20 anak-anak dan perempuan Rohingya tewas saat kapal yang mereka tumpangi untuk melarikan dari dari Myanmar terbalik.
Iklan
Petugas penjaga perbatasan di Cox Bazar, Bangladesh, menemukan 20 jenazah perempuan dan anak-anak warga Rohingya yang tewas akibat kapal yang mereka tumpangi terbalik, saat hendak melarikan dari dari kekerasan yang terjadi di Myanmar, demikian pernyataan resmi dari pejabat setempat.
Kamis (30/08), 11 jenazah anak-anak dan sembilan jenazah perempuan warga Rohingya terhanyut hingga ke tepi sungai Naf di sisi perbatasan Bangladesh, setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik, demikian pernyataan Ariful Islam, komandan pasukan perbatasan Bangladesh.
Islam menambahkan, pada hari Rabu (29/08), petugas perbatasan Bangladesh juga menemukan dua jenazah anak-anak dan dua jenazah perempuan Rohingya yang tewas akibat kapal mereka ditembaki polisi perbatasan Myanmar.
Nasib Pengungsi Rohingya di Perbatasan Bangladesh
Nasib ribuan warga Rohingya terkatung-katung di perbatasan Bangladesh. Mereka tak dapat melangkah maju sebab tentara Bangladesh menghalau langkah mereka. Namun, kembali mundur ke Myanmar juga bukan pilihan.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Ribuan orang mengungsi
Satu keluarga Rohingya menangis di perbatasan Bangladesh, Ghumdhum. Mereka terpaksa meninggalkan seluruh harta milik mereka untuk menyelamatkan diri dari bentrokan yang terjadi di Rakhine. Selama sepekan terakhir, pasca bentrokan di Rakhine, Lembaga Migrasi Internasional (IOM) mencatat sekitar 18.000 warga Rohingya mengungsi ke negara tetangga mereka, Bangladesh.
Foto: picture-alliance/dpa/M.Alam
Kawasan tanpa tuan
Lembaga Migrasi Internasional (IOM) juga menyebutkan ribuan warga sipil dari kelompok minoritas Muslim asal Myanmar terkatung-katung di "daerah tanpa tuan", kawasan di antara perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menginstruksikan agar pengungsi tidak diizinkan memasuki Bangladesh.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Anak-anak turut menggungsi
Tiga anak kecil ini berusaha meninggalkan "kawasan tanpa tuan" dan melewati air agar semakin mendekat ke perbatasan Bangladesh, pasca tembakan senjata terdengar kembali di udara. Sekjen PBB, Antonio Guterres mendesak pemerintah Bangladesh untuk menolong warga sipil yang melarikan diri. Ia menegaskan "sebagian besar pengungsi adalah perempuan dan anak-anak, sebagian dari mereka bahkan terluka".
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Nekat melompati bahaya
Seorang remaja Rohingya melompati pagar kawat yang menjadi pembatas wilayah Myanmar dan Bangladesh. Sekitar 1,1 juta Rohingya tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar, namun ditolak kewarganegaraannya dan menghadapi pembatasan perjalanan yang berat. Banyak umat Buddha di Myanmar menganggap mereka sebagai imigran ilegal dari negara tetangga Bangladesh.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Bersiaga menghalau penggungsi
Petugas penjaga perbatasan bersiaga untuk mencegah penggungsi Rohingya memasuki wilayah Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menolak gelombang pengungsi Rohingya yang baru dengan alasan telah menampung lebih dari 400.000 warga Rohingya sejak konflik terjadi pada tahun 1990-an.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Menghalau dengan segala cara
Pemerintah Bangladesh menginstruksikan tentara perbatasan untuk mencegah ribuan warga sipil kelompok minoritas Muslim Rohingya memasuki Bangladesh dengan segala cara. Kepada AFP, seorang anak perempuan bernama Marium bercerita bahwa ia terpisah dari orangtuanya saat petugas mengusir mereka.
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Bersembunyi di hutan
Akibat dihalau di perbatasan Bangladesh, ribuan warga Rohignya pun terdampar dan bersembunyi di perbukitan maupun di dalam hutan. Mereka tak mungkin kembali ke desa, sebab kantor pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, mengatakan militer akan meluncurkan 'operasi pembersihan' sebagai tanggapan atas serangan militan Rohingya pada Jumat (25/08).
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
Menyelamatkan masa depan
Ibu ini menangis putus asa sambil menggendong bayinya, ketika tentara perbatasan menghalaunya memasuki Bangladesh di Cox Bazar. Beredar informasi bahwa tentara Myanmar melakukan serangan balasan akibat aksi militan Rohingya di Rakhine. Salah satu saksi mata kepada Al Jazeera mengaku tentara membunuh "siapapun yang bergerak", baik perempuan, anak-anak, bahkan bayi. Ed: ts/yp (afp, reuters)
Foto: Reuters/M. Ponir Hossain
8 foto1 | 8
Diperkirakan sekitar 18.500 orang kelompok minoritas Muslim Rohingya berupaya mencari perlindungan ke Bangladesh, pasca bentrokan antara gerilyawan Rohingya dan tentara Myanmar yang merebak sejak Jumat lalu (25/08). Sebagian besar di antara mereka sakit dan mengalami luka tembak. Dengan berbagai upaya, mereka mencoba memasuki Bangladesh sebab bentrokan telah memicu operasi militer besar-besaran di negara bagian Rhakine.
Meski para pengungsi berada dalam kondisi terjepit, Bangladesh menutup perbatasannya bagi warga Rohingya.
Rabu (29/08), petugas perbatasan mengusir sekitar 366 orang Rohingya yang mencoba memasuki negara tersebut dengan menggunakan kapal kayu kecil. Sebagian besar pengungsi lainnya membangun tenda darurat di sepanjang perbatasan ke dua negara.
Myanmar telah mengevakuasi ribuan warga Buddha dari lokasi konflik Rakhine. Selama bentrokan terjadi, tercatat 117 orang tewas, sebagian besar adalah militan Rohingya, dan juga militer Myanmar.