1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

7 Indikasi Remaja Punya Kecenderungan Untuk Bunuh Diri

13 Juli 2019

Dengan adanya 'cyberbullying' dan tekanan yang meningkat pada remaja, kecenderungan bunuh diri telah mencapai titik puncak di Amerika Serikat sejak tahun 2000. Berikut adalah tanda-tanda yang harus Anda perhatikan.

Remaja stres bisa berbahaya
Foto simbol remaja stresFoto: picture-alliance/blickwinkel

Menurut penelitian terbaru, tingkat bunuh diri di Amerika Serikat di kalangan remaja sedang meningkat terutama diantara remaja laki-laki.

Di antara tahun 2007 dan 2017 angka bunuh diri di kalangan remaja berusia 15 sampai 19 tahun mengalami peningkatan, yakni dari 8 per 100.000 jiwa menjadi 12 per 100.000 jiwa. Meski angka bunuh diri di kalangan remaja laki-laki meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, para peneliti memperingatkan bahwa kenaikan tersebut juga berlaku bagi kalangan remaja perempuan.

"Ini adalah sebuah ancaman yang nyata," tutur Oren Miron, peneliti utama studi tersebut dan peneliti Sekolah Medis Harvard kepada pihak DW. "Kita sering berpikir bahwa hal itu tidak akan terjadi pada kita."

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 800 ribu jiwa meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya.

Menurut para ahli, orang-orang yang ingin bunuh diri tidak sebenarnya ingin mengakhiri hidup mereka, melainkan mereka hanya tidak ingin menjalani kehidupan yang mereka miliki saat ini. Bagi Anda yang merupakan orang tua, teman, guru atau kerabat lainnya dari seroang remaja, berikut ini adalah beberapa tanda yang bisa menjadi indikasi bahwa mereka ingin bunuh diri:

1. Membicarakan tentang bunuh diri

Jangan anggap ringan ucapan seperti "kelak saya tidak akan menjadi beban untuk kalian lagi" atau "saya ingin bunuh diri" meski hal itu diungkapkan dalam situasi yang tidak serius. Walaupun tidak dikatakan secara langsung, pernyataan tersebut bisa saja muncul dalam akun sosial media mereka atau dalam bentuk tulisan lainnya. 

Aplikasi media sosialyang memungkinan anonimitas dan sifatnya yang tertutup  "mempermudah remaja untuk berbicara tentang bunuh diri tanpa sepengetahuan orang tua," jelas Miron. "Dunia digital telah menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan seorang remaja, oleh karena itu terkadang sulit untuk bisa melihat tanda-tanda tersebut."

2. Perilaku destruktif

"Remaja yang menyakiti diri sendiri memiliki kemungkinan bunuh diri yang lebih tinggi," tutur Kristin Hadfield, asisten profesor jurusan psikologi di Queen Mary University, London.

Perilaku destruktif seperti melukai diri sendiri perlu diperhatikan, contohnya adalah peningkatan konsumsi alkohol atau narkoba.

3. Menjauhkan diri dari interaksi sosial

Salah satu indikator niat bunuh diri adalah saat seseorang menjauh dari keluarga dan teman-temannya.

"Orang-orang yang memiliki dukungan sosial yang tinggi tidak akan terlalu rentan terhadap masalah mental" ujar Hadfield. 

Selain itu menurut Hadfield orang tua harus menunjukkan perhatian terhadap anaknya, jika mereka menyadari bahwa anak tersebut mulai menjauhkan diri darilingkungan sosialnya. Ingatkan anak-anak bahwa Anda mendukung dan menyangi mereka terlepas apa pun yang terjadi. Dukungan dari seorang terapis juga tidak kalah penting, terutama jika sang anak enggan terbuka kepada orang tuanya.

4. Perasaan terjebak atau putus asa

Perasaan terjebak atau putus asa atas suatu hal juga bisa menjadi pertanda adanya niatan bunuh diri pada seorang remaja. Menurut organisasi Samaritans, kebanyakan dari orang-orang yang ingin bunuh diri tidak benar-benar ingin mengakhiri hidup mereka. Seringkali mereka tidak ingin menjalani kehidupan yang mereka miliki. Remaja-remaja mungkin sering mengatakan hal seperti "Aku benci hidupku."

Ajak anak-anak Anda untuk berbicara tentang perasaan mereka dan dengarkanlah curahan hati mereka. 

"Penting bagi Anda untuk memberikan pengertian bagi anak-anak Anda bahwa kehidupan Sekolah Menengah Atas bukanlah gambaran kehidupan yang sebenarnya" ujar Miron. Ia menambahkan, menekankan fakta bahwa hidup ini sebenarnya lebih dari apa yang dialami pada masa remaja, dan bahwa nantinya kita akan memiliki lebih banyak kesempatan dan pilhan bisa membantu remaja untuk melewati masa-masa sulit yang mereka alami.

5. Perubahan dalam rutinitas

Adanya perubahan nyata dalam rutinitas sang anak bisa menjadi salah satu pertanda depresi and menjadi hal yang harus diperhatikan oleh orang tua.

Hadfield menjelaskan bahwa "tidur sebenarnya memiliki kaitan yang kuat dengan niat bunuh diri".

Ia kemudian mengatakan bahwa jika remaja hanya tidur empat sampai lima jam setiap malamnya, hal itu bisa menjadi indikasi bahwa mereka memiliki niat bunuh diri. Jika mereka tidur lebih lama dari kebiasaan mereka atau bahkan terus-menerus tidur, hal itu bisa menjadi pertanda bahwa mereka mengalami depresi. 

6. Memberikan barang-barang berharga

Jika seorang remaja memberikan barang-barang berhaga miliknya tanpa sebab yang jelas, maka segera bicara dengan mereka dan mintalah bantuan.

"Itu adalah pertanda bahwa mereka sudah memiliki sebuah rencana" jelas Hadfield.

7. Perubahan kepribadian, perubahan suasana hati mendadak, kecemasan dan agitasi

Perubahan suasana hati mendadak memang sering dialami oleh remaja, namun hal tersebut juga harus diperhatikan dengan seksama. Riwayat gangguan suasana hati atau perilaku indikasi bunuh diri dalam keluarga juga bisa menjadi faktor pemicu bunuh diri pada remaja.

Apabila anak Anda menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tanda-tanda di atas, terlebih lagi jika diiringi dengan agitasi, kecemasan dan perubahan kepribadian, maka ajaklah mereka untuk berbicara.

"Sekiranya Anda melihat ada perubahan yang signifikan dalam kehidupan anak Anda, maka Anda harus mencari tahu agar bisa memahami mereka," ucap Harfield. "Orang tua yang suportif -- seseorang yang menunjukkan kasih sayang tanpa syarat -- sangatlah penting."

Berinisiatiflah untuk bertanya jika Anda melihat bahwa sang Anak menunjukkan perilaku tersebut dan tawarkanlah bantuan Anda, karena mereka mungkin tidak akan menghampiri Anda terlebih dahulu. Jangan menunggu.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menderita gangguan emosional atau memiliki pemikiran bunuh diri, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional. Bagi Anda yang memerlukan layanan konseling bunuh diri, Anda bisa menghubungi nomor telpon gawat darurat (emergency) 119, bebas pulsa atau hotline Kementrian Kesehatan 1500-567 (24 jam). Selain itu bagi Anda yang membutuhkan informasi seputar bunuh diri, silahkan kunjungi situs https://www.intothelightid.org/.

Beberapa rumah sakit yang juga melayani konseling seputar pencegahan bunuh diri:
1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841

4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait