1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ada Apa di Balik Serangan di Turki?

Thomas Seibert24 Januari 2013

Serangan warga nasionalis Turki terhadap tentara Jerman di Iskenderun akibatkan perhatian tersorot pada sikap tidak percaya sebagian masyarakat Turki kepada Barat, NATO dan AS. Ternyata sikap anti Barat menyebar luas.

Turkish leftists and nationalists protest against the deployment of Patriot missiles in Turkey near the Mediterranean port of Iskenderun in Hatay province January 21, 2013. The first of six NATO Patriot missile batteries intended to protect Turkey from a potential Syrian attack arrived by ship from Germany on Monday, drawing a small but noisy protest from nationalist and leftist demonstrators. REUTERS/Umit Bektas (TURKEY - Tags: POLITICS CIVIL UNREST MILITARY)
Türkei Demonstration Patriot-Einsatz NATOFoto: Reuters

Sebagian tentara Jerman yang sekarang bertugas di Kahramanmars, Turki, dalam rangka penempatan sistem penangkis rudal jarak menengah Patriot, mungkin sekarang bingung. Awalnya pemerintah Turki meminta dukungan NATO untuk menghadapi serangan roket dari Suriah. Tetapi tentara barat yang baru tiba di Turki disambut dengan aksi protes, bahkan serangan kongkrit. Sejak beberapa pekan lalu, gerakan protes yang merupakan gabungan dari kelompok nasionalis, komunis dan Islamis mengorganisir demonstrasi terhadap Patriot.

Serangan terhadap tentara Jerman di Iskenderun tanggal 22 Januari menjadi titik puncaknya. "Kami berjuang, hingga tentara NATO terusir dari negara kami", kata Cagdas Cengiz, wakil kepala Organisasi Persatuan Remaja Turki (TGB) yang berhaluan kanan, setelah serangan terhadap tentara Jerman dalam sebuah aksi di depan Konsulat Jenderal Jerman di Istanbul. "Kami sudah memperingatkan kalian", kata Cengiz kepada tentara Jerman sambil menambahkan, "Tapi kalian tidak mau mendengar."

Karung Sebagai Simbol

Anggota TGB di bawah pimpinan Ilker Yücel sebelumnya menutupi kepala dua tentara Jerman dengan karung yang mereka bawa. Tindakan itu merupakan sindiran atas insiden yang terjadi di Irak setelah AS mengadakan invasi tahun 2003. Ketika itu, tentara AS di Irak Utara menangkap beberapa tentara Turki, dan menutupi kepala mereka dengan karung, seperti halnya penjahat. Warga nasionalis Turki belum memaafkan AS atas tindakan itu.

Bentuk protes yang terjadi menegaskan, bahwa tentara Jerman di Turki terperangkap dalam sikap anti AS yang agresif, yang menurut para pakar, meluas di masyarakat. Sikap anti AS telah mencengkeram seluruh masyarakat Turki, demikian dikatakan pakar politik dari Istanbul, Füsun Türkmen.

Situasi Sulit bagi Pemerintah

Ketika German Marshall Fund beberapa bulan lalu meneliti kadar simpati warga Eropa dan Rusia terhadap AS, Turki berada di posisi terbawah. Hanya 34% warga Turki punya pandangan positif terhadap AS, dan hanya satu dari empat orang Turki menghendaki peranan kepemimpinan internasional Washington. Berkaitan dengan NATO gambarannya serupa. Menurut hasil jajak pendapat, hanya 38% warga Turki berpendapat, aliansi militer itu masih dibutuhkan. Di Uni Eropa dan AS, dukungan bagi NATO sekitar 20% lebih tinggi.

Pemerintahan di bawah PM Recep Tayyip Erdogan selama ini tidak punya masalah dengan AS. Erdogan berhubungan baik dengan Presiden Barack Obama, dan hubungan Turki-AS saat ini berjalan jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Tetapi jika aksi protes terhadap penempatan militer NATO meluas, padahal aksi itu diadakan atas permintaan Ankara sendiri, Erdogan bisa berada di posisi terjepit dan harus memberikan penjelasan kepada sekutu-sekutu Baratnya. Setelah insiden Iskenderun, Ankara sudah harus mendengarkan kritik tajam dan peringatan dari pemerintah Jerman.

Aksi Protes Mungkin Terus Berlanjut

Saat ini gerakan protes Turki masih kecil, dan terutama tidak berada di tengah spektrum politik. Tetapi TGB di Iskenderun didukung anggota parlemen dari partai CHP, partai oposisi terbesar di Turki, yang bersama Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD) termasuk dalam gabungan partai-partai sosialis internasional, Sozialistische Internationale (SI).

2014 dan 2015 di Turki akan diadakan pemilu tingkat komunal dan parlemen, serta pemilu presiden. Dalam kampanye pemilu yang segera akan dimulai, lawan-lawan Erdogan kemungkinan akan berusaha menggunakan suara-suara anti Barat. TGB mengumumkan akan mengadakan aksi protes berikutnya. Berkaitan dengan aksi protes, pemerintah Turki ingin agar Patriot dan NATO sesegera mungkin meninggalkan negaranya. Jika bahaya yang berasal dari Suriah telah berlalu, tentara Barat dan sistem penangkis rudalnya akan meninggalkan Turki "hari itu juga, bahkan jam itu juga". Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu.

Kendaraan militer Jerman yang mengangkut sistem penangkis rudal tiba di Turki, 21 Januari 2013)Foto: Reuters
Sistem penangkis rudal jarak menengah Patriot milik JermanFoto: Detmar Modes/BMVg/dapd
Kontingen berangotakan 240 tentara Jerman berangkat ke Turki 20 Januari 2013.Foto: Sean Gallup/Getty Images