Semakin banyak orang Jerman keluar dari keanggotaan gereja. Tapi banyak orang masih ingin pendeta atau pastur memberkati pernikahan mereka. 'Rent a pastor' berharap dapat menutup permintaan pasar ini.
Iklan
Andrea ingin pernikahannya tidak hanya jadi hari besar, tapi juga sesuatu yang istimewa dan bersifat pribadi. "Walaupun kami tidak pergi ke gereja secara teratur, kami tidak mau pernikahan hanya jadi acara standar," demikian Andrea. Ia kemudian mengontak Mickey Wiese, ahli teologi yang menyebut dirinya "event pastor" (red - pendeta untuk acara khusus). Wiese menawarkan pernikahan Kristen bagi pasangan yang bukan anggota gereja.
Wiese, yang berusia awal 50-an, mengenakan kuncir rambut dan juga bekerja sebagai dosen lepas. Layanannya yang istimewa adalah, ia bersedia memimpin pernikahan di lokasi yang tidak biasa, misalnya di perkebunan anggur atau di taman. Musim gugur mendatang ia akan mengenakan baju biarawan, dan memimpin pernikahan di puri dari Abad Pertengahan. Untuk mengontak Wiese orang hanya perlu membuka situsnya.
Menikah Gaya Jerman
Bagi banyak orang, hari pernikahan adalah hari terindah dalam hidup. Tapi di Jerman pengantin perempuan diculik dan harus menggergaji batang pohon. Ada apa di balik ritual itu?
Foto: picture alliance/chromorange
Bunga untuk Pengantin Berikutnya
Pasangan ini sudah melewati upacara pernikahan. Teman dan keluarga mengucapkan selamat. Dan di latar belakang sejumlah teman perempuan sudah menunggu pengantin melempar buket pengantin. Katanya, orang berikutnya yang berhasil menangkap, akan segera menemukan jodoh. Tapi ritual pernikahan sebenarnya dimulai jauh sebelum upacara pernikahan. Beberapa di antaranya bisa ditemukan di negara Eropa lain.
Foto: Colourbox
Jangan Lihat!
Katanya, jika pengantin pria melihat gaun pengantin, itu akan bawa sial. Sekarang tidak ada lagi yang percaya, tapi banyak perempuan masih mematuhinya. Tapi tujuannya karena mereka ingin memberikan efek kejutan bagi pengantin pria. Jadi biasanya pengantin pria bisa melihat gaun yang dipakai hanya beberapa menit sebelum upacara.
Foto: Colourbox
Perpisahan dari Masa Single
Sebelum pernikahan, pengantin pria dan perempuan merayakan berakhirnya masa single dengan pesta bersama teman-teman, tapi terpisah. Pesta bisa dengan berbagai cara. Mulai dari berceloteh dan bercanda di kafe kesayangan, sampai tur mabuk-mabukan di Mallorca. Yang khas: semua yang hadir memakai kostum sama. Atau pengantin harus menjual kondom atau korek api. Hasil penjualan untuk bayar pesta.
Foto: picture-alliance/K. Rose
Beling Pembawa Untung
Pepatah "Beling Bawa Untung“ ditanggapi serius dalam acara Polterabend. Keluarga dan teman bertemu sebelum pernikahan dan mebawa perabot pecah belah yang sudah tidak dipakai. Itu kemudian dipecahkan dengan dibanting sekeras mungkin. Keributannya katanya mengusir setan dan hantu dari pasangan pengantin. Keduanya kemudian harus membersihkan bersama-sama. Itu jadi tanda "kerjasama" dalam keluarga.
Foto: Fotolia/Pixelacts
Yang Baru, Tua dan Dipinjam
Akhirnya hari besar tiba. Menurut tahayul, pengantin perempuan harus mengenakan sesuatu yang tua sebagai simbol kelanggengan, juga sesuatu yang baru untuk tanda masa depan bahagia. Sesuatu yang dipinjam jadi tanda persahabatan, dan sesuatu berwarna biru sebagai sumbol cinta dan kesetiaan. Itu semua bisa diperoleh dari keluarga dan teman.
Foto: picture-alliance/ZB
Tunjukkan Sepatu!
Ratusan tahun lalu, "bekal" bagi anak perempuan yang akan menikah sudah dikumpulkan sejak lama. Misalnya alas tempat tidur atau peralatan makan. Jika pengantin perempuan bisa membeli sepatu dengan uang logam sen yang dikumpulkan sendiri, ia dianggap pintar menabung. Jaman sekarang sepatu bukan barang mahal. Tapi keluarga dan teman masih membantu mengumpulkan uang logam untuk beli sepatu.
Foto: picture-alliance/ ZB
Saksi dengan Segudang Kewajiban
Di depan UU Jerman, pernikahan yang sah dilakukan di catatan sipil. Pernikahan di gereja bukan kewajiban. Di depan hukum, saksi harus ada. Tapi tugas mereka bukan hanya itu saja. Mereka biasanya mengorganisir pesta, misalnya dengan permainan lucu, atau menunjukkan foto-foto para pengantin ketika masih kecil. Mereka biasanya juga mengorganisir acara perpisahan dari masa single.
Foto: privat
Melewati Barisan
Setelah pernikahan, teman atau kolega pasangan pengantin berdiri seperti dalam barisan, dan pasangan berjalan di antara mereka. Barisan itu menunjukkan hobi atau pekerjaan pengantin. Foto: nampaknya profesi pengantin adalah pembersih cerobong asap, jika melihat kostum yang dikenakan, serta sapu yang dipegang. Bersamaan dengan itu mereka dilempari beras, yang melambangkan berkat berupa banyak anak.
Foto: picture alliance/dpa/A. Altwein
Tradisi Yang Melibatkan Hati
Pasangan pengantin harus memotong bentuk hati dari seprai tua. Setelah itu, pengantin pria harus menggendong istrinya melewati lubang berbentuk hati tersebut. Langkah ini merupakan simbol, bahwa tantangan apapun akan dilalui bersama dan tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan rumah tangga mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
Bersama Kita Kuat!
Banyak pengantin harus menghadapi bukan hanya tantangan berupa seprai, melainkan juga batang pohon. Baru setelah keduanya berhasil menggergaji batang pohon, jalan menuju rumah tangga bersama terbuka. Dengan menggergaji bersama, mereka menunjukkan mampu mengatasi masalah secara bersama. Gergaji yang dipegang bersama juga menunjukkan kemampuan bekerja dalam tim.
Foto: picture alliance/dpa/M. Schutt
Pengantin Perempuan Diculik
Di Abad Pertengahan, katanya, tuan tanah berhak melewati malam pertama bersama pengantin perempuan. Untuk mencegahnya, pengantin pria menculik pengantin perempuan sebelum pesta diadakan. Jaman sekarang, teman "menculik" pengantin perempuan dan meninggalkan petunjuk bagi calon suami, di mana istrinya bisa ditemukan. Biasanya di bar. Untuk bisa membawa pulang istri, suami harus mentraktir minum.
Foto: Colourbox
Langkah Pertama Menuju Masa Depan Bersama
Jika pasangan tiba di rumah, suami harus menggendong istri melewati pintu depan. Katanya, dengan cara itu, istri terlindung dari roh jahat yang bersembunyi di bawah pintu masuk, dan berusaha "menyabot" kebahagiaan mereka. Langkah pertama itu juga jadi lambang langkah bersama pasangan itu melewati hidup bersama.
Foto: picture alliance/chromorange
12 foto1 | 12
Dari Tidak Konvensional sampai Beragam Budaya
Lewat situs "Rent a Pastor," orang bisa menemukan sekitar 20 ahli teologi di seluruh Jerman. Penawaran banyak macamnya. Orang bisa menyewa pembicara yang tidak konvensional, yang terkenal dari berbagai talkshow. Atau juga pastur dari Brasil yang punya spesialisasi dalam pernikahan antar budaya. Mereka juga bisa dipesan untuk penguburan. Biayanya 50 Euro atau sekitar 650.000 rupiah per jam.
Situs ini awalnya dibuat Samuel Diekmann, ahli teologi dari gereja fundamentalis Free Evangelical Church di negara bagian Hessen. Ia menawarkan layanannya untuk mendapat uang tambahan. Akhir tahun lalu, sejumlah ahli teologi lain juga bergabung. Target mereka adalah orang-orang yang tidak mau berurusan dengan institusi gereja, tetapi tetap percaya kepada Tuhan atau ingin pembicara profesional dalam pernikahan mereka.
250 Pasangan Kawin Lari Massal di Bangkok
Menikah butuh biaya. Di Bangkok, Thailand, biayanya bisa mencapai ratusan juta rupiah. 250 pasangan di Bangkok berpartisipasi dalam acara ‘kawin lari massal’ berhadiah ratusan juta rupiah.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Kawin lari berhadiah
Mereka kawin lari dalam arti sesungguhnya: dengan baju pengantin berlari-lari! Di Bangkok, Thailand, 250 pasangan pengantin adu lari memperebutkan hadiah sebesar 28 ribu dollar AS. Hadiah itu tentunya sangat membantu mereka yang ingin menyelenggarakan pesta pernikahan. Dengan mengenakan baju pengantin, mereka lomba lari memperebutkan hadiah ini.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Romantisnya
Dalam foto ini, tampak pengantin pria membantu kekasihnya memakaikan sepatu lari sebelum pertandingan dimulai, di sebuah taman di ibukota Thailand, Bangkok. Sekitar 4 km jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan ini. Ayo, semangat!
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Hadiah selain uang
Mereka kecapaian atu 'ngambek'? Yang jelas pasangan ini tampak sedang beristirahat. Selain uang, pasangan cinta yang ikut adu lari massal ini juga memperebutkan hadiah-hadiah lain, seperti paket gaun pengantin, penyewaan band atau pertunjukkan musik, hingga bulan madu di Phuket dan Maladewa.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Menang tak menang tetap gembira
Namanya menikah, yang terpenting tentu bukan soal materi, namun kebahagiaan. Meski ‘ngos-ngosan‘ pasangan ini tampak gembira berpartisipasi di ajang adu balap lari pengantin. Kuat lari, kuat menggendong pula, calon suami idaman?
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Pemenangnya
Begitu sampai di garis akhir pertandingan, pasangan yang menang membuncah rasa gembiranya. Mereka yang berhasil jadi juara ‘kawin lari massal‘ ini adalah Rittchai Prasonsin, 27 (tahun) dan Sirada Thamwanna (29 tahun). Selamat buat pemenang, semoga bahagia dan langgeng hingga kakek-nenek. Ed: ap/as (rtr)
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
5 foto1 | 5
Diekmann menjelaskan, pembicara mudah disewa. Ia dan rekan-rekannya menggunakan etika profesional untuk menarik klien. Bagi pernikahan sepasang hippy, ia mengenakan kalung dari bunga. Yang penting adalah kebahagiaan pasangan itu, demikian Diekmann.
Tapi Volker Lehnert, anggota Dewan Gereja Protestan wilayah Rheinland memandang bisnis ini dengan skeptis. Baginya ini pengaruh Hollywood. Menurutnya memang bagus bahwa kepercayaan kepada Tuhan penting dalam upacara pernikahan semacam itu. Tapi itu memberikan isyarat negatif dan merugikan institusi gereja.
Orang Jerman Tidak Percaya Lagi kepada Tuhan?
Baik Katolik maupun Protestan, dua organisasi gereja terbesar di Jerman semakin kehilangan anggotanya. Demikian halnya dengan jurusan teologi di berbagai universitas Jerman. Apakah Jerman mengalami krisis kepercayaan?
Foto: Fotolia/milkovasa
Kepercayaan Surut
Komunitas yang berdasarkan agama Kristen di Jerman sekarang semakin ditantang ancaman untuk tetap bertahan. Apakah pergi ke gereja masih sesuai jaman? Apa yang ditawarkan gereja sebagai institusi? Bagaimana institusi gereja bisa meyakinkan orang yang sudah tidak jadi anggota? Ada yang bilang ini "fase peralihan". Kritikus menyebutnya krisis.
Foto: Fotolia
Bangku-Bangku Kosong
Angka bisa jadi buktinya. Gereja Katolik Jerman kehilangan hampir 180.000 anggota tahun lalu, berarti 50% lebih banyak dari tahun sebelumnya. Gereja Protestan Jerman tidak kehilangan anggota sebanyak itu. Tetapi jumlah orang yang menjadi anggota jauh lebih sedikit.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Dana
Berkurangnya jumlah anggota berarti juga berkurangnya pemasukan organisasi gereja. Karena di Jerman, orang yang jadi anggota, juga membayar pajak gereja. Bagi orang berpenghasilan menengah, jumlahnya sampai beberapa ratus Euro per tahun. Bagi mereka yang berpandangan skeptis terhadap institusi gereja, ini kadang jadi argumen untuk keluar dari keanggotaan.
Foto: Fotolia/Joachim B. Albers
Dalam Pencarian
Banyak orang, yang tidak merasa memperoleh apapun dari gereja kadang mengganti agamanya. Misalnya David Stang. Ia dulunya Katolik. Sebagai remaja ia bahkan aktif dan jadi putra altar. "Tapi ada yang tidak cocok," katanya jika mengenang kembali. Ia akhirnya memeluk agama Islam dan merasa menemukan dirinya sendiri.
Foto: DW/K. Dahmann
Didera Skandal
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang keluar dari keanggotaan gereja akibat sejumlah besar kasus pelecehan seksual oleh imam dan pekerja organisasi gereja. Gereja Katolik didera skandal berjumlah sangat besar dan paling jadi sasaran kritik. Ketika pelecehan seksual pertama terkuak 2010, Bischofskonferenz yang jadi instansi gereja Katolik tertinggi di Jerman adakan penelitian, tapi terhenti.
Foto: picture-alliance/dpa
Uskup Mewah
Jumlah orang yang keluar dari gereja Katolik kembali memuncak pertengahan 2013. Biaya pembangunan rumah baru uskup di daerah Limburg jadi kepala berita. Awalnya hanya empat juta Euro, kemudian naik jadi lebih dari 30 juta. Ketika tekanan makin besar, Uskup Franz-Peter Tebartz-van Elst ajukan pengunduran diri kepada Paus. Tapi banyak anggota tidak perjaya lagi pada gereja Katolik Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Kekurangan Penerus
Dua organisasi gereja terbesar di Jerman alami dilema yang sama. Jumlah mahasiswa jurusan teologi berkurang. Yang ingin menjadi imam Katolik juga semakin sedikit. Misalnya gereja Katolik, jumlah imamnya sekarang berkurang seperempat dibanding 1995. Tetapi jumlah pekerja pelayanan iman yang tidak memiliki ijazah resmi bertambah.
Foto: picture-alliance/dpa
Masa Depan Tidak Jelas
Semakin banyak komunitas gereja yang hadapi kesulitan untuk terus eksis. Kedua organisasi gereja terbesar masih memiliki 45.000 gereja. Sejumlah besar komunitas terpaksa disatukan dalam beberapa tahun terakhir. Anggota gereja Katolik Sankt Gertrud di Köln (foto) misalnya, sudah disatukan dengan tiga gereja lainnya. Banyak gedung gereja sudah tidak digunakan lagi untuk beribadat.
Foto: cc/by/sa/Elya
Pelayan Restoran, Bukan Imam
Mengurus bangunan gereja perlu biaya besar, terutama jika harus diperbaiki. Pakar memperkirakan, hampir 10% bangunan gereja harus dijual. Gereja Martini di Bielefeld misalnya, sejak 2005 jadi restoran. Balkon di dalam gereja yang menjadi tempat organ jadi ruang untuk tamu spesial.
Foto: picture-alliance/Robert B. Fis
Memanjat "dengan Iman"
Tapi ada juga inisiatif lain. Banyak gedung gereja seperti di Gelsenkirchen (foto) dijadikan gereja khusus remaja. Di sini kawula muda yang tidak bisa menerima ibadah secara tradisional berkumpul dan perdalam iman bersama, dengan pelayanan iman khusus bagi remaja. Di gereja, sejak 2009 mereka juga bisa berolahraga memanjat, mereka belajar bahwa iman jadi sumber kekuatan dan keyakinan diri.
Foto: picture-alliance/dpa
Apakah Benar Iman Tidak Penting Lagi?
Sekitar dua pertiga orang Jerman menyatakan percaya kepada Tuhan. Di Jerman Timur, karena sejarah ateis di masa Jerman Timur, jumlahnya lebih sedikit daripada di Jerman Barat. Banyak orang yang percaya kepada Tuhan tidak jadi anggota kedua gereja Jerman terbesar. Mereka memilih jadi anggota organisasi gereja yang lebih kecil. Selain itu, berdoa juga bisa dilakukan sendirian.
Foto: Fotolia/milkovasa
11 foto1 | 11
Sekarang di Jerman semakin banyak orang keluar dari keanggotan dalam gereja Katolik dan Protestan. Terungkapnya banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak menyebabkan perkembangan ini. Tahun 2010, 180.000 orang keluar dari gereja Katolik, dan 145.000 dari gereja Protestan. Sehingga warga Jerman yang masih anggota gereja kurang dari 60%.
Ketika Berganti Keyakinan
Mereka pindah agama karena kehendak mereka sendiri. Namun hal ini kerap menuai ketidakpahaman atau bahkan penolakan dari keluarga dan lingkungannya. Demikian pula yang dialami mereka di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Sebuah langkah besar
Ketika David Stang keluar Gereja Katolik, pada awalnya keluarganya syok. Dulu, waktu remaja, ia bahkan menjadi putra altar di gerejanya. Ia pun rajin membaca Alkitab. Ia merasa tidak cocok. Ia bercerita: "Saya dapat memahami, pastur tidak dapat menceritakan kepada saya tentang pasangan, misalnya."
Foto: DW/K. Dahmann
Tumbuh di hati
Dari kekecewaannya terhadap gereja Katolik, David Stang mulai melakukan pencarian makna pada agama-agama lain. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang pengacara Jerman, yang masuk agama Islam. "Dia membuat saya apa mengenal Islam dan nilai-nilai yang terkait dengan itu," kata pria itu. "Dan di sana saya menemukan makna bagi diri saya lagi.“
Foto: DW/K. Dahmann
Sebuah proses yang panjang
Bagi David Stang, masuk agama Islam berarti proses pembelajaran lagi: "Awalnya, saya pikir jika masuk Islam, maka Anda harus menjauhi alkohol, makan babi dan memakai janggut. Tapi pengacara yang memperkenalkannya dengan Islam menunjukkan kepadanya bahwa yang terpenting adalah perasaan betapa menyenangkan untuk menjadi seorang Muslim. Sisanya tinggal mengikuti."
Foto: DW/K. Dahmann
Kompromi iman
Sebagai kaum profesional, sehari-hari David Stang mengalami kemacetan antara Hannover dan kota kelahirannya Bonn. Lima kali sehari untuk berdoa tidak selalu memungkinkan baginya, maka ia kemudian memperpanjang doa di pagi dan sore hari. Untuk alasan profesional janggutanya pun ia pangkas. Yang penting, katanya, "mengintegrasikan iman ke dalam kehidupan."
Foto: DW/K. Dahmann
Penolakan Islam radikal
Terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan kaum Salafi di Bonn pada tahun 2012, atau teroris radikal, ia menjauhkan diri: "Jika agama itu membenarkan apa yang dilakukan teroris, misalnya memasang bom di sekitar leher, saya tak ingin berurusan dengan hal semacam itu.“
Foto: picture-alliance/dpa
Meninggalkan gereja
Ute Lass tumbuh dalam keluarga Katolik, tapi menurutnya gereja membatasinya. Ia bermimpi belajar teologi: “Tapi sebagai seorang teolog, saya tidak bisa berperan banyak dalam Katholik . Ia kemudian pindah gereja.
Foto: DW/K. Dahmann
Rumah baru
Lewat suaminya, yang dibaptis sebagai Protestan, Ute cepat menemukan kontak ke gereja Protestan. Anaknya diikutsertakan dalam kelompok bermain , diapun mencari kontak untuk ikut dalam paduan suara gereja. Namun butuh waktu lima tahun sampai dia memutuskan untuk membuat "langkah besar". Pendeta Annegret Cohen (kiri) dan Nina Gutmann (tengah) menemaninya dalam pertarungan batin ini.
Foto: DW/K. Dahmann
Sikap toleran
Keluarga dan teman-teman bereaksi positif. "Mereka mengatakan , ini jauh lebih cocok! " Bagaimana dengan tempat kerjanya, organisasi bantuan Katholik Caritas? Ute Lass mendapat lampu hijau. Mereka mengatakan, adalah penting bahwa Anda tetap dibaptis sebagai seorang Kristen dan ke gereja.
Foto: picture-alliance/dpa
Disambut
Di gereja Protestan, Ute Lass disambut dengan tangan terbuka. Dengan sukacita ia menangani hal seperti misalnya bazaar gereja. Apakah ia kadang merindukan kehidupannya sebagai umat Katholik?Jawabnya: “Saya memiliki iman yang kuat terhadap Bunda Maria, yang perannya tak seperti di gereja Protestan," katanya. “Tapi untuk beberapa hal, saya tetap seperti itu.“
Foto: DW/K. Dahmann
Memfasilitasi masuknya anggota
Selama bertahun-tahun, gereja-gereja Kristen melaporkan bahwa jumlah jemaatnya menurun: Semakin banyak orang keluar gereja, entah karena alasan agama atau hanya untuk menghindari gereja. Dalam rangka memfasilitasi masuknya anggota baru, gereja-gereja di Jerman menyambut baik, seperti di Fides, Bonn dimana pastur Thomas Bernard (kanan) bekerja.
Foto: DW/K. Dahmann
Akibat skandal?
Gereja Katolik dalam beberapa tahun terakhir mengalami berkurangnya jumlah umat. Banyak orang percaya, ini terjadi setelah sejumlah kasus pelecehan seksual dalam biara. "Skandal yang substansial," Thomas Bernard mengakui. "Kami telah demikian kehilangan daya tariknya." Meskipun berita di media menghancurkan nama gereja, dia yakin: "Iman dapat memberikan dukungan."
Foto: DW/K. Dahmann
Membuka pintu iman
Salah satu alasan mengapa orang bergabung dengan Gereja Katolik saat ini, menurut Thomas Bernard adalah liturgi. "Banyak orang mengagumi perayaan ibadah," katanya. Reformasi di tubuh gereja seperti ynag dilakukan paus yang baru, diharapkan menyebabkan banyak orang yang telah keluar dari Katholik, kembali menemukan gereja.
Foto: DW/K. Dahmann
Permohonan untuk kebebasan beragama
Orang-orang yang telah mengubah agama mereka, pernah ditampilkan dalam sebuah pameran di Munchen. Pameran ini menunjukkan permohonan untuk kebebasan hak asasi manusia, termasuk kebebasan memilih agama.
Foto: Jüdisches Museum München 2013
Bayipun ‘pindah agama‘
Gambar ini menunjukkan nasib putri Jennifer dan Ricky Grossman: Bayi tidak diakui sebagai Yahudi , karena ibunya bukan Yahudi. Oleh karena itu ibunya harus masuk Yahudi dulu, karena itulah syarat untuk bisa diterima sebagai anggota penuh dari komunitas Yahudi.
Foto: Jüdisches Museum München 2013
14 foto1 | 14
Mengiklankan Keyakinan
Namun demikian, pendiri Rent a Pastor, Samuel Diekmann tidak melihat pelayanan yang ditawarkannya bersifat anti gereja. Ia bahkan percaya, itu bisa membawa orang untuk benar-benar kembali kepada Tuhan. Ia menjelaskan, jika orang yang bukan anggota organisasi otomotif mengalami kecelakaan, organisasi itu tetap bersedia menolong. Orang kemudian terpikir untuk menjadi anggota. Ahli teologi itu berharap, layanannya punya efek sama. "Lewat kerja yang bagus, kebaikan hati dan humor kita bisa menarik orang."
Setelah melihat pernikahan Andrea dan suaminya yang bersifat tradisional, beberapa teman mereka tertarik untuk memakai jasa Mickey Wiese. Wiese bertutur, ia tidak mau menilai dan mengatakan pendeta lain tidak mampu melakukan pelayanan itu. "Tapi jelas berbeda jika ahli teologi menawarkan pelayanan untuk acara tertentu. Kewajibannya berbeda," demikian Wiese.
Kisah Kaum Pria Yang Memadu Asmara Dengan Boneka
Semakin banyak pria di Jepang menyerah dalam berusaha menemukan cinta sejati pada perempuan riil. Beberapa dari mereka beralih ke boneka silikon. Sekitar 2.000 boneka perempuan terjual setiap tahunnya di Jepang.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Saat api asmara mulai padam
Ketika percikan asmara Masayuki Ozaki dengan istrinya mulai padam, fisioterapis berusia 45 tahun ini menemukan jalan keluar yang tidak biasa untuk menutupi kekosongan romantis: menjalin cinta dengan boneka silikon, boneka ukuran manusia in, bernama Mayu. Dia meletakkan boneka ini di tempat tidurnya, seatap dengan istri dan anak perempuannya di Tokyo. Akhirnya menyulut konflik.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Bersumpah, ini cinta dalam hidupnya
Masayuki Ozaki bercerita, setelah istrinya melahirkan, mereka berhenti berhubungan intim. Dia merasa sangat kesepian. "Tapi saat aku melihat Mayu di toko,itu adalah cinta pada pandangan pertama," kata Ozaki. Dia kerap kencan dengan 'kekasih baru' nya. Dia mengenakannya dengan wig, mengenakan pakaian dan perhiasan serta mendadani pasangannya-- yang dianggap kurang lazim oleh masyarakat umum.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Bawa bonekanya ke surga
Ozaki adalah satu dari sejumlah besar pria Jepang yang mengalihkan cintanya pada boneka karet. Dia juga mengaku mati rasa berhubungan dengan manusia."Saya mencintainya dan ingin selalu bersamanya selamanya."Saya tidak dapat membayangkan kembali berpasangan dengan manusia. Saya bahkan ingin dikuburkan bersama dia dan membawanya ke surga. "
Foto: Getty Images/B.Mehri
Mahar seharga mulai dari 6000 dollar AS
Menurut orang dalam industri boneka silikon ini, sekitar 2.000 boneka semacam itu terjual setiap tahunnya di Jepang. harganya mulai dari dari US$ 6.000. Setiap boneka dilengkapi dengan jemari yang dapat diatur, kepala dan alat kelamin yang mudah dibongkar pasang. Sebagian besar konsumen adalah duda, atau fetis manekin. Konsumen lain: kaum cacat fisik dan orang yang takut kena serangan jantung
Foto: Getty Images/B.Mehri
Manusia selalu ingin sesuatu, boneka tidak
Senji Nakajima hidup dengan boneka karetnya: Saori. Hubungan Nakajima dengan Saori telah menghancurkan keluarganya, tapi dia menolak meninggalkan 'kekasihnya' yang tak bernafas tersebut. "Orang selalu menginginkan sesuatu dari Anda - seperti uang atau komitmen," katanya. "Tapi tidak demikian dengan boneka. "Hatiku berdebar tiap pulang ke Saori," tambah pria beristri dan beranak dua ini.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Beraktivitas bersama
Senji Nakajima adalah seorang pengusaha kelahiran Tokyo. Dia berusia 62 tahun. Setiap hari dia merawat bonekanya, seperti memandikannya. Dia juga membingkai foto 'kekasihnya' di dinding. Kegiatan lain dengan bonekanya adalah bermain ski dan berselancar. Terkadang mereka berpiknik bersama.
Foto: Getty Images/B.Mehri
Cinta sejati
Baik istri maupun anak perempuan Nakajima tidak menerima boneka berbentuk perempuan ini di rumah mereka. Tapi anak laki-lakinya bisa mengerti perasaan sang ayah. Nakajima puas dengan kehidupan barunya sekarang dan dia tidak pernah memikirkan untuk kembali ke masa lalu. Dia menantikan masa depannya dengan Saori, boneka kesayangannya. Dia percaya bahwa dia telah menemukan cinta sejati
Foto: Getty Images/B.Mehri
Mencari ketenangan hidup
Di Jepang makin meningkatnya jumlah pria yang dikenal dengan sebutan 'herbivora' berpaling dari cinta dan nilai maskulin tradisional ke kehidupan yang tenang dan tidak kompetitif. Itulah sebabnya Yoshitaka Hyodo, pengusaha produk erotika Jepang mengatakan, di masa depan dia yakin semakin banyak pria akan memilih hubungan dengan boneka. Ed: ap/as (afp/foto: Behrouz Mehri)