Perang di Idlib Suriah 'Paksa' 60.000 Warga Sipil Mengungsi
21 Desember 2019
Provinsi Idlib Suriah dihantam oleh lebih dari 400 serangan udara dalam 24 jam terakhir sehingga memaksa ribuan warga sipil mengungsi. Petugas keselamatan menggambarkan situasi ini sebagai sebuah "bencana kemanusiaan".
Iklan
Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan ribu warga sipil terpaksa mengungsi akibat serangan udara besar-besaran yang terjadi di provinsi Idlib di Suriah barat laut, demikian menurut PBB, Jumat (20/12).
Seperti dilaporkan oleh kantor berita DPA mengutip juru bicara badan kemanusiaan PBB OCHA, hingga 60.000 orang telah meninggalkan wilayah itu.
Idlib merupakan salah satu benteng oposisi terakhir di Suriah, namun telah menjadi target dari serangan udara yang dilakukan intensif oleh tentara Suriah dan pasukan Rusia.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berpusat di Inggris, lebih dari 400 serangan udara telah melanda wilayah-wilayah sipil di Idlib selama 24 jam terakhir.
Tentara Suriah dan Rusia, yang bersekutu dengan Presiden Bashar Assad, menyangkal pengeboman warga sipil tanpa pandang bulu, dengan mengatakan bahwa mereka menargetkan milisi yang diilhami al-Qaida.
Barisan panjang mobil-mobil terlihat meninggalkan Maarat al Numan, kota yang dikuasai oposisi pada Jumat (20/12), sementara ribuan orang lainnya menunggu jeda dari kekerasan yang terjadi untuk dapat melarikan diri.
“Angka yang melakukan eksodus itu ribuan. Ini bencana kemanusiaan, kami melihat orang-orang berjalan pergi dan orang-orang menunggu di dekat rumah mereka menunggu ada mobil yang menjemput mereka untuk pergi,” kata Osama Ibrahim, seorang petugas keselamatan dari Maarat al Numan kepada Reuters.
PBB mengatakan bahwa kurangnya bahan bakar membuat pergerakan warga sipil menjadi terbatas. PBB juga mengingatkan bahwa jalan keluar dari kota itu “sangat berbahaya” karena banyak dari mereka yang dilaporkan terkena serangan udara.
Kebanyakan warga sipil pergi ke arah utara menuju perbatasan dengan Turki.
Sepekan terakhir, gelombang kekerasan telah berlangsung di Idlib, dimana bentrokan terjadi antara pasukan pemerintah Suriah dan kelompok pemberontak bersenjata yang meningkat selama 24 jam terakhir.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa lebih dari 80 orang di kedua belah pihak tewas minggu ini.
PBB memperkirakan bahwa lebih dari 400.000 orang telah mengungsi sejak akhir April, ketika tentara Suriah melancarkan serangan besar-besaran terhadap pemberontak di provinsi Hama dan Idlib.
Konflik di Suriah telah memaksa jutaan orang mengungsi dan menewaskan lebih dari 370.000 orang sejak 2011.
gtp/yp (AFP, dpa, Reuters)
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.