Mabes Polri menetapkan dua anggota Polri aktif berinisial RM dan RB sebagai tersangka penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Polisi masih mendalami motif penyerangan oleh kedua tersangka.
Iklan
Jumat (27/12) sore, Mabes Polri mengumumkan penetapan dua anggota Polri aktif sebagai tersangka dalam kasus peyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Argo Yuwono menyampaikan, dua tersangka itu berinisial RM dan RB.
“Mulai tadi pagi sudah kita tetapkan sebagai tersangka. Dan kemudian tadi siang dilakukan pemeriksaan sebagai tersangka dan ada pendampingan hukum dari divisi hukum Mabes Polri,” ujar Argo di Polda Metro Jaya.
Pada Kamis (26/12) malam, polisi mengamankan kedua tersangka yang berada di Cimanggis, Depok, dan langsung dibawa ke Polda Metro Jaya.
Argo menyebutkan sebelumnya polisi telah melakukan penyelidikan, serta melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pra rekontruksi sekitar tujuh kali. Polisi juga telah memeriksa sekitar 73 orang saksi.
Kepolisian juga membentuk tim pakar untuk membantu pengungkap pelaku penyiraman air keras itu.
“Kemudian juga dari kepolisian membentuk tim teknis dan membentuk tim pakar. Dan kemudian kita juga ada kerja sama dari berbagai instansi seperti laboratorium forensik, inafis dan sebagainya,” jelasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pemeriksaan terhadap dua tersangka masih berlangsung dan polisi belum bisa mengumumkan motif penyerangan terhadap Novel Baswedan.
Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017. Novel Baswedan disiram air keras usai ienunaikan salat Subuh di Masjid Al-Ihsan, yang lokasinya dekat dengan rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Sebelumnya pada Selasa (10/12) Presiden Joko Widodo telah menerima laporan dari Kapolri Jenderal Idham Azis terkait kelanjjutan kasus teror air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Preisden Jokowi meminta hasilnya diumumkan secepatnya. (pkp/hp)
Perempuan Korban Serangan Air Keras
Perempuan yang menjadi korban serangan cairan asam keras melewati neraka dunia buat bertahan hidup . Kendati berasal dari negara dan budaya yang berbeda, semua memiliki kesamaan, yakni keberanian menjemput harapan baru.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Farida dari Bangladesh
Suami Farida tidak cuma ketergantungan obat-obatan, ia juga gemar berjudi. Terakhir sang suami kalah besar sehingga harus menjual rumahnya. Farida lantas ingin bercerai. Pada sebuah malam ketika ia tertidur, sang suami menyiramkan cairan asam ke tubuh isterinya dan mengunci pintu kamar dengan dua gembok sekaligus. Farida berteriak kencang hingga tetangga berdatangan.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Luka yang Tertinggal
Farida baru berusia 24 tahun ketika mengalami kejadian pahit tersebut. Sejak saat itu ia dioperasi sebanyak 17 kali. Untuk menghaluskan luka di wajahnya, ibu Farida secara berkala memijat luka-lukanya. Ia kini hidup di rumah saudara peremuannya di Manigkanj, Bangladesh.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Flavia dari Uganda
Tahun 2009 Flavia diserang oleh orang tak dikenal ketika sedang berada di rumah orangtuanya. Ia tidak tahu wajah pelakunya hingga saat ini. Namun Flavia memilih melanjutkan hidupnya. Ia misalnya berdandan rapih untuk menari Salsa.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Dibantu Keluarga dan Teman
Awalnya ia tidak berani keluar rumah sendirian. Kini Flavia menari Salsa sekali setiap pekan. Ia bahkan kerap digoda oleh para pria dengan penampilannya saat ini. Dukungan keluarga dan teman terdekat membantu Flavia menjalani hidup barunya.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Neehari dari India
Pemudi asal India, Neehaari baru berusia 19 tahun ketika rasa frustasi nyaris memaksanya untuk bunuh diri. Suaminya secara rutin menyiksa, baik jiwa maupun raga.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Kecantikan Baru
Neehaari menyisir rambutnya di kamar tidur kedua orangtuanya, tempat di mana ia dulu membakar diri sendiri. Sebanyak 49 batang korek api dihabiskannya. Yang terakhir menyulut api di sekujur tubuhnya. Kini ia punya keberanian baru dan aktif dalam organisasi "Beauty of the Burned Women."
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Nusrat dari Pakistan
Perempuan Pakistan ini bernama Nusrat. Ia selamat dari siraman cairan asam oleh suami dan sepupunya. Di dalam kamarnya, ia menyempatkan berdandan. "Saya menyaksikan banyak perempuan yang mendandani wajahnya dengan seksama," kata fotografer Ann-Christine Woehrl.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Asa di Balik Tatapan Mata
Nusrat hingga kini masih rajin berobat. Siraman asam yang diterimanya membuatnya kehilangan rambut. Dokter menganjurkan langkah pengobatan lanjutan. Nusrat akhirnya menjalani transplantasi rambut.
Foto: Ann-Christine Woehrl/Echo Photo Agency
Mereka Tidak Sendirian
Pada sebuah pertemuan Acid Survivors Foundation Nusrat saling bertukar pengalaman dengan perempuan-perempuan lain yang senasib. Di sini ia menemukan teman yang memahami penderitaannya. Setiap korban menyadari, mereka tidak sendirian.