1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abaikan Lingkungan, Prabowo Puji Jokowi Soal Sawit

17 Februari 2019

Kedua calon presiden mengelak ketika membahas dampak lingkungan dari produksi sawit. Joko Widodo kembali membeberkan prestasi pemerintah dan ambisinya memproduksi biodiesel B100 di Indonesia.

Indonesian Präsidentschaftswahlen TV-Debatte Joko Widodo und Prabowo Subianto
Foto: AFP/A. Berry

Presiden Joko Widodo berkelit-kelit ditanya mengenai dampak lingkungan produksi sawit di Indonesia. Ketika menjawab, petahana kembali membeberkan capaian pemerintah dalam produksi biodiesel dan peningkatan taraf hidup petani sawit.

“Supaya masyarakat tahu produksi sawit Indonesia sudah mencapai 46 juta ton/tahun yang juga melibatkan 16 juta petani."

Joko Widodo juga menjelaskan ambisi pemerintahannya menggandakan produksi biodiesel "buat mengurangi kebergantungan dari impor." Menurutnya saat ini hanya tersisa 10% lagi badan usaha yang belum menjalankan kebijakan distribusi dan pengggunaan biodiesel.

Baca juga:Greenpeace: Industri Sawit Nasional Masih Manjakan Penyuplai Nakal 

"Kita telah memulai B20 dan sudah mencapai 90% dari yang kita harapkan. Selanjutnya kita menuju apa yang dinamakan B100."

B100 adalah minyak nabati murni yang ramah lingkungan. Penggunaannya kontroversial lantaran menyerobot lahan pangan untuk kebutuhan energi. Jerman misalnya menghentikan subsidi B100 pada 2013 lalu. Akibatnya harga B100 dibanderol lebih mahal dari diesel biasa.

Pemerintah berniat menggunakan B100 untuk memasok kebutuhan bahan bakar di dalam negeri. “Sudah kita rencanakan. Rencananya sudah sangat baku dan jelas," kata Jokowi. “Targetnya supaya kita tidak bergantung dari minyak impor.”

Meski pertanyaannya terkait dampak lingkungan dari produksi sawit tidak dijawab, Prabowo malah balik memuji pemerintah atas pencapaian di bidang sawit.

Baca juga:Perusahaan Pembakar Hutan Masih Menunggak Denda 

“Kita mengakui pak Jokowi telah melakukan hal-hal positif di bidang itu. Saya mengakui kalau orang melakukan hal baik. Tapi kita koreksi kalau ada kekurangan", kata dia tanpa berusaha kembali ke isu lingkungan.

Sejak ekspansi besar-besaran di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, konflik agraria menyusul perluasan perkebunan sawit kian marak di Indonesia. Selain itu perusahaan sawit cendrung dimanjakan oleh pemerintah, bahkan dalam hal penegakan hukum.

Belum lama ini dilaporkan sejumlah perusahaan perkebunan yang divonis bersalah karena terbukti membakar hutan sejak 2009 hingga kini belum membayar uang denda bernilai trilyunan Rupiah. Dana itu sedianya akan digunakan untuk membiayai restorasi

Lewat Twitter Bondan Andriyanu dari Greenpeace Indonesia mengritik kedua capres lantaran gagal menjelaskan potensi energi ramah lingkungan. "Ada kesenjangan yang besar lebih dari 200 ribu MW potensi tenaga surya yang belum terpakai, lalu kenapa jadi #DebatCapres2019 kedua Paslon bahasnya Bio diesel dan Bio Etanol yah ??? Yuk lah #BersihkanIndonesia."

rzn/ap