Aborsi, hingga kini menjadi kontroversi, baik yang pro dan kontra bersikukuh atas argumennya masing-masing. Berikut ulasan Uly Siregar. Bagaimana menurut opini Anda?
Iklan
Tahun 2000, saat baru berusia 26 tahun seorang teman, Anti, memutuskan untuk melakukan aborsi. Saat itu ia sangat yakin dengan keputusannya. Kehamilan hanya akan merusak rencana hidupnya: ia baru saja pindah kerja, tak mampu secara finansial, dan yang pasti tidak merencanakan kehamilan karena setiap berhubungan badan selalu menggunakan alat kontrasepsi. Ditambah lagi laki-laki yang menghamilinya melarikan diri dari tanggung jawab setelah Anti hamil. Buat Anti kehamilannya seperti mimpi buruk, karena dia tak bisa menceritakan permasalahannya pada ibunya, seorang Muslim taat yang tak percaya pada hubungan seks pranikah, apalagi aborsi.
Pada suatu pagi, dalam kondisi hamil 10 minggu Anti menjalani aborsi di sebuah klinik aborsi ilegal di kawasan Menteng, Jakarta. Ia pergi ke klinik aborsi itu ditemani seorang teman perempuan, dengan perasaan takut dan malu. "Bagian terburuk dari aborsi bukan soal melenyapkan janin, tapi perasaan takut ketahuan dan dihakimi sebagai monster, perempuan durjana. Saya sendiri sudah diliputi perasaan berdosa melakukan aborsi, ditambah lagi harus menghadapi tekanan masyarakat yang menentang aborsi. Belum lagi risiko ditangkap karena melakukan tindakan ilegal dan rasa takut apakah aborsi di tempat ilegal ini aman,” ujar Anti.
Setiap perempuan memiliki alasan untuk menjalani aborsi. Alasan yang satu mungkin terasa lebih masuk akal dan bisa dimaklumi dibandingkan alasan lain yang terdengar seperti mengada-ada dan egois. Jangan salah, pelaku aborsi tak melulu perempuan lajang yang dianggap pelaku seks bebas dan amoral. Menurut hasil penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), sebagian besar pelaku aborsi adalah perempuan menikah. Apapun alasan dan status pelaku, aborsi adalah pilihan, sama seperti pilihan untuk meneruskan kehamilan. Problem muncul ketika aborsi dilihat sebagai pembunuhan karenanya tindakan itu tak boleh didukung apalagi dilegalisasi.
Aborsi di Argentina – Menentang Tabu
Presiden Argentina Alberto Fernandez ajukan undang-undang (RUU) yang melegalkan aborsi ke kongres. Dulu karena ilegal, beberapa perempuan yang terpaksa menggugurkan kandungan, melakukannya sendiri dengan nekad.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Pria menderita juga
Aborsi bukan hanya masalah perempuan, sebagai karya yang ditunjukkan fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice. Pedro, 24 tahun, mendukung keputusan pacarnya untuk melakukan aborsi pada tahun 2012. Dia tidak bisa berbicara dengan teman-temannya tentang hal itu. "Kami merasa seperti penjahat."
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Untuk kebebasan pribadi
Dulu meski dilarang, setiap tahun sekitar setengah juta perempuan menjalani prosedur, seperti yang dilakukan Camilla. Setelah aborsi, dia membuat tato di lehernya, dengan tulisan: "Libertad ", yang artinya: kebebasan.
Foto: Goméz Verdi, Franz, Meurice
Aborsi di Tahun Baru
Mara, dulu hamil pada usia 21 tahun. Keluarga pacarnya mengancam, "Jika kamu melakukan aborsi, kami akan melaporkanmu." Tapi kemudian, pacarnya meninggalkan dia dalam keadaan berbadan dua. Setelah hampir hamil 12 minggu, dia menceritakan nasibnya pada ibunya dan melakukan aborsi di klinik ilegal, pada Malam Tahun Baru 2002.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di rumah
Gantungan baju, jarum rajut, pukulan di perut - kurangnya informasi dan tidak ada pilihan lain menyebabkan banyak perempuan nekad melakukan aborsi sendiri. Hal ini sering berakibat fatal.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
100 kematian setiap tahun
Menurut data dari Departemen Kesehatan Argentina, setiap tahun antara 60.000 dan 80.000 perempuan dengan komplikasi akut dan perdarahan akibat aborsi, dirawat di rumah sakit dan diinapkan dalam apa yang disebut "kamar syok". Sekitar 100 perempuan meninggal dunia akibat luka atau prosedur aborsi Yang salah. Kasus-kasus seperti ini sangat umum di daerah-daerah termiskin di negara itu.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi untuk dua puluh juta
Bisnis aborsi ilegal berkembang. Dokter memungut biaya sekitar 20 juta Rupiah untuk prosedur ilegal ini. Salah satu kritikus dari praktik ilegal ini adalah ahli bedah German Cardoso--anggota asosiasi yang dokter Argentina. Ia berkomitmen untuk melegalkan aborsi. Dia sendiri melakukan prosedur itu. Biayanya bervariasi, disesuaikan dengan pendapatan pasien.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Bantuan dari perempuan untuk perempuan
"Ambil rosario Anda keluar dari indung telur kita! " demikian tuntut asosiasi perempuan Argentina "La Revuelta", salah satu dari banyak LSM yang memperjuangkan legalisasi aborsi. Di provinsi Patagonian dari Neuquen, mereka memberi nasihat dan menemani perempuan yang ingin melakukan aborsi.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Tidak ada pedoman
Eluney, 21 tahun usianya. Gadis dari Neuquenini ditemani oleh badan amal La Revuelta ketika terpaksa melakukan aborsi. "Saya ingin memutuskan sendiri kapan harus menjadi seorang ibu," katanya. Namun, jika aborsi kimia tidak dilakukan dengan benar, maka bisa berbahaya. Dokter sering menjual obat tanpa informasi tentang bagaimana obat-obatan itu harus digunakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di Penjara
Terpaksa bekerja sebagai pelacur, Sonia Sanchez lima kali aborsi - semua dilakukan di penjara. Dia ditahan untuk kasus ‘prostitusi ilegal". Ia dihamili oleh pelanggan yang membayar pemilik rumah bordil untuk melakukan seks tanpa kondom. Pada tahun 2012, aborsi dilegalkan, khusus untuk kasus pemerkosaan atau jika mengancam nyawa perempuan hamil.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Dalam keheningan
"Ini tubuh saya," kata Monica. Fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice ingin menggunakan proyek foto mereka untuk memecah keheningan persoalan aborsi di Argentina, hal yang selama ini tabu untuk dibicarakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
10 foto1 | 10
Di Amerika Serikat, aborsi telah dilegalisasi sejak 22 Januari 1973 melalui keputusan Mahkamah Agung dalam sidang Roe v. Wade. Meskipun demikian, soal aborsi tetap menjadi kontroversi di AS. Bahkan hingga kini aborsi selalu jadi isu penting saat menentukan presiden pilihan. Donald Trump, misalnya, didukung oleh mayoritas warga AS golongan Kristen konservatif dan Katolik konservatif karena tak mendukung aborsi, sementara lawannya Hillary Clinton menganggap aborsi sepenuhnya hak perempuan.
Pro-kontra
Pertentangan antara mereka yang menentang aborsi (pro-life) dan yang mendukung aborsi (pro-choice) bertumpu pada bagaimana mendefinisikan kapan dimulainya hidup manusia. Penganut paham pro-life menganggap kehidupan dimulai saat sperma membuahi telur karena itu aborsi dianggap sebagai pembunuhan. Untuk menghentikan pembunuhan, negara harus melindungi pertumbuhan janin itu dengan menjadikan aborsi sebagai tindakan ilegal.
Sementara itu, penganut paham pro-choice menganggap janin bukanlah manusia karenanya negara tak berhak melarang perempuan menjalani aborsi karena janin masih menjadi bagian dari tubuh perempuan. Perempuan berhak melakukan tindakan apapun terhadap tubuhnya—baik mempertahankan kehamilan ataupun melakukan aborsi—sebagai bagian dari personal autonomy rights.
Penganut paham pro-life percaya janin memiliki hak hidup setara manusia. Sementara penganut paham pro-choice yang paling ekstrem ngotot selama janin berada dalam rahim maka ia bukan manusia. Walter Glannon dalam bukunya Biomedical Ethics menyebutkan posisi yang lebih moderat kemudian muncul dengan pemahaman bahwa janin tak mempunyai hak hidup kecuali setelah mencapai fase viability. Ketika janin memasuki fase viability (24 hingga 28 minggu), ia dapat bertahan hidup di luar rahim, di luar tubuh perempuan. Posisi yang hampir serupa menyatakan hak hidup tergantung pada kapasitas janin dalam merasa. Saat janin bisa merasakan kesakitan maka ia memiliki hak hidup.
Menurut pandangan yang paling liberal, manusia hanya memiliki hak hidup setelah dilahirkan. Karena itu setiap perempuan berhak melakukan aborsi, apapun alasannya, berapapun usia kehamilan. Tapi viability, seperti disebutkan Glannon, sebaiknya menjadi faktor penentu legal atau ilegalnya aborsi. Meskipun kemudian viability juga tak lepas dari kontroversi. Teknologi kedokteran kini berkembang pesat. Dengan bantuan teknologi, janin yang berusia kurang dari 23 minggu pun masih mungkin bertahan hidup di luar rahim. Menurut asosiasi dokter anak AS (American Association of Pediatrics) bayi yang lahir kurang dari 23 minggu tidak ‘viable', tapi telah ditemukan kasus bayi yang lahir pada usia kurang dari 22 minggu (21 minggu, 6 hari).
Jangan Lakukan Ini Sebelum Berhubungan Seks
Ada beberapa kesalahan yang kadang-kadang tidak disadari pasangan suami istri saat berhubungan intim. Akibatnya bisa mengganggu kesehatan. Hal-hal berikut ini sebaiknya dihindari sebelum melakukan hubungan seksual.
Foto: Fotolia/fotogestoeber
Buang air kecil
Buang air kecil sesudah berhubungan intim dapat membuat semua bakteri penyebab infeksi keluar. Namun jangan lakukan itu sebelum berhubungan seks, karena penyebab utama infeksi saluran kencing adalah kebiasaan 'pipis' sebelum berhubungan seksual. Demikian saran Urolog New York, David Kaufman.
Foto: imago/mm images/Berg
Minum antihistamin (anti alergi)
Antihistamin baik untuk meredakan efek alergi, karena mengeringkan selaput lendir di hidung yang berair, namun obat ini juga mengeringkan organ intim. Tentu, vagina yang kering membuat hubungan seks terasa tidak nyaman. Selain itu, secara umum, antishistamin juga menurunkan libido.
Foto: Colourbox/Syda Productions
Mabuk-mabukan (kebanyakan alkohol)
Alkohol kadang bisa membantu memicu gairah seksual. Namun minuman beralkohol dalam takaran berlebihan justru mengakibatkan hambatan bagi pria untuk ereksi.
Foto: Fotolia/eyetronic
Salah ukuran kondom
Ukuran karet pengaman dalam berhubungan seksual amat penting. Pemilihan ukuran kondom yang pas mengurangi risiko selip dan terlepas disaat sedang melakukan hubungan seksual.
Foto: Fotolia/Sergejs Rahunoks
Mencukur rambut di sekitar organ intim
Bebas bulu halus di sekitar area intim mungkin sedang tren, tapi dapat berisiko infeksi akibat luka gesekan saat berhubungan badan. Pakar klinis juga memperingatkan, area intim yang dicukur menjadi salah satu penyebab infeksi herpes, sebab luka kecil pun dapat menularkan virus.
Foto: Fotolia/PhotographyByMK
Lupa bersihkan alat permainan seks
Selain tubuh yang bersih, alat permainan seks pun sebaiknya dalam kondisi bersih sebelum digunakan. Jangan pernah lupa membersihkan sex toy sebelum berhubungan seks, karena dapat menyebabkan infeksi. Untuk melindungi diri, cucilah dulu alat permainan itu dan bersihkan dulu dengan tisu anti bakteri.
Foto: picture-alliance/dpa
Menggunakan pelumas mengandung mentol
Perempuan yang telah menopause mengalami penipisan jaringan vagina. Memakai pelumas yang mengandung mentol bisa menyebabkan iritasi. Khusus untuk perempuan sekitar usia menopause, menurut ginekolog Cheryl Iglesia, sebaiknya gunakan pelumas berbasis air tanpa mentol untuk menghindari ketidaknyamanan.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Wuestenhagen
7 foto1 | 7
Pentingkah alasan aborsi?
Mengapa perempuan melakukan aborsi? Pada kasus apakah aborsi bisa ditolerir? Dalam kasus yang mengancam keselamatan nyawa ibu, tentu tak banyak penghakiman muncul. Tapi bagaimana dengan alasan-alasan lain, seperti kehamilan akibat perkosaan, kehamilan akibat hubungan incest, janin yang akan lahir menjadi bayi dengan kondisi cacat mental atau kelainan kromosom, calon ibu yang baru berusia 12 tahun? Apakah masyarakat tetap menyalahkan perempuan yang memilih aborsi? Dan menghakimi perempuan sebagai manusia yang tak bertanggung jawab, pendosa, dan egois? Masyarakat mungkin menghakimi perempuan itu sebagai manusia tak beriman, tapi mereka yang menghakimi seharusnya menyadari, perempuan yang dipaksa melahirkan yang harus menjalani hidup dengan setiap problema yang muncul nantinya, bukan mereka.
Aborsi bisa menjadi alternatif terbaik bagi seorang perempuan sama halnya dengan mempertahankan kehamilan menjadi alternatif terbaik bagi perempuan lain. Secara hakikat, perempuanlah yang harus membuat keputusan, ia sendiri dengan informasi menyeluruh dari dokter, tak perlu diruwetkan dengan urusan penghakiman dan dosa. Ketika janin mengganggu hak perempuan dalam menentukan jalan hidupnya, adalah hak perempuan untuk memilih yang terbaik bagi dirinya, termasuk jalan aborsi, apapun alasan dibalik pilihan tersebut.
Rumah Ini Lindungi Jabang Bayi yang Nyaris Diaborsi
Lanjut atau aborsi? Hingga kini persoalan itu jadi kontroversi. WHO mencatat, tiap tahun, terdapat sekitar 50 juta kasus aborsi di dunia. Di Bandung ada sebuah rumah yang menampung calon ibu yang hamil di luar keinginan.
Foto: Monique Rijkers
Mengenal Ruth
Jika terjadi kehamilan tidak diinginkan, aborsi terkadang menjadi pilihan. Padahal di Indonesia, aborsi adalah praktik ilegal. Aborsi di Indonesia dilarang kecuali ada kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, serta bagi korban perkosaan. Namun ada sebuah rumah bagi calon ibu yang tak menginginkan kehamilan. Namanya Rumah RUTH.
Foto: Monique Rijkers
Penggagas Ruth
Mencegah aborsi, Rumah RUTH (Rumah Tumbuh Harapan) sediakan tempat tinggal dan pendampingan bagi sang ibu yang alami kehamilan tak diinginkan. Ini pendiri rumah aman itu, namanya, Devi Soemarno. Rumah RUTH adalah yayasan nirlaba yang terbuka untuk siapa saja tanpa melihat latar belakang suku, agama, ras dan strata sosial serta masa lalu seseorang.
Foto: Monique Rijkers
Bumil mantan pecandu narkoba
Semua perempuan yang sedang hamil dan ingin aborsi, bisa tinggal di Rumah RUTH untuk meneruskan kehamilan hingga melahirkan tanpa dipungut biaya. Bayi yang dilahirkan akan dirawat dan disekolahkan. Ibu hamil yang juga korban narkotika seperti dalam foto ini juga dirawat di sini.
Foto: Monique Rijkers
Memperhatikan kondisi mental dan rohani sang calon ibu.
Sejumlah kehamilan terjadi akibat kekerasan seksual atau perkosaan. Akibatnya sang ibu akan mengalami konflik batin terhadap bayi yang dikandungnya. Rumah RUTH menyediakan pelayanan holistik bagi para ibu hamil. Untuk penguatan bathin, di sini mereka mendapatkan pelayanan iman sesuai dengan kepercayaannya masing-masing.
Foto: Monique Rijkers
Bumil ini masih sekolah
Ibu hamil dalam foto ini masih duduk di bangku kelas dua SMU. Penghuni Rumah RUTH termuda adalah murid kelas dua SMP. Keduanya sementara putus sekolah hingga selesai melahirkan. Semula mereka ingin aborsi. Secara mental, ibu muda masih dianggap belum mampu mengambil keputusan. Rumah RUTH menyarankan bayi para ibu muda dirawat oleh keluarga.
Foto: Monique Rijkers
Bayi dua pekan dan ibunya
Bayi perempuan ini lahir di Rumah RUTH. Dalam foto usianya masih dua pekan. Sang ibu memutuskan untuk aborsi karena sudah memiliki tiga anak. Rumah RUTH menyarankan sang ibu untuk meneruskan kehamilan dan bayi diadopsi oleh keluarga yang disetujui oleh pihak keluarga.
Foto: Monique Rijkers
Minum Susu
Bayi yang lahir di Rumah RUTH dan diserahkan untuk adopsi tidak diberikan ASI guna menghindari ikatan emosional. Hingga saat ini sudah 20 anak yang diadopsi oleh orang tua terseleksi dan mengikuti prosedur Rumah RUTH yang tidak membuka opsi memilih bayi dan berdasarkan daftar tunggu. Rumah RUTH bekerja sama dengan yayasan yang ditunjuk pemerintah terkait proses adopsi.
Foto: Monique Rijkers
Darimana rumah Ruth dapat informasi ibu yang hendak aborsi?
Sejak berdiri pada tahun 2011, Rumah RUTH menjadi saksi kelahiran 170 anak. Sebagian besar ibu hamil datang dalam kondisi bingung karena hamil di luar nikah, diusir keluarga atau ditipu pasangan yang sudah beristri. Rumah RUTH mendapat informasi pasien yang hendak aborsi dari laporan dokter.
Foto: Monique Rijkers
Hamil di usia muda
Menurut data situs Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2016, setiap tahun di Indonesia terdapat sekitar 1,7 juta kelahiran dari perempuan di bawah 24 tahun, sebagian merupakan kehamilan tidak diinginkan. Sejauh ini guna menghindari kehamilan tidak diinginkan, kontrasepsi menjadi pilihan.
Foto: Monique Rijkers
Boks Bayi
RUTH terdiri dari dua rumah, masing-masing untuk ibu hamil dan bayi. Saat ini ada beberapa bayi yang tinggal di Rumah RUTH. Juga ada ibu hamil, ibu baru melahirkan, serta ibu tunggal yang menyewa kamar sekaligus menitipkan anaknya saat bekerja. Rumah RUTH andalkan donatur untuk bantu biaya melahirkan, imunisasi dan saat sakit serta kebutuhan hidup ibu hamil dan bayi.
Foto: Monique Rijkers
Sukarelawan Rumah RUTH
Sejumlah orang menjadi sukarelawan untuk mengajarkan ketrampilan bagi para ibu hamil seperti menjahit, bahasa asing dan membuat kue. Hari itu para ibu hamil diajarkan membuat kue pisang beraroma kopi. Bekal ketrampilan ini agar para ibu bisa mandiri.
Foto: Monique Rijkers
Mengenal Charles dan Devy
Pengelola RUTH pasangan suami istri Devi Sumarno dan Charles Wong mengadopsi dua anak. Pasangan ini berasal dari keluarga sederhana. Bahkan saat ini Charles Wong harus menjalani cuci darah setiap minggu dan ada masalah pada jantungnya. Kasih mereka kepada para ibu hamil dan bayi yang dilahirkan mengalahkan kondisi mereka sendiri. (Penulis: Monique Rijkers/ap/vlz)
Foto: Monique Rijkers
12 foto1 | 12
Namun demikian, aborsi seharusnya tidak boleh menjadi alternatif kontrasepsi. Dan sebaiknya dilakukan saat janin belum memasuki tahap viability, kecuali bila mengancam nyawa ibu. Aborsi juga seharusnya dilakukan dengan hati-hati dan perempuan wajib paham risiko medis, termasuk trauma psikis yang mungkin akan dialami. Aborsi adalah pilihan pahit. Tapi pilihan ini bagi sebagian perempuan jauh lebih baik dibandingkan dengan harus memaksakan diri mempertahankan kehamilan.
Dan selama laki-laki dan perempuan di dunia masih melakukan hubungan seks, perempuan hamil yang tak menginginkan kehamilannya tetap akan melakukan aborsi. Lantas, mengapa tak melakukannya dengan bantuan tenaga medis yang kompeten, konseling yang menyehatkan jiwa, prosedur medis yang aman bagi perempuan, dan bermartabat. Karena ketika pilihan itu dihilangkan, jangan heran mereka mengambil jalan ilegal yang membahayakan nyawa, dan menghilangkan martabat.
Penulis:
Uly Siregar (ap/hp) bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.
@sheknowshoney
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Negara-negara dengan Tingkat Kepuasan Seksual Tertinggi Sejagad
Tingkat penyakit seksual, kehamilan remaja & aborsi di negara-negara sosial liberal lebih rendah dibanding yang represif. Juga kehidupan seksualnya jauh lebih memuaskan. Peringkat berdasar penelitian AlterNet.
Foto: Colourbox/E.Wodicka
Swiss
Swiss terkenal progresif soal legalisasi prostitusi, liberalisasi pornografi, program pendidikan seks yang dimulai sejak taman kanak-kanak. Data AlterNet tunjukkan warga Swiss pemuncak peringkat dalam kepuasan seksual. Hasil survey: 21% responden merasakan kehidupan seks yang sangat memuaskan,32% mengaku berhubungan seks di tempat umum. Tingkat kehamilan remaja di Swiss terendah di dunia
Seperempat responden di Spanyol mengaku kehidupan seksual mereka memuaskan. Pria negeri matador ini menyandang status sebagai pencinta terbaik di dunia. Sebuah penelitian dengan 9850 responden mengungkap 90% pria & perempuan Spanyol menyatakan memperoleh kepuasan seks. Tingkat kepuasan seksual mereka meningkat dari waktu ke waktu dengan pasangan yang konsisten, ketimbang yang bergonta-ganti.
Foto: Getty Images/David Ramos
Italia
Menurut Men’s Health, di Italia, ada hubungan erat antara makan dan seks. Rayuan seksual dimulai dari meja makan. Studi menunjukkan perempuan Italia yang menikmati 2 gelas anggur/hari menikmati kepuasan seksual yang lebih besar daripada yang tidak minum. Survei menunjukkan 64% responden mengaku kehidupan seksual mereka memuaskan. 1/3-nya mengharapkan seks berlangsung lebih dari 10 menit.
Foto: imago/INSADCO
Brasil
Yang perempuan langganan juara ajang kecantikan dunia. Laki-lakinya menyandang status pecinta terbaik kedua di dunia setelah Spanyol. Sebuah laporan mengklaim 82% responden berhubungan seks sekali seminggu. Riset lain menemukan rata-rata mereka bercinta 145 kali/ tahun (setara +-3 kali seminggu). Para ‘Latin Lover‘ ini tercatat paling tinggi tingkat kehilangan keperjakaan/keperawaannya di dunia.
Foto: Getty Images/M.Tama
Yunani
Sejak berad-abad orang Yunani sangat santai membahas hasrat seksual. Orang-orang Yunani umumnya membahas seks di tempat kerja, dengan teman-teman, dan yang paling penting, dengan pasangan mereka. Komunikasi memperbaiki kehidupan seks. Durex mengklaim rata-rata warga Yunani melakukan hubungan intim 164 kali/tahun. Adapun 51% responden dalam survei menyatakan puas dengan kehidupan seks mereka.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Messara
Belanda
64% responden Belanda dalam sebuah penelitian meyakini bahwa seks merupakan kebutuhan dasar dan mereka lebih terbuka bicara soal seks. Belanda memiliki tingkat kehamilan remaja 5,3 per 1.000 orang, lebih rendah dibanding AS (39,1 per 1.000). Tingkat aborsi jauh lebih rendah demikian pula tingkat penularan HIV. 22% responden survei menyatakan kualitas kehidupan seks mereka sangat baik
Foto: picture-alliance/AP
Meksiko
63% responden mengaku kehidupan seks mereka memuaskan. Pada tahun 2008, pemerintah Mexico City mendistribusikan lebih dari 700.000 buku pendidikan seks di sekolah tinggi yang mencakup pengendalian kelahiran, aborsi dan homoseksualitas. Pekerjaan seks dilegalkan dan diatur di beberapa wilayah. Sayangnya, tema perdagangan manusia di Meksiko masih jadi masalah serius di negeri itu.
Foto: Colourbox/Kzenon
India
Rata-rata responden kehilangan keperjakaan/keperawanan pada usia 22 tahun. Men’s Health mengungkap, pria India lebih menikmati permainan bercinta daripada orgasmenya sendiri. Pria India menghabiskan waktu pada proses merayu dan permainan awal dibandingkan dengan negara-negara lain. Rata-rata yang dihabiskan untuk melakukan hubungan seksual 13 menit. 61% reponden mengaku kehidupan seksnya memuaskan
Foto: DW
Australia
75% responden Australia mengklaim pernah melakukan hubungan seks di perjalanan atau kendaraan. Cosmopolitan menulis 27% wanita Australia "tidak ingin kehidupan seks mereka berubah. Meski sebagian kecil dari mereka merasa tak ada salahnya mencoba hal-hal baru. Beberapa perempuan negeri kangguru ini punya fantasi tentang ‘threesome‘.
Foto: Bernd Leitner - Fotolia.com
Nigeria
Studi Durex menempatkan Nigeria di posisi teratas. Menurut studi Durex, Nigeria 67% responden dalam studinya mengaku memperoleh kepuasan dalam berhubungan seksual. Warga Nigeria terhitung cukup lama durasinya dalam berhubungan seks, dengan rata-rata 24 menit/sesi..Statistik ini agak mengejutkan, mengingat pandangan konservatif Nigeria dalam hal pernikahan sesama jenis.
Foto: Katrin Gänsler
Jerman
Meskipun warga Jerman dicap sebagai "pecinta terburuk" di dunia, namun mereka mengaku kehidupan seksualnya memuaskan. Jerman adalah rumah bagi beberapa program pendidikan seks yang paling komprehensif di dunia dan dikenal karena kebijakan politik progresif soal pekerja seks. 32% responden Jerman mengaku pernah melakukan ‘one-night-stand‘ dan 30% pernah melakukan hubungan seks di tempat umum.
Foto: Colourbox
Cina
Masyarakat Cina dinilai paling konservatif mengalami represi. Tapi di balik pintu tertutup, penduduknya berhubungan seks lebih sering dibanding kebanyakan negara lain, 78% mengaku sekali/ minggu. Rahasianya? Teknologi, demikian menurut Men’s Health. Cyber sex & toko seks online mengalami kemajuan pesat. Cina bahkan memiliki SEXPO di Shanghai. 70% sex toy di dunia diproduksi di Cina.
Foto: picture-alliance/dpa
Keintiman dalam komunikasi
dari sekian banyak studi yang dirangkum AlterNet, salah atunya adalah penelitian yang dilakukan produsen kondom Durex. Hasilnya, 82% responden merasakan kepuasan hubungan intim karena adanya sikap saling menghargai dan komunikasi yang baik antar pasangan.