1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

70 Hari Tanpa Energi Nuklir

5 Mei 2012

Telah lama energi nuklir menjadi pemasok utama energi di Jepang. Kini Jepang harus bertahan tanpa nuklir karena reaktor yang masih beroperasi ditutup untuk pemeriksaan.

Foto: AP

Para teknisi di 50 reaktor nuklir yang masih berfungsi di Jepang mulai melakukan pemadaman untuk pemeriksaan, lebih dari setahun setelah bencana Fukushima. Ini merupakan yang pertama kalinya bagi Jepang untuk tidak menggunakan energi nuklir sejak tahun 1970. Penghentian pasokan energi nuklir akan berlangsung selama 70 hari.

Jepang, yang merupakan negara industri ke tiga terbesar dunia, memiliki lebih dari 50 reaktor nuklir. Sebelum bencana Fukushima Maret 2011, sepertiga pasokan energi Jepang berasal dari tenaga nuklir. Akibat gempa bumi dan tsunami di bulan Maret 2011, terjadi peleburan inti atom di PLTN Fukushima yang memicu bencana nuklir terburuk sejak kecelakaan di Chernobyl tahun 1986. Dengan alasan keamanan, kini seluruh reaktor nuklir, kecuali PLTN di Tomari, dihentikan.

Setelah bencana Fukushima tuntutan untuk meninggalkan nergi nuklir semakin nyaring di JepangFoto: REUTERS

Kekurangan Energi

Bencana Fukushima telah mengguncang kepercayaan warga Jepang terhadap jaminan pemerintah, industri nuklir dan media atas keselamatan tenaga nuklir dan memaksa dilakukannya tinjauan ulang atas kebijakan energi. Sementara para pegiat lingkungan berpendapat tidak tertutup kemungkinan bagi Jepang untuk menutup rekator nuklir secara permanen, pemerintah dan pihak industri Jepang memperingatkan dapat timbulnya risiko bagi perekonomian, juga bagi lingkungan. Alasannya, akibat dihentikannya operasi PLTN, pasokan nergi Jepang kini tergantung pada pembangkit listrik berbasis pembangkaran, yang dapat meningkatkan biaya bagi industri serta emisi gas rumah kaca.

Masalah lain yang dihadapi akibat penghentian PLTN adalah kemungkinan berkurangnya pasokan listrik. Oleh karenya, Organisai Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan OECD mendesak Jepang untuk segera mengoperasikan PLTN yang dianggap aman. Jika tidak, menurut OECD, kekurangan pasokan listrik dapat menyebabkan terhentinya produksi industri yang menimbulkan kemunduran ekonomi.

Para pakar meyakini, kekurangan energi listrik bukan saja akibat penghentian PLTN, tapi juga terutama pemborosan energi di Jepang, seperti pemakaian pendingin ruangan tanpa henti di saat musim panas. Banyak energi juga terbuang percuma di hampir setiap sudut di Jepang, misalnya terdapat begitu banyaknya mesin-mesin otomatis penyedia minuman dingin atau panas.

yf/dpa/afp