1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialEropa

Abrahamsfest ke-20 Digelar di Recklinghausen

8 September 2020

Kelompok-kelompok umat ​​kristiani, muslim dan Yahudi di Recklinghausen, Jerman memulai perayaan Abrahamsfest ke-20. Membangun toleransi antaragama menjadi inti perayaan ini.

Gambar simbol
Gambar ilustrasiFoto: picture alliance/Godong

Puluhan acara termasuk kampanye, musik dan lokakarya diselenggarakan mulai pekan ini hingga tanggal 8 Desember mendatang, dalam perayaan Abrahamsfest atau Festival Ibrahim atau Abraham ke-20 di Recklinghausen, Jerman. Acara ini merupakan gerakan perdamaian dan wadah dialog antarumat beragama untuk membangun perdamaian.

Dikutip dari Domradio, festival kali ini bertajuk "Pemuda – aktif di antara kursi ", sebagaimana diumumkan penyelenggara di Marl, Recklinghausen. Kaum muda diharapkan berperan aktif dalam menjembatani perbedaan agama.

Hadir dalam perayaan untuk tahun ini adalah pianis Suriah, Aeham Ahmad, yang meninggalkan negara asalnya dan sekarang tinggal di Warburg, Jerman. Musisi tersebut akan tampil di konser pada tanggal 30 Oktober.

Hanya 30 tamu di lokasi acara pertama

Abrahamsfest ke-20 dimulai pada Minggu malam (06/09) dengan acara bertajuk "Hidup Bersama" di Sinagoge Recklinghausen. Hanya 30 tamu yang diperbolehkan hadir pada malam itu karena adanya protokol kesehatan terkait pandemi corona. Acara tersebut disiarkan langsung di YouTube dan Facebook.

Penyelenggara acara ini adalah Kelompok Kerja Kristen-Islam di Marl, Recklinghausen bekerja sama dengan gereja-gereja dan masjid-masjid, serta komunitas Yahudi di Recklinghausen, dewan integrasi Kota Marl. Kegiatan ini juga didukung termasuk Kementerian Integrasi North Rhein Westfallen, Gereja Injili Westfallen dan Keuskupan Münster.

Tradisi dialog antaragama

Bukan hanya pada saat festival saja, kegiatan komunitas antaragama ini sudah sering dilakukan sebelumnya. Februari lalu, acara doa bersama untuk perdamaian juga diselenggarakan di distrik ini.

“Pada saat konflik politik semakin global, dan kelompok serta pelaku individu ingin membenarkan pembunuhan terhadap orang lain dengan mengatakan bahwa mereka berasal dari komunitas agama yang berbeda, perasaan takut dan tidak aman semakin sering muncul,” ujar Bernhard Lübbering pensiunan imam  gereja di Recklinghausen. Ia dan mitranya tokoh-tokoh agama lain ingin melakukan sesuatu untuk mengatasi hal itu dan berkomitmen untuk membangun dialog antaragama.Demikian dikutip dari situs Kirche und Leben.

“Kerja sama komunitas agama lokal sangat penting,” kata Lübbering. Hidup bersama di Recklinghausen hanya bisa berhasil "jika kita berbicara satu sama lain dan belajar satu sama lain dengan rasa hormat".

Sejak tahun 2000, orang Yahudi, kristiani dan muslim berkumpul di Recklinghausen untuk bersama dan membangun budaya saling menghormati.

 

ap/vlz (domradio, kircheundleben)