Tenaga vaksinator yang menyuntikan 'vaksin kosong' kepada warga di Pluit ditetapkan sebagai tersangka. Polisi mengungkapkan adanya dugaan kelalaian dalam kasus suntik 'vaksin kosong' ini.
Iklan
Kasus suntik 'vaksin kosong' kepada warga di Pluit, Jakarta Utara, membuat geger publik. Polisi menemukan adanya unsur kelalaian tenaga vaksinator terkait kejadian tersebut.
Hasil penyidikan Polres Metro Jakarta Utara menetapkan seorang perawat inisial EO sebagai tersangka di kasus suntik 'vaksin kosong'. EO dijerat dengan UU Nomor.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dengan ancaman hukuman 1 tahun penjara.
Kasus ini bermula ketika seorang laki-laki berinisial BLP disuntik vaksin di Pluit, Jakarta Utara pada Jumat (06/08). Proses vaksinasi ini direkam video oleh ibunda BLP.
Setelah melihat adanya kejanggalan dalam proses vaksinasi tersebut, mereka memprotesnya ke penyelenggara. EO saat itu mengakui bahwa jarum suntik yang disuntikkan kepada BLP tidak berisi dosis vaksin, sehingga akhirnya BLP disuntik ulang.
"Tgl. 6/8/21. Jam 12.30 suntikan vaksinasi, ternyata suntik kosong. Setelah Protes dan cuma kata maaf, akhirnya di suntik kembali. Agar dpt diperhatikan. Sebarkan agar suster tersebut diproses," demikian cuitan akun Twitter @Irwan2yah.
Polres Metro Jakarta Utara turun ke lapangan menyelidiki kasus viral itu. Dari hasil penyelidikan, polisi kemudian menetapkan EO sebagai tersangka.
Vaksinasi COVID-19 Hingga ke Daerah Terpencil di Dunia
Tim medis menempuh perjalanan panjang dan sulit untuk memvaksinasi orang-orang di seluruh dunia. Pekerjaan itu membawa mereka melintasi pegunungan dan sungai, menaiki pesawat, perahu, bahkan juga berjalan kaki.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Mendaki gunung
Dibutuhkan fisik yang bugar bagi tenaga medis untuk memvaksinasi penduduk di daerah pegunungan di tenggara Turki. "Orang sering tinggal berdekatan dan infeksi bisa menyebar dengan cepat," kata Dr. Zeynep Eralp. Orang-orang di pegunungan tidak suka pergi ke rumah sakit, jadi "kita harus pergi ke mereka," tambahnya.
Foto: Bulent Kilic/AFP
Melintasi daerah bersalju
Banyak orang lanjut usia tidak dapat melakukan perjalanan ke pusat vaksinasi. Di Lembah Maira di Alpen Italia barat, dekat perbatasan dengan Prancis, dokter mendatangi rumah ke rumah untuk memberi suntikan COVID-19 kepada penduduk yang berusia lebih dari 80 tahun.
Foto: Marco Bertorello/AFP
Penerbangan ke daerah terpencil
Dengan membawa botol berisi beberapa dosis vaksin, perawat ini sedang dalam perjalanan ke Eagle, sebuah kota di Sungai Yukon di negara bagian Alaska, AS, daerah dengan penduduk kurang dari 100 orang. Masyarakat adat diprioritaskan dalam banyak program imunisasi.
Foto: Nathan Howard/REUTERS
Beberapa warga perlu diyakinkan
Setiap hari, Anselmo Tunubala keluar masuk pemukiman di pegunungan Kolombia barat daya untuk meyakinkan warga tentang pentingnya vaksinasi. Banyak warga meragukan vaksin dan cenderung mengandalkan pengobatan tradisional, serta bimbingan para pemuka agama.
Foto: Luis Robayo/AFP
Jalan kaki selama berjam-jam
Pria dan wanita dalam foto di atas berjalan hingga empat jam untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di desa terpencil Nueva Colonia di Meksiko tengah. Mereka adalah penduduk asli Wixarika, atau lebih dikenal dengan nama Huichol.
Foto: Ulises Ruiz/AFP/Getty Images
Vaksinasi di sungai
Komunitas Nossa Senhora do Livramento di Rio Negro di Brasil hanya dapat dijangkau melalui sungai. "Cantik! Hampir tidak sakit," kata Olga Pimentel setelah disuntik vaksin. Dia tertawa dan berteriak "Viva o SUS!" - "panjang umur pelayanan kesehatan masyarakat Brasil!"
Foto: Michael Dantas/AFP
Hanya diterangi cahaya lilin
Presiden Brasil Jair Bolsonaro menentang vaksinasi COVID-19. Namun, di sisi lain kampanye itu telah berjalan. Penduduk asli keturunan budak Afrika, termasuk di antara yang kelompok pertama yang divaksinasi. Raimunda Nonata yang tinggal di daerah tanpa listrik, disuntik vaksin dibantu penerangan cahaya lilin.
Foto: Tarso Sarraf/AFP
Rela mendayung jauh
Setelah vaksinasi, seorang wanita tua dan putrinya mendayung menjauhi Bwama, pulau terbesar di Danau Bunyonyi di Uganda. Pemerintah negara Afrika tengah sedang mencoba untuk memasok daerah terpencil dengan vaksin COVID-19.
Foto: Patrick Onen/AP Photo/picture alliance
Medan yang berat
Perjalanan lain melintasi perairan tanpa perahu. Dalam perjalanan menuju desa Jari di Zimbabwe, tim medis harus melewati jalan yang tergenang air. Menurut badan kesehatan Uni Afrika, CDC Afrika, kurang dari 1% populasi di Zimbabwe telah divaksinasi penuh.
Foto: Tafadzwa Ufumeli/Getty Images
Dari rumah ke rumah
Banyak orang di Jepang tinggal di desa terpencil, seperti di Kitaaiki. Warga yang tidak bisa ke kota, dengan senang hati menyambut dokter dan tim medis di rumah mereka untuk mendapatkan suntikan vaksin COVID-19.
Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Barang yang sangat berharga
Indonesia meluncurkan kampanye vaksinasi pada Januari 2021. Di Banda Aceh, tim medis melakukan perjalanan menggunakan perahu ke pulau-pulau terpencil. Vaksin di dalam kotak pendingin merupakan barang yang sangat berharga sehingga perjalanan tim medis didampingi petugas keamanan.
Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP
Tanpa masker dan tidak menjaga jarak
India menjadi negara terdampak parah pandemi COVID-19. Pada pertengahan Maret 2021, petugas medis mendatangi desa Bahakajari di Sungai Brahmaputra. Sekelompok wanita mendaftar untuk mendapatkan vaksin. Tidak ada yang memakai masker atau menjaga jarak aman. (ha/hp)
Foto: Anupam Nath/AP Photo/picture alliance
12 foto1 | 12
Berikut fakta-fakta terkait kasus suntik 'vaksin kosong' yang dirangkum detikcom:
1. Perawat jadi tersangka
Polisi melakukan pemeriksaan terhadap EO setelah kejadian viral itu. Hasil penyidikan kemudian ditetapkan EO sebagai tersangka.
"Setelah kita didalami, kita lakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan, kami persangkakan di Pasal 14 UU No. 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Utara, Jl Yos Sudarso, Jakarta Utara, Selasa (10/8/2021).
EO adalah seorang perawat di sebuah klinik di Jakarta Utara. Dia menjadi relawan sebagai vaksinator dalam percepatan vaksinasi COVID-19.
2. Perawat diduga lalai
Polisi mengungkapkan adanya dugaan kelalaian dalam kasus suntik 'vaksin kosong' ini. Perawat EO tidak memeriksa jarum suntik terlebih dahulu.
"Dia merasa lalai, dia tidak periksa lagi karena mungkin sudah diperiksa tapi kami masih dalami terus yang lain seperti apa," ucap Yusri.
3. Perawat EO meminta maaf
Dalam kesempatan jumpa pers di Polres Metro Jakarta Utara, EO dihadirkan polisi. EO kemudian menyampaikan permintaan maaf.
"Saya mohon maaf terlebih terutama kepada keluarga dan orang tua anak yang telah saya vaksin. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," ungkap EO.
Iklan
4. Alibi perawat EO
EO beralibi bahwa dirinya tidak memiliki niat apa pun dalam menyuntikkan vaksin 'kosong'.
"Saya tidak ada niat apa pun," ujar EO sambil menangis saat dihadirkan dalam jumpa pers di Polres Metro Jakarta Utara.
5. Suntik vaksin 599 orang di hari kejadian
EO diduga kelelahan saat menyuntikkan 'vaksin kosong' kepada BLP. Di hari kejadian itu, EO sudah memvaksin ratusan warga.
"Hari itu saya vaksin 599 orang," ungkap EO.
6. Sita vial hingga jarum suntik
Dalam kasus itu polisi menyita sejumlah barang bukti perlengkapan untuk vaksinasi COVI-19.
"(Kami) sita barbuk, termasuk satu buah botol vial dan suntikannya, dan ada beberapa alat-alat lain yang biasa dipakai untuk kegiatan vaksinasi kepada masyarakat," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Utara, Jl Yos Sudarso, Jakarta Utara, Selasa (10/8/2021).
Selain itu, polisi turut menyita satu buah syringe (jarum suntik), satu buah cooler, dan satu safety box. Kemudian, APD serta sepasang sarung tangan pelaku juga turut disita oleh kepolisian. (Ed: pkp/rap)