Ada Agama di Bilik Suara
26 Mei 2014 Kampanye hitam berbau agama menjadi bola panas yang digulingkan kepada kedua calon presiden jelang pemilu, Juli mendatang. Namun ketika Prabowo dan pesaingnya Jokowi menepis keterlibatan, serangan terus bermunculan.
Di Pamekasan sebuah tabloid bertajuk Obor Rakyat beredar di masjid dan pondok pesantren. Isinya tidak lain menghujat capres usungan PDI-P Joko Widodo sebagai "boneka partai yang suka ingkar janji" dan "disandera cukong dan misionaris".
Agama belakangan menjadi isu yang ramai ditunggangi oleh kedua kubu calon presiden. Jokowi misalnya dituding ingin melucuti mayoritas Muslim Indonesia. Sebaliknya Prabowo diragukan keislamannya karena beribukan seorang Nasrani.
"Banyak kelompok Islam tapi tak Islam, bawa nama Islam tapi tak bawa nilai. Jadinya kacau. Partai pun tak mewakili seluruh sikap," keluh tokoh Nahdhatul Ulama, Hasyim Muzadi kepada Sindo.
Gerindra dan Manifesto Agama
Kehadiran agama dalam pemilu kepresidenan kali ini berawal dari manifesto politik Gerindra.
Gerindra sejak awal ingin menampilkan diri sebagai 'rumah bagi kaum muslim'. Dalam manifestonya partai berlambang kepala garuda itu menggarisbawahi peran negara untuk "menjaga kemurnian agama" dari berbagai bentuk "penyelewengan".
Ungkapan tersebut sempat menimbulkan polemik. Terutama ketika Suryadharma Ali, Menteri Agama yang tahun lalu berulangkali memojokkan kelompok minoritas Syiah, duduk sebagai salah satu punggawa koalisi merah putih pimpinan Prabowo.
Salah satu partai pengusung koalisi merah putih, PKS, mempertegas haluan tersebut dengan menyebut "Ahmadiyah dan Syiah sebagai sumber masalah yang mengganggu stabilitas nasional," kata Sekjen Taufik Ridho seperti dikutip Islampos. "Prabowo memandangnya seperti itu," imbuhnya.
Jokowi dan Keberpihakan Jusuf Kalla
Jokowi tidak juga berdiam diri. Selain kunjungan ke berbagai tokoh Muhamadiyah dan NU, bekas Walikota Solo itu juga menerbitkan siaran pers yang menggarisbawahi keislamannya, "saya Jokowi, bagian dari Islam yang Rahmatan Lil Alamin."
Sementara Jusuf Kalla, yang juga menjabat Ketua Dewan Masjid Indonesia, memilih isu penertiban gereja GKI Yasmin, Bogor. Ia meminta agar pengelola gereja tidak bersikeras dalam sikapnya. "Seharusnya berterima kasih, pertumbuhan jumlah gereja lebih besar daripada masjid, kenapa urusan satu gereja ini anda sampai bicara ke seluruh dunia?"
"Walaupun motifnya adalah merebut sumber daya politik, wacana yang dibangun adalah soal hidup-matinya sebuah agama," tulis Yusli Effendi, Dosen FISIP Universitas Brawijaya Malang di kolom editorial harian Sindo.
Pertarungan Merebut Benteng Islam di Jawa Timur
Ambisi menggalang dukungan dari jantung Konservatisme Islam inilah yang membawa keduanya bertarung sengit di Jawa Timur. Provinsi berpenduduk terbanyak kedua di Indonesia ini secara tradisional memilih partai berbasis Nahdhatul Ulama. Cuma ketika pemilu 2009 silam saja wilayah santri ini berpaling kepada Partai Demokrat yang saat itu mengusung Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut hitung-hitungan di atas kertas, maka pasangan Jokowi dan JK akan mudah meraup dukungan terbesar. Kemenangan PKB dan PDIP di Jawa Timur memudahkan asumsi tersebut.
Namun kubu Prabowo tampil lebih agresif. Selain mengusung Mahfud MD yang juga tokoh NU, Prabowo mendekati Partai Demokrat buat menggandeng Soekarwo, Gubernur Jatim. Startegi serupa diterapkan bekas Danjen Kopassus itu di Jawa Barat dengan menempatkan Gubernur Ahmad Heryawan (PKS) sebagai anggota tim sukses.
Jawa Timur, serupa dengan bagian barat pulau terpadat di Indonesia itu, adalah benteng Islam yang rajin diperebutkan. Sebab itu isu agama dilihat sebagai bahasa yang bisa dimengerti masyarakat. Maka tidak heran jika kampanye hitam, seperti tabloid anti Jokowi yang disebarkan di masjid-masjid Pamengkasan, ikut meramaikan kampanye di negeri para santri tersebut.
rzn/hp (berbagai sumber)