1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

5 Fakta tentang Hari Persatuan Jerman

Katharina Abel
3 Oktober 2025

Pada 3 Oktober, Jerman merayakan reunifikasi Timur dan Barat. Bagaimana hal itu terjadi, dan bagaimana cara merayakannya? Bagaimana perasaan warga Jerman tentang reunifikasi hari ini?

Jerman Berlin 1990 | Perayaan Hari Persatuan Jerman di Gedung Reichstag
Kembang api dan bendera Jerman: Merayakan persatuan Jerman di Berlin 1990Foto: Jörg Schmitt/dpa/picture alliance

Setelah berakhirnya Perang Dunia II pada 1945, Jerman yang kalah dibagi menjadi empat zona pendudukan, yang dikendalikan oleh kekuatan Sekutu: Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan Uni Soviet.

Pada 1949, lahirlah dua negara: Republik Federal Jerman (Bundesrepublik Deutschland) yang demokratis di Barat, dan Republik Demokratik Jerman (Deutsche Demokratische Republik) yang sosialis di Timur, dengan yang terakhir berada di bawah kendali Soviet. Sejak saat itu, Jerman terbelah.

Warga Jerman Timur hanya diperbolehkan bepergian ke Barat dengan syarat ketat. Perbatasan Jerman Timur dijaga ketat, dan sebuah tembok besar dibangun mengelilingi Berlin Barat, yang menjadi bagian Jerman Barat, untuk mencegah warga Jerman Timurmeninggalkan negaranya.

Bagaimana reunifikasi Jerman terjadi?

Warga Jerman Timur hidup dalam negara penuh pengawasan, tanpa kebebasan berekspresi. Mereka yang tidak sejalan dengan rezim sosialis menghadapi penganiayaan dan penjara.

Menjelang akhir 1980-an, masyarakat semakin bangkit melawan pemerintah. Mereka merindukan kebebasan dan demokrasi yang dinikmati tetangga mereka di Jerman Barat.

Sementara itu, di Uni Soviet, kebijakan reformasi Mikhail Gorbachev memberi dorongan semangat. Berbeda dengan pendahulunya, Gorbachev menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan militer guna menekan gerakan protes di Jerman Timur dan negara-negara Blok Timur lainnya.

Pada 1989, gelombang demonstrasi damai melanda kota-kota Jerman Timur, yang akhirnya mengarah pada runtuhnya Tembok Berlin. Hal ini membuka jalan menuju reunifikasi Jerman Timur dan Barat.

Mengapa 3 Oktober menjadi Hari Persatuan Jerman?

Pembukaan Tembok Berlin pada 9 November 1989 adalah titik balik menuju reunifikasi. Sekilas, tanggal itu tampak jelas untuk diperingati.

Namun, tanggal itu juga penuh tragedi. Pada malam 9–10 November 1938, rezim Nazi membakar sinagoga di seluruh Jerman, menghancurkan bisnis dan rumah milik Yahudi, serta membunuh dan menangkap orang-orang Yahudi. "Reichspogromnacht", juga dikenal sebagai Pogrom November, sebelumnya disebut "Kristallnacht", menandai awal penganiayaan sistematis dan pembantaian massal orang Yahudi.

Tembok Berlin runtuh pada 9 November 1989Foto: Sven Simon/IMAGO

Karena itu, perayaan reunifikasi pada tanggal tersebut dianggap tidak pantas. Tanggal 3 Oktober dipilih sebagai hari libur nasional baru. Pada tanggal itu, tahun 1990, reunifikasi resmi dituntaskan, saat Jerman Timur secara resmi bergabung dengan Jerman Barat dan Bersatu dengan nama Republik Federal Jerman.

Bagaimana warga Jerman merayakan Hari Persatuan?

Jawabannya: relatif sederhana. Jangan harap pesta kembang api besar atau jalanan penuh warna nasional. Meski begitu, hampir setiap kota mengadakan acara, open house, dan perayaan kecil.

Selain itu, setiap 3 Oktober, salah satu negara bagian menjadi tuan rumah festival resmi yang lebih besar, biasanya di ibu kota negara bagian tersebut. Tanggung jawab ini jatuh pada negara bagian yang sedang memegang kursi kepemimpinan Bundesrat, majelis tinggi parlemen Jerman.

Pada 2025, giliran Saarland. Di ibu kotanya, Saarbrücken, program resmi berlangsung dari 2 hingga 4 Oktober dengan janji "hiburan, seni dan budaya, kuliner dan pariwisata, serta pertukaran demokratis."

Namun, bagi kebanyakan warga Jerman, hari itu sekadar hari libur untuk dinikmati.

Mengapa belum ada monumen reunifikasi?

Sebenarnya sudah direncanakan sejak lama. Setelah hampir 10 tahun perdebatan, pada 9 November 2007, Bundestag (parlemen Jerman) memutuskan untuk membangun sebuah "Monumen Kebebasan dan Persatuan."

Gagasannya adalah menghadirkan struktur sepanjang 50 meter yang bisa dilalui, di depan Humboldt Forum di pusat Berlin. Monumen ini dirancang sebagai metafora interaktif untuk demokrasi: ketika orang-orang melangkah di atasnya, platform akan miring mengikuti arah mayoritas.

Namun hingga 2025, monumen itu belum terwujud. Perselisihan antara perusahaan pelaksana dan institusi pemerintah terkait menunda pembangunan. Entah kapan solusi ditemukan masih belum pasti. Setidaknya, fondasinya sudah ada.

Menyusuri Tembok Berlin

04:33

This browser does not support the video element.

Apakah Jerman kini benar-benar bersatu?

Meski ada upaya politik, survei terbaru oleh lembaga pemasaran Forsa menunjukkan bahwa Jerman belum sepenuhnya mengatasi perpecahan itu.

Saat ini, hanya 35% responden yang mengatakan bahwa Timur dan Barat "sebagian besar sudah menyatu." Perbedaan persepsi itu justru menegaskan jurang: di Timur, hanya 23% yang percaya rakyat Jerman telah menjadi satu bangsa sejak 1990, dibanding 37% di Barat.

Rasa kebersatuan mencapai puncaknya pada 2019, ketika 51% setuju bahwa kedua bekas negara itu pada dasarnya sudah menyatu. Ketika ditanya oleh lembaga riset politik Infratest dimap apa yang masih kurang bagi reunifikasi yang berhasil, jawaban terbanyak, 50%,  adalah kesetaraan upah, pensiun, dan kekayaan.

 

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Rahka Susanto

Editor: Yuniman Farid