1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abbas Serukan Awal Baru pada Kongres Fatah

4 Agustus 2009

Pada pembukaan Kongres 'Fatah', Selasa (04/08) di Bethlehem, Mahmoud Abbas, pemimpin organisasi Palestina itu nyatakan bersedia lanjutkan perdamaian dengan Israel serta imbau Fatah untuk mulai awal baru.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Konferensi Fatah di BethlehemFoto: AP

Selasa (04/08), pada hari pertama kongres organisasi Palestina 'Fatah' yang untuk pertama kalinya digelar sejak 20 tahun ini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengimbau gerakan Fatah yang terpecah dan kini melemah agar memulai awal baru. Selain itu Abbas mengatakan, warga Palestina bersedia melanjutkan perundingan perdamaian Timur Tengah namun tetap mempertahankan haknya untuk melakukan perlawanan sebagaimana yang dijamin oleh hukum internasional: "Saya ingin menegaskan bahwa kita rakyat Palestina, walau kita telah memutuskan untuk melaksanakan perdamaian, kita tetap mempertahankan hak perlawanan yang syah menurut hukum internasional. Keinginan perdamaian kita tidak menunjukkan bahwa kita tidak mampu menghadapi serangan Israel yang tak henti-hentinya. Serangan-serangan itu melanggar proses perdamaian."

Abbas (tengah) dan tokoh-tokoh FatahFoto: AP

Abbas: "Roadmap" harus ditaati

Abbas selanjutnya mengatakan, dalam proses perdamaian ini Palestina berkewajiban mematuhi "road map" internasional, namun Israel tidak menaati rencana perdamaian itu.

Mahmoud Abbas dalam pembukaan kongres tersebut tidak menggunakan kata-kata yang keras dan tampil sebagai politisi moderat yang menunjukkan figur seorang ayah. Ia juga memperlihatkan sikap terbuka bagi dialog dengan organisasi Palestina Hamas yang dua tahun silam mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza dengan menggeser kelompok Fatah: "Kita tidak mengatakan kepada Hamas: 'Kalian tidak eksis'. Ya, mereka eksis dan bagian dari rakyat Palestina. Tapi mereka harus mengerti, bahwa sebuah bagian harus melengkapi bagian lainnya dan tidak menakut-nakutinya."

Bersedia lakukan pembicaraan dengan Israel

Di depan sekitar 2.000 peserta kongres di Bethlehem, Tepi Barat Yordan, Abbas mengatakan, forum pertemuan itu harus dilihat sebagai awal baru. "Perjuangan untuk mencapai target terpenting, yaitu kebebasan, dan kedaulatan harus ditingkatkan."

Dalam program barunya, organisasi Fatah memang mencantumkan kesediaan melakukan pembicaran dengan Israel, tetapi juga ada persyaratan-persyaratan rinci, misalnya penghentian pembangunan permukiman Israel. Sedangkan program Fatah dari tahun 1989 masih menyerukan perlawanan bersenjata terhadap Israel.

Nabil Shaath, anggota komisi pusat Fatah mengungkapkan kepada pemancar Al Jazirah: "Fatah memutuskan untuk melaksanakan proses perdamaian, tetapi mereka tidak pernah ragu mengangkat senjata untuk membebaskan negerinya dan mereka tidak pernah melupakan bahwa perlawanan bersenjata adalah hak bagi semua bangsa yang negerinya diduduki dengan kekerasan. Tetapi Fatah memilih proses perdamaian."

Logo Fatah

Tidak segan mengangkat senjata

Selanjutnya Shaath mengutarakan, organisasi ini pertama-tama hendak secara lebih efektif menarik kembali minat warga Palestina, melakukan kaderisasi dan ingin bahwa kaum muda terlibat dalam kepemimpinan.

Sementara itu, menteri informasi Israel, Juli Edelstein menyebut pernyataan Fatah bahwa Palestina berhak untuk melakukan perlawanan sebagai "pernyataan perang". Fatah dituduh dengan jelas menyatakan mendukung perlawanan bersenjata. Demikian dikatakan Juli Edelstein kepada internet portal YNet News.

Sedangkan seorang juru bicara Hamas di Jalur Gaza mencela pidato Abbas sebagai "bualan kosong dan dongeng".

CS/AR/afpd/ape