Ketua Komisi Uni Eropa, Jean-Claude Juncker nyatakan Eropa capai kemajuan dalam tangani krisis pengungsi dan puji Kanselir Jerman, Angela Merkel. Tapi di dalam negeri Merkel justru ditekan keras oleh internal partainya.
Iklan
Ketua Komisi Uni Eropa, Jean-Claude Juncker juga memuji Kanselir Jerman Angela Merkel, yang dinilainya memegang kokoh pendirian berdasarkan perhitungan jangka panjang, walaupun politik "pintu terbukanya" menghadapi banyak kecaman.
Juncker mengungkapkan, "Kita sekarang sudah melihat kemajuan pertama." Ditambahkannya, jumlah imigran yang datang ke Turki sudah berkurang. Tapi ia menekankan, masih butuh waktu berbulan-bulan sampai semua kesepakatan dilaksanakan dan menunjukkan efek yang diinginkan.
Dalam wawancara dengan harian Jerman, Bild yang dipublikasikan hari ini, sehari sebelum KTT soal pengungsi di Brussel, Juncker menekankan, sejarah akan membuktikan kebenaran politik pengungsi yang dilancarkan Merkel.
Selama ini, Merkel semakin kekurangan pendukung, karena menuntut pembagian merata imigran yang datang ke Eropa, di antara semua anggota Uni Eropa. Juga upayanya meyakinkan Turki untuk mengurangi aliran pengungsi ke Eropa ditanggapi negatif.
Brussel kembali bahas masalah pengungsi
Sebelas pemimpin Eropa akan bertemu di Brussel Kamis besok untuk merundingkan usul Jerman. Yaitu: mengijinkan masuknya lebih banyak pengungsi dari Turki, sebagai reaksi bagi kesediaan pemerintah Turki untuk membantu mencegah gelombang pengungsi dari Turki ke Eropa.
Di Brussel, Kanselir Angela Merkel bersama Kanselir Austria, Werner Fayman akan memimpin perundingan dengan sembilan negara Eropa lainnya, dan terutama dengan Turki, yang diwakili Perdana Menteri Ahmet Davutoglu. Tapi Austria sebelumnya juga sudah mengumumkan, akan meningkatkan pemeriksaan terhadap imigran di perbatasan selatan negaranya.
Masalah pengungsi di dalam negeri
Di kalangan masyarakat Jerman sejumlah upaya terus dilancarkan oleh organisasi kemanusiaan dan sukarelawan, untuk membantu pengungsi yang datang.
Tapi di Jerman kritik keras juga kerap dilontarkan terhadap Merkel dari kubunya sendiri, terutama dari Partai Kristen Sosialis (CSU) yang berkuasa di negara bagian Bayern. Situasi terutama diperburuk setelah terjadinya pelecehan seksual dalam jumlah besar di beberapa kota di Jerman, malam Tahun Baru lalu.
Menurut Jaksa Köln, Ulrich Bremer, 73 tersangka sudah diidentifikasi, dan sebagian besar berasal dari Afrika Utara. Menurut dia sebagian besar dari mereka termasuk kategori pengungsi. Namun tidak jelas apakah mereka datang ke Jerman dalam beberapa bulan belakangan ini, bersama gelombang besar pengungsi yang masuk sejak pertengahan tahun lalu.
Meraup Keuntungan Ekonomi dari Arus Pengungsi
Para pedagang atau sektor informal di Serbia raih keuntungan dadakan dari arus pengungsi yang mengalir ribuan orang setiap hari. Kesengsaraan bagi pengungsi adalah keuntungan bagi pedagang atau penjual jasa di Balkan.
Foto: DW/D. Cupolo
Calo Tiket Bus
Sektor transportasi jadi bisnis yang tumbuh amat cepat di Balkan. Liridon Bizazli, warga Albania menawarkan jasa angkutan bus pada pengungsi di kamp Presevo. Sekali jalan ke Kroasia tarifnya 35 Euro. Bizazli mengatakan, profesinya dulu sebagai pelayan bar hanya digaji 8 Euro per hari. Kini dengan jadi calo penjual tiket bus ia meraup pendapatan 50-70 Euro per hari.
Foto: DW/D. Cupolo
Boleh Naik Bus Gratis
Tapi Bizazli juga bisa fleksibel dan murah hati. Keluarga yang membawa anak, kadang ia gratiskan menumpang bus. Alasannya, Bizazli sejatinya juga pengungsi dari Kosovo. Perjalanan dengan bus seharusnya gratis, ujar dia. Uni Eropa membayar Serbia untuk membantu pengungsi, tapi pemerintah tidak bertindak dan diduga uangnya mengalir ke jalur gelap.
Foto: DW/D. Cupolo
Main Getok Harga
Setiap hari antara 8.000 hingga 10.000 pengungsi datang ke Presevo. Permintaan tinggi membuat toko-toko buka nonstop melayani pengungsi. Terutama toko bahan makanan dan warung makan selalu penuh. Dampaknya sejumlah toko menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat, untuk meraup lebih banyak untung dari rezeki dadakan itu.
Foto: DW/D. Cupolo
Jualan SIM Card Hingga Gerobak
Yang mula-mula dicari pengungsi setibanya di Eropa bukan makanan, melainkan SIM Card untuk ponsel agar bisa mengontak keluarga di Suriah. Akibatnya toko penjual prepaid card tumbuh bagai jamur di musim hujan. Bukan hanya itu, gerobak dorong inipun diburu pengungsi. Antara lain untuk mengangkut anak-anak atau kaum wanita yang sakit, seperti perempuan etnis Kurdi dari Suriah ini.
Foto: DW/D. Cupolo
Penjaja Sepatu Laris
Dengan tibanya musim dingin, banyak pengungsi yang semula berjalan kaki telanjang , terpaksa harus membeli sepatu. Jika terus "nyeker" saat musim hujan pada suhu dingin efeknya adalah penyakit infeksi pada kaki dan juga penyakit lebih berat lain. Warga yang jeli berubah profesi jadi penjaja sepatu dan kaus kaki, yang terbukti amat laris.
Foto: DW/D. Cupolo
Jual Beli Dokumen
Semua pengungsi harus meregistrasi diri di negara jalur transit Balkan. Jumlah petugas terbatas menyebabkan antrian panjang ribuan pengungsi yang memerlukan dokumen resmi. Kesengsaraan ini jadi peluang bisnis bagi supir bus yang nakal. Ia mengumpulkan dokumen milik penumpang yang berangkat ke Kroasia. Kembali ke Presevo ia bisa menjual dokumen "aspal" itu kepada pengungsi yang malas antri.
Foto: DW/D. Cupolo
Informasi Penting
Makin banyak sopir bus atau taksi yang berniat buruk, dengan menarik ongkos bagi perjalanan ke Kroasia tapi menurunkan pengungsi di kota terpencil di Serbia. Untuk melindungi para pengungsi dari kejahatan semacam ini, di kamp penampungan ditempel berbagai informasi berharga yang diterjemahkan dalam dalam beberapa bahasa.
Foto: DW/D. Cupolo
Perampokan di Jalan Tol
Bahkan ada sopir bus atau taksi yang terang-terangan mengancam petugas yang mendampingi pengungsi agar terhindar dari kejahatan semacam itu. Alexander Travelle, seorang relawan dari Presevo, melaporkan sebuah keluarga terdiri dari enam orang dirampok oleh sopir taksinya dengan todongan pistol di jalan tol, setelah diperintahkan membayar 80 Euro per kepala untuk perjalanan ke Kroasia.
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Harus Bayar Suap
Agar diizinkan menjual tiket bus di kamp pengungsi Presevo, polisi penjaga kamp harus disogok 100 Euro per minggu. Juga sopir bus dan sopir taksi harus membayar "uang keamanan" kepada petugas polisi di kawasan ini. Namun para relawan mengatakan, tidak semua polisi terima sogokan, walaupun sulit membuktikan masih ada aparat yang bersih.
Foto: DW/D. Cupolo
Tarif Hotel Naik Drastis
Suhu makin dingin dan makin banyak pengungsi terpaksa menginap di hotel. Dengan seenaknya pemilik menaikkan tarif dan mengusir pengungsi yang tak mampu membayar sewa kamar. Jalan keluarnya: beberapa orang pengungsi urunan untuk menyewa satu kamar hotel secara berdesak-desakan.