Kedua calon presiden mengelak ketika membahas dampak lingkungan dari produksi sawit. Joko Widodo kembali membeberkan prestasi pemerintah dan ambisinya memproduksi biodiesel B100 di Indonesia.
Iklan
Presiden Joko Widodo berkelit-kelit ditanya mengenai dampak lingkungan produksi sawit di Indonesia. Ketika menjawab, petahana kembali membeberkan capaian pemerintah dalam produksi biodiesel dan peningkatan taraf hidup petani sawit.
“Supaya masyarakat tahu produksi sawit Indonesia sudah mencapai 46 juta ton/tahun yang juga melibatkan 16 juta petani."
Joko Widodo juga menjelaskan ambisi pemerintahannya menggandakan produksi biodiesel "buat mengurangi kebergantungan dari impor." Menurutnya saat ini hanya tersisa 10% lagi badan usaha yang belum menjalankan kebijakan distribusi dan pengggunaan biodiesel.
"Kita telah memulai B20 dan sudah mencapai 90% dari yang kita harapkan. Selanjutnya kita menuju apa yang dinamakan B100."
B100 adalah minyak nabati murni yang ramah lingkungan. Penggunaannya kontroversial lantaran menyerobot lahan pangan untuk kebutuhan energi. Jerman misalnya menghentikan subsidi B100 pada 2013 lalu. Akibatnya harga B100 dibanderol lebih mahal dari diesel biasa.
Pemerintah berniat menggunakan B100 untuk memasok kebutuhan bahan bakar di dalam negeri. “Sudah kita rencanakan. Rencananya sudah sangat baku dan jelas," kata Jokowi. “Targetnya supaya kita tidak bergantung dari minyak impor.”
Meski pertanyaannya terkait dampak lingkungan dari produksi sawit tidak dijawab, Prabowo malah balik memuji pemerintah atas pencapaian di bidang sawit.
“Kita mengakui pak Jokowi telah melakukan hal-hal positif di bidang itu. Saya mengakui kalau orang melakukan hal baik. Tapi kita koreksi kalau ada kekurangan", kata dia tanpa berusaha kembali ke isu lingkungan.
Sejak ekspansi besar-besaran di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, konflik agraria menyusul perluasan perkebunan sawit kian marak di Indonesia. Selain itu perusahaan sawit cendrung dimanjakan oleh pemerintah, bahkan dalam hal penegakan hukum.
Belum lama ini dilaporkan sejumlah perusahaan perkebunan yang divonis bersalah karena terbukti membakar hutan sejak 2009 hingga kini belum membayar uang denda bernilai trilyunan Rupiah. Dana itu sedianya akan digunakan untuk membiayai restorasi
Lewat Twitter Bondan Andriyanu dari Greenpeace Indonesia mengritik kedua capres lantaran gagal menjelaskan potensi energi ramah lingkungan. "Ada kesenjangan yang besar lebih dari 200 ribu MW potensi tenaga surya yang belum terpakai, lalu kenapa jadi #DebatCapres2019 kedua Paslon bahasnya Bio diesel dan Bio Etanol yah ??? Yuk lah #BersihkanIndonesia."
rzn/ap
Muncul Tanda Bahaya SOS Raksasa di Perkebunan Sawit Sumatera
Seniman Lithuania 'mengukir' bekas perkebunan sawit jadi bertanda “SOS” di tepi hutan lindung Sumatera Utara sebagai ekspresi keprihatinannya atas kehancuran hutan di Indonesia.
Foto: All Is Amazing/Ernest Zacharevic
Berdampak buruk bagi masyarakat dan spesies langka
Proyek 'Save Your Souls' karya seniman Lithuania, Ernest Zacharevic ini merupakan bagian dari kampanye keprihatiannya atas dampak perkebunan kelapa sawit terhadap komunitas dan spesies langka di Indonesia. Huruf “SOS” membentang setengah kilometer di lahan seluas 100 hektar di Bukit Mas, Sumatera Utara, dekat ekosistem Leuser.
Foto: All Is Amazing/Nicholas Chin
Tanda darurat di perkebunan sawit
"Saya ingin menyuarakan besarnya masalah dampak kelapa sawit," ujar Zacharevic yang membuat proyak tulisan tanda SOS raksasa di perkebunan di Sumatera Utara. "Proyek ini merupakan upaya untuk menarik kesadaran khalayak yang lebih luas." Proyek ini, bekerja sama dengan kelompok konservasi Sumatran Orangutan Society (SOS) yang berbasis masyarakat dan perusahaan kosmetik Lush.
Foto: All Is Amazing/Nicholas Chin
Mengumpulkan dana kampanye
Mereka mengumpulkan dana untuk membeli perkebunan melalui penjualan 14.600 sabun berbentuk orangutan tahun lalu. Tujuannya adalah, benar-benar menghijaukan kembali lahan itu, yang sekarang dimiliki oleh sayap organisasi SOS di Indonesia, The Orangutan Information Center (OIC), dengan bibit pohon asli. Akhirnya menghubungkan kawasan itu dengan lokasi penghijauan OIC terdekat.
Foto: All Is Amazing/Ernest Zacharevic
Mengolah konsep dan bertindak
Zacharevic berbagi ide kreatif yang sangat berani: Ia bersama kami saat itu dan kebetulan saja tanah yang baru kami beli itu adalah kanvas instalasi yang sempurna, tulis SOS di situsnya. Sekitar seminggu, seniman ini bekerja di lahan itu, menyusun konsep dan akhirnya menebang 1.100 sawit untuk menguraikan pesan ini.
Foto: Tan Wei Ming
Menanam kembali hutan
Setelah menghijaukan kembali lahan itu,sayap organisasi SOS di Indonesia, The Orangutan Information Center (OIC), menanaminya lagi dengan dengan bibit pohon asli di habitat tersebut sebagai upaya penghijauan.
Foto: Skaiste Kazragyte
Jadi sorotan dunia
Sementara itu sang seniman mewujudkan konsep yang digodok bersama sebagai penanda daruratnya kondisi hutan di Indonesia yang banyak digunduli: SOS. Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia dalam upaya mengendalikan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh penggundulan hutan lahan gambut untuk dijadikan perkebunan bagi industri seperti minyak sawit, pulp dan kertas.
Foto: Tan Wei Ming
Komitmen perusahaan-perusahaan
Tanda SOS ini muncul di tengah tekanan yang terus bergulir pada perusahaan kelapa sawit. PepsiCo dan perusahaan kosmetik Inggris Lush telah berkomitmen untuk mengakhiri penggunaan minyak kelapa sawit - yang ditemukan dalam beragam produk mulai dari sabun hingga sereal .
Foto: picture-alliance/dpa/V. Astapkovich
Meningkatkan transparansi
Sementara, awal tahun 2018 ini perusahaan raksasa Unilever mengatakan telah membuka informasi rantai pasokan minyak sawitnya untuk meningkatkan transparansi.
Foto: Getty Images
Masyarakat adat yang tersingkirkan
Hutan-hutan ini sering berada di daerah terpencil yang telah lama dihuni oleh masyarakat adat, yang mungkin tidak memiliki dokumen yang bisa membuktikan kepemilikan lahan atau dapat bersaing dalam akuisisi lahan di negara Asia Tenggara yang kaya sumber daya.
Foto: Skaiste Kazragyte
Flora dan fauna yang makin menghilang
Perluasan hutan juga menyebabkan berkurangnya populasi satwa liar. Cuma sekitar 14.600 orangutan yang tersisa di alam liar di Sumatera, demikian perkiraan para pemerhati lingkungan. "Kita semua berkontribusi terhadap dampak merusak dari minyak kelapa sawit yang tidak berkelanjutan, apakah itu dengan mengkonsumsi produk atau kebijakan pendukung yang mempengaruhi perdagangan," papar Zacharevic.
Para ahli lingkungan mengatakan pembukaan lahan untuk perkebunan pertanian di Indonesia, penghasil minyak sawit terbesar di dunia, bertanggung jawab atas kerusakan hutan. Penutupan hutan telah turun hampir seperempat luasnya sejak tahun 1990, demikian menurut data Bank Dunia. (ap/vlz/Ernest Zacharevic/SOS/rtr/leuserconservation/berbagai sumber)