Ketika banyak laporan muram bermunculan tentang perubahan iklim, masih ada hal-hal yang memberikan harapan bagi dunia dalam upaya perlindungan iklim. Inilah lima alasan untuk tetap berharap akan adanya perbaikan.
Iklan
Dengan emisi karbon yang diperkirakan mencapai rekor tertinggi tahun ini dan gagalnya tindakan iklim global, banyak pihak mulai putus asa menghadapi krisis iklim Namun menurut studi baru yang dilakukan lembaga pemikir Jerman, New Climate Institute, masih ada alasan untuk tetap berharap.
Studi ini mengamati kemajuan teknologi dan masyarakat dalam membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius, seperti yang disepakati di Paris pada tahun 2015. Para penulis berpendapat bahwa pemahaman tentang penyebab dan dampak perubahan iklim telah berkembang pesat sejak Perjanjian Paris diadopsi.
Kesadaran warga dunia akan iklim semakin tinggi
Perubahan iklim kini telah menjadi isu utama dan dibicarakan oleh sebagian besar masyarakat, dan liputan media juga meningkat, begitu juga disinformasi iklim dan berita-berita palsu.
Meningkatnya kesadaran ini telah menyulut lebih banyak protes iklim, di mana generasi muda memimpin seruan global untuk melakukan tindakan segera dalam gerakan-gerakan seperti Fridays for Future, Extinction Rebellion, Just Stop Oil dan Last Generation.
Laporan ini menyoroti meningkatnya gelombang litigasi iklim terhadap negara dan perusahaan. Para penggugat telah mendorong kepatuhan terhadap undang-undang perlindungan lingkungan dan iklim dengan beberapa keberhasilan. Jerman misalnya telah mengesahkan undang-undang untuk mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030, setelahkeputusan Mahkamah Konstitusi Federal tahun 2021 menuntut hal itu.
Perekonomian "net-zero" kini sudah siap
Sebelum Perjanjian Paris, menurut para penulis, kebijakan iklim berfokus pada pengurangan emisi di sektor-sektor tertentu. Saat ini, mencapai "net zero", atau emisi nol, sudah menjadi tujuan banyak negara, wilayah, dan kota-kota di seluruh dunia.
Pada akhir tahun 2021, 90% perekonomian global menerapkan semacam target net-zero yang mengarah pada diskusi mengenai dekarbonisasi penuh. "Hal itu sebelumnya tidak dapat diterima secara politis,” kata laporan itu.
Iklan
Investasi ramah iklim meningkat
Peningkatan ambisi ini belum menghasilkan pengurangan emisi global, namun para penulis menyebutkan bahwa dunia berada pada jalur yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Investasi berkelanjutan merupakan upaya khusus lebih dari satu dekade yang lalu, dan "kini telah menjadi model standar di dunia keuangan,” menurut laporan tersebut.
Ancaman litigasi perubahan iklim terhadap perusahaan juga semakin meningkat. Dunia usaha dan investor semakin merespons tekanan masyarakat untuk melakukan perubahan dan menyadari semakin besarnya risiko perubahan iklim terhadap bisnis mereka.
Para penulis juga mencatat bahwa risiko investasi pada bahan bakar fosil mungkin akan segera terhenti dan membuat bank-bank semakin enggan membiayai pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.
Energi Surya di Lokasi yang Tidak Biasa
Dari luar angkasa hingga ransel olahraga, modul sel surya dapat digunakan hampir di mana saja. Berikut adalah beberapa lokasi tidak lumrah yang ternyata dapat memproduksi listrik bersih dari energi matahari.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Katamaran surya dalam tur keliling dunia
"Catamaran Race for Water" adalah kapal pesiar dengan pembangkit tenaga surya terbesar di dunia dan beroperasi sepenuhnya tanpa bahan bakar fosil. Modul sel surya di dek kapal menyuplai energi ke motor listrik dan mengisi baterai untuk kebutuhan di malam hari. Tidak menggunakan tiang dan layar, kapal pesiar menggunakan layang-layang yang bisa dikendalikan.
Foto: Race for Water/Peter Charaf
Modul dalam perjalanan
Gembala di Turki ini mengisi daya ponselnya dengan modul sel surya portabel. Modul portabel seperti ini populer di kalangan penjelajah alam bebas. Panel sel surya juga tersedia untuk ransel atau tenda. Mereka yang melakukan perjalanan namun dari jaringan listrik, kini lebih siap untuk hadapi keadaan darurat.
Foto: Halil Fidan/AA/picture alliance
Terbang tanpa bahan bakar fosil
Pesawat "Solar Impulse" terbang keliling dunia dalam beberapa tahapan dan sama sekali tanpa menggunakan bahan bakar fosil. Sel surya di badan pesawat dan sayap memberi daya pada mesin dan mengisi baterai pesawat. Dengan penerbangan keliling dunia, pionir penerbangan ini mempromosikan energi matahari dan menunjukkan apa yang mungkin dilakukan.
Foto: Solar Impulse/Revillard/Rezo.ch
Di luar angkasa dengan layar surya
Sel surya memungkinkan penerbangan luar angkasa yang lebih lama. Modul sel surya dapat dibuka di luar angkasa seperti di ISS atau satelit dan kapsul tak berawak. Para peneliti bahkan merancang taman sel surya di luar angkasa. Wahana eksplorasi matahari telah terbang hingga ke Jupiter. Namun, radiasi matahari di sana 25 kali lebih lemah daripada di orbit Bumi karena matahari sangat jauh.
Foto: NASA SPACEX/HO/dpa/picture alliance
Panggilan telepon bertenaga matahari pertama
Pada tahun 1955, modul sel surya perdana dipasang di negara bagian selatan AS untuk memberikan penguatan daya ke jaringan telepon. Setelah itu menyusul terobosan teknologi untuk perjalanan luar angkasa. Sejak itu, energi surya telah digunakan untuk hampir semua aplikasi energi.
Foto: AP Images/picture alliance
Revolusi energi matahari di bidang pertanian
Bekerja di ladang memang melelahkan. "Farmdroid" robot digerakan energi surya dari Denmark ini bekerja mandiri, otomatis dan tanpa merusak lingkungan. Robot dapat menabur bibit tanaman dan menyiangi gulma. Robot tidak butuh hari libur. Energinya berasal dari modul sel surya di atap dan dikendalikan dengan GPS.
Foto: Nikolai Tuborg/Farmdroid
Energi di atas air
Para pekerja ini bangga dengan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama di Kenya. Instalasi memasok listrik untuk pertanian bunga di bagian utara ibu kota Nairobi. Modul sel surya dipasang pada ponton khusus. Di lokasi lain, modul sel surya terapung di danau terkadang digabungkan dengan budidaya ikan.
Foto: ecoligo GmbH
Memasok energi pulau dengan panel surya di laut
Tahun 2019, panel surya terapung dibangun di laut di Maldives untuk memproduksi listrik buat tempat wisata. Sistem berkapasitas 680-kilowatt memang kecil, tetapi sejauh ini jadi salah satu instalasi sel surya terbesar di laut. Penelitian masih dilakukan untuk pembangkit di lepas pantai karena badai, gelombang kuat dan air asin menyerang modul lebih ganas dibanding di lokasi air tawar.
Foto: Swimsol
Listrik untuk semua
Tidak ada jaringan listrik di desa Tukul di Sudan Selatan. Tapi panel sel surya sekarang memproduki listrik secara lokal untuki ponsel dan lampu. Kemiskinan energi adalah masalah besar. Tahun 2016, di seluruh dunia 840 juta orang tidak punya akses listrik. Jumlahnya diharapkan turun menjadi 650 juta pada tahun 2030, terutama berkat modul sel surya yang terdesentralisasi.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Memanen sinar matahari di pegunungan tinggi
Muttsee dekat Basel adalah reservoir tertinggi di Swiss. Sebuah instalasi panel surya raksasa dipasang di dinding bendungan. Menghasilkan listrik berlimpah, terutama di musim dingin, karena modul lebih efisien dalam cuaca dingin dan salju memantulkan tambahan sinar matahari. Sinar matahari jauh lebih kuat di ketinggian, karena kabut tetap berada di lembah. (sc/as)
Foto: Axpo
10 foto1 | 10
Sistem energi sedang bertransformasi
Banyak perusahaan kini mempublikasikan risiko iklim mereka, sebagian karena inisiatif sendiri atau karena dituntut oleh undang-undang baru. Dari 500 perusahaan terbesar AS yang terdaftar di lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor's, lebih dari 70% jtelah mengungkapkan target emisi mereka.
Meski begitu, menurut para penulis studi, model bisnis berbasis minyak dan gas masih sangat menguntungkan dan masih mendominasi pasar. Model bisnis memang tengah mengalami perubahan, namun terlalu lambat. Lobi perusahaan sering kali menghambat aksi iklim.
Biaya energi terbarukan telah turun dalam dekade terakhir dengan kecepatan yang lebih cepat dari perkiraan awwal. Bahan bakar terbarukan sekarang lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil di 90% dunia, dan merupakan sumber pembangkit listrik massal termurah.
Energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, yang menjadi inti sistem energi global sudah "merupakan hal yang normal,” menurut para penulis. Penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap "bukan lagi persoalan 'mungkinkah', melainkan 'kapan'". (hp/yf)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW? Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!