Tanggal 12 Mei 1965 Jerman dan Israel secara resmi menjalin hubungan diplomatik. Prosesnya memakan waktu amat lama dan sangat alot. Pasalnya Dunia Arab ancam pemutusan hubungan diplomatik, jika Israel diterima resmi.
Iklan
Bulan Maret 1965 di Bonn, ibukota Republik Federal Jerman atau lebih dikenal sebagai Jerman Barat ketika itu muncul kehebohan. Pemicunya, Israel terus mendesak Republik Federal Jerman untuk mengubah hubungan diplomatik informal yang sudah terjalin beberapa tahun lamanya, menjadi hubungan diplomatik resmi.
Pertanyaan yang muncul: Apakah Jerman akan menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Israel? "Berhari-hari lamanya terjadi tarik ulur amat alot", kenang Inge Deutschkron (92) yang saat itu bekerja sebagai wartawan bagi harian Israel "Maariv".
"Masalah utamanya, kanselir Jerman saat itu Ludwig Erhard kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menanggapi desakan dari Yerusalem", ujar Deutschkron kepada DW. Pemerintah Jerman Barat menimbang cukup lama. Pasalnya negara-negara Arab mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik, jika Israel diterima resmi sebagai mitra diplomatik.
Gengsi dan bisnis
Ketika itu Jerman Barat memandang hubungan bisnis dengan dunia Arab jauh lebih penting. Selain itu, juga menyangkut posisi dan gengsi Jerman Barat di dunia Arab. Pada tahun 1965 kanselir Ludwig Erhard sedang menghadapi masalah pelik, terkait sikap Mesir terhadap Jerman Timur.
Auschwitz - Menengok Kekejaman Sebuah Kamp
Kamp konsentrasi Auschwitz berhasil dibebaskan pasukan Soviet, 27 Januari 1945. Sejak tahun 1996, tanggal ini dijadikan sebagai hari peringatan bagi para korban kekejaman Nationalsozialismus (Nazi).
Foto: AP
Pembebasan
75 tahun lalu, Tentara Merah berhasil membebaskan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz-Birkenau. Antara tahun 1940-1945, lebih dari satu juta orang, kebanyakan warga Yahudi, tewas dibunuh di kamp ini. Ketika tentara Soviet membebaskan kamp, mereka hanya menemukan sekitar 7000 orang yang selamat. Tampak dalam foto yang diambil Januari 1945, tiga orang penghuni kamp yang berhasil selamat.
Foto: AP
Hampir Mati Kelaparan
10 hari sebelum Tentara Merah membebaskan kamp ini, Nazi menggiring sekitar 60 ribu tawanan, dengan apa yang disebut Todesmarsch atau Mars Kematian, ke kamp lain. Mereka yang tinggal di kamp adalah para tahanan yang kondisinya telah lemah akibat kelaparan.
Foto: AP
Tahanan Anak
Nazi menahan sekitar 232 ribu anak-anak di Auschwitz-Birkenau. Kebanyak dari mereka adalah anak-anak keturunan Yahudi. Selain itu terdapat juga anak-anak Roma, anak-anak yang dikirim dari Polandia, Rusia dan Ukraina. Saat ini, masih hidup sekitar 300 anak dari 2000 anak yang berhasil diselamatkan 70 tahun lalu.
Foto: AP
Sinisme Nazi
"Arbeit macht frei“ atau terjemahan harfiahnya "Kerja Dapat Membebaskan“, semboyan yang terpampang di depan gerbang utama kamp konsentrasi Auschwitz I. Tahun 2009, plang tulisan asli di gerbang ini telah dicuri, dan diganti dengan satu replika. Plang asli yang berhasil ditemukan kembali kini disimpan di museum.
Foto: AP
Holocaust
Auschwitz-Birkenau merupakan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan terbesar yang dibangun Nazi. Dan kamp ini merupakan satu-satunya yang berhasil dipertahankan kondisinya sesuai dengan kondisi ketika kamp ini dibebaskan tahun 1945 – atau seperti tampak dalam foto yang dibuat tahun 1946.
Foto: AP
Tugu Peringatan Asli
Untuk mempertahankan kamp ini sebagai tugu peringatan, Polandia telah membentuk satu yayasan. Jerman telah menjanjikan 120 juta Euro dana yang dibutuhkan, sehingga pekerjaan pemeliharaan dapat terus dilaksanakan dalam tahun-tahun mendatang. Foto yang diambil tahun 1958 memperlihatkan gudang penyimpanan di balik pagar listrik tegangan tinggi
Foto: AP
Pembunuh
Salah satu dari 116 foto langka para petinggi Nazi di Auschwitz ini diambil pada tahun 1944. Richard Bär, yang sejak Mei 1944 memegang komando tertinggi di Auschwitz, di sebelahnya, Dr. Josef Mengele, komandan di Birkenau, Josef Kramer (tertutup wajahnya), serta mantan komandan Auschwitz Rudolf Höß. Pria paling kanan tidak diketahui identitasnya.
Foto: AP
Fotografer
Wilhelm Brasse berusia 25 tahun ketika tiba sebagai tahanan politik di Auschwitz. Atas perintah SS, ia membuat foto dari sekitar 40 ribu tahanan. Ia pun diharuskan mendokumentasikan eksperimen medis brutal yang dilakukan Dr. Mengele. Akibat trauma, setelah perang berakhir, tidak pernah sekalipun menyentuh kamera lagi. Kisah Brasse diabadikan dalam satu film Polandia berjudul "Potrecista“.
Foto: dpa
Seleksi
Foto dari tahun 1944 yang kini tersimpan di Museum Yad Varshem ini memperlihatkan para perempuan dan anak-anak, yang dipisahkan dari kelompok laki-laki. Mereka sedang menjalani psores ‚penyeleksian, ketika tiba di Auschwitz-Birkenau.
Foto: AP
Kerja Rodi
Mereka yang lolos dari 'seleksi’ diharuskan melakukan kerja yang berat. Tampak dalam foto, para perempuan yang lolos seleksi berdiri dalam antrian untuk menerima perintah kerja.
Foto: AP
Barak Perempuan
Kelaparan dan kedinginan merupakan keseharian yang harus dijalani para perempuan penghuni kamp di Birkenau. Mereka ditempatkan dalam barak terpisah di lokasi kamp.
Foto: dpa
Warisan Holocaust
Di area kamp Auschwitz seluas hampir 200 hektar terdapat 300 barak tahanan. Banyak bagian dari kamp konsentrasi Auschwitz yang sampai sekarang tetap terpelihara keasliannya dan dijadikan sebagai tugu peringatan serta museum kekejaman Holocaust. Museum ini juga dijadikan pusat penelitian Holocaust.
Foto: dpa
Krematorium
Auschwitz-Birkenau memiliki enam kamar gas serta empat krematorium. Rasa kengerian masih dapat dirasakan para pengunjung ketika melihat bekas oven pembakaran jenazah ini. Banyak tahanan dari seluruh Eropa dibunuh pada hari kedatangan mereka dan jenazah mereka dibakar di tempat ini.
Foto: AP
Rencana Pemusnahan
Salinan asli dari rencana pembangunan kamp konsetrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz tahun 1941 dan 1942. Salinan asli ini kini disimpan di Museum Holocaust Yad Vaschem di Yerusalem. Dalam salinan ini digambarkan berapa besar dan di mana saja akan dibangun kamar gas dan oven pembakaran korban. Salinan ini ditemukan pada tahun 2008 di sebuah apartemen di Berlin.
Foto: AP
14 foto1 | 14
Gara-gara ekspor senjata Jerman Barat ke Israel, presiden Mesir saat itu, Gamal Abdel Nasser mengundang resmi ketua dewan negara Jerman Timur, Walter Ulbricht, untuk berkunjung ke Kairo. Penyambutan resmi Ulbricht sebagai kepala negara Jerman Timur di Mesir, membuat pemerintah Bonn kebakaran jenggot, dan menegaskan kembali klaim Jerman Barat satu-satunya wakil Jerman yang diakui PBB.
Erhard mendapat tekanan politik di dalam dan di luar negeri, untuk menghentikan suplai senjata ke Israel. Sebagai kompensasinya ditawarkan penerimaan resmi hubungan diplomatik. Sikap tarik ulur pemerintah di Bonn itu, membuat geram kelompok Yahudi di Amerika Serikat. Ketika kanselir Erhard mendengar hal itu, ia langsung memutuskan sendiri diresmikannya hubungan diplomatik dengan Israel.
Ganti rugi
"Persemian hubungan diplomatik pada 1965 itu, sejatinya merupakan upacara formal belaka", ujar pakar sejarah Israel Dan Diner. "Peristiwa hubungan diplomatik Jerman-Israel sebetulnya sudah terjadi pada 1952 lewat kesepakatan Luksemburg", tambah dia. Kepada DW Diner menjelaskan, itulah kesepakatan bilateral pertama antara Jerman dengan Israel, sebuah negara yang masih setengah berdaulat.
Dengan kesepakatan Luksemburg itu, Jerman kembali diterima di tatanan internasional. Karena dalam kesepakatan itu juga diatur ganti rugi atau pampasan perang kepada Israel dan Jewish Claim Conference berupa barang dan jasa dalam volume senilai 3,5 milyar D-Mark. Diner juga menyebutkan, kesepakatan Luksemburg ditandatangani dalam atmosfir dingin, tanpa kata dan tanpa jabat tangan diantara tokoh penandatangan.