka tidur seadanya. Dikutip dari Getty, rumah penampungan ini kini dibanjiri sekitar 440 orang, Mereka berasal dari berbagai negara. Terbanyak dari Nigeria.
Foto: picture-alliance/abaca/E. Permana
Terbanyak, tersandung masalah administrasi
Karena kelebihan daya tampung di lima blok yang ada, rumah detensi imigrasi Jakarta bahkan memberdayakan ruang aula untuk menampung para warga negara asing yang sebagian besar menghadapi masalah administrasi.
Foto: picture-alliance/abaca/E. Permana
Terbanyak dari Nigeria
Di antara mereka, lebih dari 200 orang menghadapi masalah dokumen. Lebih dari 100 orang mencari suaka sementara puluhan orang lainnya merupakan pengungsi.
Foto: picture-alliance/abaca/E. Permana
Menunggu nasib
Beralas tikar dengan atap terpal, mereka yang menunggu kepastian nasib ini tinggal dalam kondisi berdesakkan bersama ratusan pencari suaka lainnya. Dikutip dari Suara.com, bagi yang berkeluarga, mereka memberi pembatas berdinding kain. Karena tak ada lemari, mereka menggantungkan baju menggunakan tali di sepanjang pagar rumah detensi.
Foto: picture-alliance/abaca/E. Permana
Berkoordinasi dengan IOM
Selain di tempat penampungan ini, pemerintah juga menampung 900-an pencari suaka di Community House di Tangerang Selatan, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Demikian dikutip drai Suara.com. Untuk mencari solusinya, pemerintah berkoordinasi dengan International Ogranization for Migration (IOM), bandan PBB yang mengurus pengungsi. (Ed.: ap/ml, Sumber: getty/Suara.com)
Foto: picture-alliance/abaca/E. Permana
5 foto1 | 5
Hongaria jadi negara pengganggu?
Kegembiraan bahwa kesepakatan tercapai diganggu oleh Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto, yang mengumumkan kemungkinan negaranya menarik diri dari kesepakatan. Hongaria khawatir, kesepakatan bisa menyebabkan negaranya terpaksa membuka perbatasan bagi imigran.
Hongaria tidak setuju dengan tanggapan umum dalam kesepakatan, bahwa migrasi adalah "hak manusia yang mendasar".
ml/ap (rtr, afp, ape)
Dari Pengungsi Jadi Selebriti
Mereka lari dari negara asal. Ada yang sementara, ada yang selama-lamanya. Tapi dengan kerja keras dan perjuangan mereka sukses. Jadi ilmuwan, artis, politisi dan olahragawan.
Foto: Koen van Weel/AFP/Getty Images
Freddie Mercury
Vokalis band Queen ini lahir dengan nama Farrokh Bulsara tahun 1946. Ia berasal dari keluarga Parsi India, dan tinggal di pulau Zanzibar. Akibat revolusi berdarah di pulau itu, keluarganya mengungsi ke London, di mana ia menyelesaikan sekolah kemudian bertemu dengan musisi lain.
Foto: imago/Future Image
Gloria Estefan
Ia disebut "Queen of Latin Pop." Sampai usia dua tahun ia tinggal di Havana, Kuba. Ketika terjadi revolusi komunis yang dipimpin Fidel Castro 1959, keluarganya lari ke Miami, AS. Ayahnya ikut dalam serangan Teluk Babi 1961 yang gagal. Di AS, Gloria Estefan sukses sebagai musisi. Lebih dari 100 juta album terjual, dan ia menang tujuh penghargaan Grammy.
Foto: Imago/Future Image
Albert Einstein
Pemenang Nobel, Albert Einstein yang berasal dari keluarga Yahudi sedang mengunjungi AS 1933, ketika Jerman dikuasai NAZI. Penemu teori relativitas ini mengungkapkan.tentang eksilnya di AS, bahwa ia merasa termasuk kaum elit karena bisa tinggal di Princeton. "Tapi malu karena bisa hidup tenang di saat orang lain menderita."
Foto: picture-alliance / akg-images
Siegmund Freud
Bapak psikoanalisa dan pengggas teori cara manusia berpikir, jadi pengungsi menjelang akhir hidupnya. Ketika NAZI mulai menguasai Jerman, mereka membakar buku-buku Freud. Tahun 1938 NAZI menguasai Austria, dan Freud beserta istrinya lari dari Wina ke London. Ia meninggal di ibukota Inggris itu setahun setelahnya.
Foto: Hans Casparius/Hulton Archive/Getty Images
Madeleine Albright
Menlu perempuan pertama AS (1997-2001) lahir 1937 di negara yang dulu bernama Cekoslowakia. Keluarganya lari dari rejim NAZI saat Perang Dunia II. Sempat kembali ke neghara asalnya tapi dipaksa pergi lagi, ketika komunis menguasai negara itu mulai 1948. Di AS ia aktif dalam politik sampai mencapai karir tinggi di negara itu.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
Henry Kissinger
Ia pernah jadi profesor di Universitas Harvard dan menteri luar negeri AS ke-56, yang ikut membentuk politik negara itu. Kisinger lahir di negara bagian Bayern, Jerman. Tahun 1938 ia lari dari rejim NAZI yang menguasai Jerman. Walau sudah hidup lama di AS, Kissinger mengatakan beberapa tahun lalu, Jerman akan terus jadi bagian hidupnya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein
Luol Deng
Ia lahir 1985 di tengah perang saudara Sudan. Keluarganya lari dari pertempuran ketika ia masih kecil. Pertama-tama ke Mesir, kemudian ke Inggris. Ia kemudian kuliah di AS. Setelah itu memulai karir sebagai pemain basket profesional, dan jadi bintang NBA. Ia pernah bermain untuk Chicago Bulls dan Miami Heat.
Foto: picture-alliance/AP Images/I. Brekken
Iman
Kudeta1969 dan kekerasan berdarah yang terjadi setelahnya di Somalia memaksa keluarga Iman Mohamed Abdulmajid lari ke Kenya. Bertahun-tahun kemudian seorang fotografer melihat bakatnya. Itu jadi awal karir sebagai supermodel di AS. Di sana ia mendirikan perusahaan kosmetik, jadi bintang film, bekerja untuk proyek kemanusiaan dan menikah dengan David Bowie.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Marlene Dietrich
Ia penyanyi dan bintang film Jerman yang terkenal dengan suara serak dan seksi. Ia sudah terkenal ketika tinggal di AS. 1939 ia jadi warga negara AS dan menolak NAZI. Sebagai pengungsi dan selebriti ia menyatakan menentang Hitler, dan bernyanyi bagi pasukan AS selama Perang Dunia II. Ketika itu film-filmnya dilarang di Jerman. Tapi ia mengatakan, "Saya lahir di Jerman dan terus jadi orang Jerman."
Foto: picture-alliance/dpa
Isabel Allende
Isabel yang jadi salah satu penulis paling terkenal saat ini, adalah anak saudara sepupu Presiden Chili Salvador Allende, yang dikudeta dan meninggal 1973. Ia lari ke Venezuela, setelah menerima ancaman pembunuhan, kemudian tinggal di AS. Buku-bukungnya yang jadi bestseller antara lain "The House of the Spirits", yang difilmkan 1993 dan "Paula". Penulis: Dagmar Breitenbach, CNN (ml/as)