Di tengah meningkatnya ketegangan sengketa Laut Cina Selatan, Indonesia jadi tuan rumah latihan perang angkatan laut Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 di Padang dan Mentawai, Sumatera Barat.
Iklan
Ribuan marinir dari lebih 30 negara ambil bagian dalam latihan perang angkatan laut Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) selama empat hari di kawasan perairan padang dan Mentawai.
Latihan perang ini bertujuan meningkatkan kesigapan reaksi tanggap darurat dan memperkuat upaya bantuan kemanusiaan di perairan kawasan Asia Pasifik.
Presiden Joko Widodo hari Selasa (12/04) membuka kegiatan yang diikuti negara-negara di Samudera Pasifik dan Samudra Hindia tersebut, di Markas Komando Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II, Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Selasa (12/4). Latihan tahun ini merupakan latihan angkatan laut multilateral kedua setelah digelar tahun 2014.
Latihan Perang Laut Multilateral Komodo 2016 Dimulai
00:57
"Salah satu perang paling berat adalah perang untuk memenangkan menang adalah kemanusiaan. Dengan demikian operasi militer dalam situasi non-perang tidak bisa diremehkan. Operasi bantuan kemanusiaan khususnya untuk menangani bencana maritim dan SAR, " ujar Presiden Joko Widodo dalam sambutan saat upacara pembukaan.
Usai pembukaan acara, di pantai Teluk Bayur. Presiden melakukan inspeksi kegiatan International Fleet Review, parade kapal perang dari berbagai negara.
Dorong kerjasama regional
Latihan perang itu diikuti oleh 47 kapal yang terdiri atas 20 kapal dari 16 negara, belasan kapal TNI AL dan belasan kapal dari institusi lain.
Jokowi mengharapkan latihan bersama ini dapat menumbuhkan pemahaman yang sama dalam perlindungan sumber daya alam, kerja sama regional, dan peningkatan sumber daya manusia di bidang maritim.
Pembukaan kegiatan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 di Teluk Bayur dihadiri pula oleh sejumlah menteri di antaranya, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Tidak ketinggalan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kepala Staf Angkatan Laut, Ade Supandi juga mengikuti acara pembukaan latihan bersama tersebut.
Cina juga berpartisipasi dalam latihan ini. Sekitar sebulan lalu kapal patroli Indonesia mencegat sebuah kapal nelayan Cina di dekat Kepulauan Natuna. Cina kembali memprovokasi Indonesia dengan melanggar perbatasan buat membantu kapal nelayannya yang beroperasi ilegal tersebut. Indonesia mengecam. Tapi Beijing membantah dan sebaliknya menuding Indonesia yang berulah.
ap/as(rtrtv/tempo)
Saling Tikam Berebut Laut Cina Selatan
Konflik Laut Cina Selatan menjadi ujian terbesar Cina buat menjadi negara adidaya. Meski bersifat regional, konflik itu mendunia dan mengundang campur tangan pemain besar, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Bersekutu dengan Rusia
Cina sendirian dalam konflik seputar Kepulauan Spratly dan Paracel di Laut Cina Selatan. Kecuali Rusia yang rutin menggelar latihan militer bersama (Gambar), negeri tirai bambu itu tidak banyak mendulang dukungan atas klaim teritorialnya. Terutama karena klaim Beijing bertentangan dengan hukum laut internasional.
Foto: picture-alliance/AP Images/Color China Photo/Z. Lei
David Versus Goliath
Secara umum Cina berhadapan dengan enam negara dalam konflik di Laut Cina Selatan, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Filipina yang didukung Amerika Serikat. Dengan lihai Beijing menjauhkan aktor besar lain dari konflik, semisal India atau Indonesia. Laut Cina Selatan tergolong strategis karena merupakan salah satu jalur dagang paling gemuk di dunia dan ditengarai kaya akan sumber daya alam.
Foto: DW
Diplomasi Beton
Ketika jalur diplomasi buntu, satu-satunya cara untuk mengokohkan klaim wilayah adalah dengan membangun sesuatu. Cara yang sama ditempuh Malaysia dalam konflik pulau Sipadan dan Ligitan dengan Indonesia. Berbeda dengan Malaysia, Cina lebih banyak memperkuat infrastruktur militer di pulau-pulau yang diklaimnya.
Foto: CSIS, IHS Jane's
Reaksi Filipina
Langkah serupa diterapkan Filipina. Negara kepulauan itu belakangan mulai rajin membangun di pulau-pulau yang diklaimnya, antara lain San Cay Reef (gambar). Beberapa pulau digunakan Manila untuk menempatkan kekuatan militer, kendati tidak semewah Cina yang sudah membangun bandar udara di kepulauan Spratly.
Foto: CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/DigitalGlobe
Di Bawah Naungan Paman Sam
Filipina boleh jadi adalah kekuatan militer terbesar selain Cina dalam konflik di perairan tersebut. Jika Beijing menggandeng Rusia, Filipina sejak dulu erat bertalian dengan Amerika Serikat. Secara rutin kedua negara menggelar latihan militer bersama. Terakhir kedua negara melakukan manuver terbesar dengan melibatkan lebih dari 1000 serdadu AS.
Foto: Reuters/E. De Castro
Indonesia Memantau
Indonesia pada dasarnya menolak klaim Cina, karena ikut melibas wilayah laut di sekitar kepulauan Natuna. Kendati tidak terlibat, TNI diperintahkan untuk sigap menghadapi konflik yang diyakini akan menjadi sumber malapetaka terbesar di Asia itu. Tahun lalu TNI mengerahkan semua kekuatan tempur milik Armada Barat untuk melakukan manuver perang di sekitar Natuna.
Foto: AFP/Getty Images/J. Kriswanto
Bersiap Menghadapi Perang
TNI juga membentuk Komando Operasi Khusus Gabungan untuk menangkal ancaman dari utara. Komando tersebut melibatkan lusinan kapal perang, tank tempur amfibi dan pesawat tempur jenis Sukhoi.
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
Indonesia Tolak Klaim Cina
Cina berupaya menjauhkan Indonesia dari konflik dengan mengakui kedaulatan RI di kepualuan Natuna dan meminta kesediaan Jakarta sebagai mediator. Walaupun begitu kapal perang Cina berulangkali dideteksi memasuki wilayah perairan Natuna tanpa koordinasi. Secara umum sikap kedua negara saling diwarnai kecurigaan, terutama setelah Presiden Jokowi mengatakan klaim Cina tidak memiliki dasar hukum
Foto: Getty Images/R. Pudyanto
AS Tidak Tinggal Diam
Pertengahan Mei 2015 Kementrian Pertahanan AS mengumumkan pihaknya tengah menguji opsi mengirimkan kapal perang ke Laut Cina Selatan. Beberapa pengamat meyakini, Washington akan menggeser kekuatan lautnya ke Armada ketujuh di Pasifik demi menangkal ancaman dari Cina.