Adaptasi Sistem Pendidikan Vokasi Jerman di Indonesia
25 Desember 2017
Keunggulan sistem ganda pendidikan dan pelatihan vokasi Jerman sejak lama diakui banyak negara. Indonesia kini perkuat pendidikan vokasi dengan tingkatkan kerjasama dengan Jerman. Simak opini Duta Besar RI, Fauzi Bowo.
Iklan
Berdasarkan perkiraan United Nations World Population (UNWP), jumlah penduduk usia produktif Indonesia (15-64 tahun) akan mencapai 200 juta pada tahun 2030. Hasil riset McKinsley Global Institute (MGI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia memiliki kebutuhan tenaga kerja terampil sebanyak 113 juta orang, sementara tenaga terampil Indonesia saat ini baru berjumlah sekitar 57 juta orang.
Keunggulan sistem ganda pendidikan dan pelatihan vokasi Jerman telah sejak lama diakui banyak negara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, berbagai kerja sama antara Indonesia dan Jerman di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi telah berlangsung selama puluhan tahun, setidaknya melalui Indonesian German Institute (IGI) pada tahun 2002 dan juga melalui program Sustainable Economic Development through Technical and Vocational Education and Training (SED-TVET) pada tahun 2010.
Sebagaimana diketahui, salah satu kekuatan perekonomian Jerman selama ini terletak pada industri/usaha ukuran kecil dan menengah yang kuat dengan ditopang ketersediaan tenaga kerja terampil dalam jumlah dan kualitas yang cukup, merata dan terstandarisasi di seluruh Jerman.
Hal ini dapat dicapai secara berkesinambungan karena didukung sistem ganda vokasi (duales system) yang diimplementasikan secara nasional dan merupakan cerita sukses Jerman sekaligus landasan perekonomian Jerman yang solid. Sementara itu, walau banyak pihak di Indonesia telah menerima manfaat dari berbagai kerja sama TVET dengan pihak Jerman, harus diakui bahwa sistem ganda pendidikan/pelatihan vokasi seperti yang diberlakukan di Jerman belum menjadi sesuatu yang baku, apalagi berlaku nasional di Indonesia. Berbagai kerja sama masih merupakan upaya individu, sektoral dan regional tertentu yang berjalan sporadis.
Menyaksikan sendiri secara langsung dan semakin memahami keunggulan sistem ganda pendidikan dan pelatihan vokasi Jerman dalam Kunjungan Kerjanya ke Berlin pada 17-18 April 2016, Presiden Joko Widodo - setelah mengunjungi Siemens Profesional Education (SPE) milik perusahaan Siemens AG di Siemensdtadt Berlin - menegaskan perlunya mengkonsolidasi sekaligus mengintensifkan segala upaya mengadaptasi sistem ganda pendidikan dan pelatihan vokasi Jerman, tentu dengan berbagai penyesuaiannya, ke dalam sistem pendidikan dan pelatihan tenaga kerja terampil menjadi bagian yang terintegrasi dalam perekonomian Indonesia.
Informasi Beasiswa di Jerman
Tak cukup uang untuk kuliah di Jerman yang terkenal dengan kualitas pendidikannya yang sangat baik? Sejumlah institusi di Jerman bisa mewujudkan impianmu.
Foto: Fotolia/Andres Rodriguez
Friedrich Ebert Stiftung (FES)
Beasiswa hanya diberikan kepada calon mahasiswa yang sudah diterima di universitas atau perguruan tinggi. Aplikasi diajukan ketika mahasiswa sudah berada di Jerman. Informasi selengkapnya: https://www.fes.de/studienfoerderung/ . Organisasi ini terkait erat dengan Partai Sosial Demokrat Jerman SPD. Kemampuan berbahasa Jerman menjadi prasyarat.
Foto: picture-alliance/ ZB
Friedrich Naumann Stiftung (FNS)
Yayasan yang terkait dengan Partai Liberal FDP ini menawarkan bantuan kepada mahasiswa asing yang terdaftar dalam program master dan doktoral di Jerman. Bantuan beasiswa buat prograam master sekitar 800 Euro/bulan, maksimum hingga dua tahun. Mereka yang memperoleh ilmu di Jerman diharapkan dapat meningkatkan kondisi di negara asal setelah kembali. Situsnya: http://bit.ly/1Qn7FU0
Lembaga ini terkait dengan Partai Hijau di Jerman dan fokus pada isu demokrasi, ekologi, solidaritas internasional dan anti kekerasan. Setiap tahun, ada dua kali kesempatan mengajukan aplikasi program beasiswa di yayasan ini, yakni awal Maret dan September. Cek infonya: https://www.boell.de/en/foundation/scholarships
Foto: picture alliance / dpa
Hanns Seidel Stiftung
Yayasan Hanns Seidel beralifiliasi dengan Partai Uni Sosial Kristen CSU. Yayasan ini mendukung pelamar berkualitas tinggi untuk mahasiswa pasca-sarjana (usia maksimal 32 tahun) , yang mempunyai nilai sangat baik, ketrampilan berbahasa Jerman dan catatan dalam keterlibatan sosial-politik. Info bisa diperoleh lebih jauh di: http://www.hss.de/english/scholarships.html
Foto: dapd
Konrad Adenauer Stiftung (KAS)
Bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan uang hidup selama studi di Jerman, bisa mengajukan permohonan bantuan ke orrganisasi yang berafiliasi dengan Uni Kristen Demokrat, CDU ini. Cek situsnya: http://www.kas.de/wf/en/42.8/ atau http://www.kas.de/wf/de/42.34/ Namun pelamar harus ada di Jerman saat mengajukan permohonan.
Foto: picture-alliance/dpa
Hans Böckler Stiftung
Yayasan ini dekat dengan Federasi Serikat Buruh Jerman. Salah satu tujuan program beasiswanya adalah mempromosikan pertukaran pengetahuan antara para sarjana, serikat pekerja dan pekerja. Yayasan ini mencari mahasiswa yang menunjukkan prestasi akademis tetapi terbentur biayai studi. Mereka yang sudah bekerja sebelumnya memiliki kesempatan yang lebih baik. Situs: http://www.boeckler.de/20.htm
Foto: Fotolia/apops
DAAD - Deutscher Akademischer Austauschdienst
Yang sangat banyak bergerak di bidang penyaluran beasiswa adalah DAAD, sebuah lembaga bersama dari institusi pendidikan tinggi dan asosiasi mahasiswa Jerman. Untuk informasi terkini mengenai program beasiswa DAAD secara umum, silakan mengunjungi situsnya: http://www.daadjkt.org/index.php?daad-scholarships . Di situs ini bisa dijumpai berbagai program yang sesuai dengan minat mahasiswa.
Foto: picture-alliance/dpa
Master International Media Studies DW Akademie
Deutsche Welle (DW) juga membuka kesempatan beasiswa untuk para jurnalis yang ingin meraih gelar master, lewat program International Media Studies. Perkuliahan 4 semester dilakukan dalam dua bahasa, Inggris dan Jerman. Info: https://www.dw.com/en/dw-akademie/about-us/s-9519
8 foto1 | 8
Kemitraan Indonesia – Jerman di bidang vokasi
Presiden Joko Widodo ingin membawa kemitraan Indonesia – Jerman di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu, Presiden Joko Widodo bersama Kanselir Angela Merkel sepakat untuk memperkuat Jakarta Declaration Tahun 2012 - dokumen resmi kemitraan komprehensif Republik Indonesia dengan Republik Federal Jerman - dengan mengangkat khusus isu TVET (bersama dengan isu kemaritiman dan energi terbarukan) sebagai bidang utama peningkatan kerja sama dan kemitraan antara Indonesia dengan Jerman.
Adapun pertimbangan Presiden RI adalah kesadaran bahwa Indonesia memiliki tantangan dalam merespons bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada 2028-2030. Data BPS/Bappenas/UNFPA mengatakan 68,1% penduduk Indonesia adalah usia produktif (15-64 tahun) atau berdasarkan data United NationsWorld Population: 69,4% dari total penduduk Indonesia adalah usia produktif.
Dengan asumsi penduduk Indonesia pada tahun 2030 akan mencapai 300 juta orang, maka terdapat sekitar 200 juta penduduk usia produktif. Selain perlunya jumlah lapangan pekerjaan yang cukup, tidak kalah penting adalah upaya menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang terampil, berdaya saing tinggi dan mampu memenuhi permintaan pasar tenaga kerja yang tersedia. Tanpa persiapan dini yang sistematis, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, tenaga kerja yang berlimpah tersebut dikuatirkan menyebabkan bonus demografi akan berbalik menjadi beban demografi yang potensial berakibat fatal bagi Indonesia.
Yang Harus Diketahui Sebelum Studi di Jerman
Jerman menarik minat mahasiswa asing karena kualitas universitasnya dan biaya yang murah. Tapi sebelum memutuskan berkuliah di Jerman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Foto: picture alliance / dpa
"Bebas Bayaran" Sifatnya Relatif
Universitas Jerman hanya bebas bayaran jika calon mahasiswa yang mendaftar ke universitas negeri juga diterima oleh universitas itu. Selain itu, calon mahasiswa juga bermaksud untuk berkuliah dalam kondisi seperti warga Jerman biasa. Itu berarti: menghadapi tantangan yang sama. Program studi yang lain dari itu, atau di universitas swasta, kualitasnya juga bagus, tetapi tidak bebas biaya dan mahal.
Foto: dapd
Mahasiswa dan Kerja Sampingan
Visa mahasiswa membatasi jumlah waktu yang boleh digunakan untuk bekerja. Bagi mahasiswa tanpa paspor Uni Eropa, batasnya 120 hari per tahun. Dalam semester kuliah hanya boleh bekerja 20 jam per minggu. Tetapi biaya hidup di Jerman lebih murah daripada di banyak kota AS dan Inggris. Sebaiknya tidak mencoba kerja gelap. Ada risiko eksploitasi, dan jika tertangkap bisa dideportasi.
Foto: Fotolia/MNStudio
Melamar Beasiswa
Di Jerman banyak ditawarkan beasiswa bagi mahasiswa asing di berbagai bidang. Jika berprestasi baik dan ulet mencari beasiswa, kesempatan bisa diperoleh. DAAD adalah lembaga negara Jerman yang memberikan beasiswa paling banyak bagi mahasiswa asing. Yayasan yang memberi beasiswa dengan spesifikasi tertentu juga banyak.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Visa
Mahasiswa dari negara bukan anggota Uni Eropa kerap hadapi masalah visa. Tiap orang bertanggungjawab sendiri untuk mengurus asuransi kesehatan, buktik emampuan menunjang hidup secara finansial, temukan tempat tinggal, daftarkan diri pada kantor wilayah, buat janji soal perpanjangan visa, dan dokumen lainnya. Bagi banyak negara, masalah ini sudah dimulai saat meminta visa di kedutaan besar Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Menanggulangi Banyak Formulir
Orang harus bersedia mengisi formulir. Sebaiknya biasakan diri dengan kata-kata birokratis Jerman. Juga organisir semua surat, lengkap dengan fotokopinya, mulai dari urusan visa sampai bayar sewa kamar. Triknya: jika dapat surat resmi, kirim kembali surat resmi yang lebih banyak lagi. Begitu saran Leah Scott-Zechlin, yang pernah kuliah di Berlin, dan veteran "Papierkrieg" (perang kertas).
Foto: picture alliance/dpa/Patrick Pleul
Bisa Bahasa Jerman Sangat Membantu
Tentu di kota besar orang asing bisa tinggal tanpa bisa bahasa Jerman. Sebagian program studi juga ditawarkan dalam bahasa Inggris. Tetapi setiap aspek hidup lebih mudah jika bisa bahasa Jerman, baik untuk bicara dengan petugas negara, maupun untuk bersosialisasi dengan orang Jerman. Kalau ingin bekerja, kemampuan berbahasa Jerman jadi aset sangat besar di pasaran tenaga kerja.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Universitas Tidak Menuntun Mahasiswa
Di Jerman mahasiswa tidak dibimbing seperti di sekolah. Sepenuhnya tergantung tiap mahasiswa asing untuk bisa jalani hidup di negara asing, datang ke kuliah dan belajar. Mata kuliah ada yang berkesan sangat bebas. Terserah mahasiswa, apakah serahkan pekerjaan rumah, berpartisipasi dalam kuliah atau tidak. Sebagian mata kuliah tergantung sepenuhnya pada ujian akhir atau makalah di akhir semester.
Foto: imago/Westend61
Masalah Tempat Tinggal
Asrama mahasiswa ada di banyak kota. Tetapi untuk dapat tempat kadang sulit. Di samping asrama, mahasiswa Jerman juga sering tinggal di Wohngemeinschaft (WG). Dalam sistem ini, beberapa mahasiswa bersama-sama menyewa sebuah apartemen. Tiap orang dapat satu kamar. Dapur dan kamar mandi biasanya digunakan bersama. Ini cara baik untuk bersosialisasi dengan orang Jerman dan memperbaiki bahasa Jerman.
Foto: Fotolia
Mencari Saran
Tinggal dan belajar di luar negeri kerap butuh tanggung jawab tinggi. Dan kadang orang merasa harus berjuang sendirian menghadapi banyak tantangan. Tapi tidak usah khawatir. Anda bukan mahasiswa asing pertama di Jerman. Sumber informasi dan saran kerap bisa ditemukan di internet. Untuk yang berbahasa Inggris ada forum "Toytown Germany".
Foto: Fotolia/Creativa
Mungkin Ingin Tinggal Selamanya
Mungkin Anda individu yang tahu cara peroleh kesempatan terbaik dalam hidup: kuliah beberapa tahun di Jerman, raih gelar, mungkin kerja sedikit, lalu kembali ke tanah air dan dapat penghasilan tinggi. Bisa jadi juga, Anda jatuh cinta dengan Jerman, sehingga hadapi dilema ucapkan "Tschüß" (selamat tinggal) selamanya kepada tanah air, atau rindu Jerman seumur hidup. Penulis: Caitlin Hardee (ml/vlz)
Pendidikan dan pelatihan vokasi yang dilakukan Indonesia selama ini sebagian besar dilakukanmelalui instansi dan lembaga yang didanai melalui APBN/APBD semata dengan kapasitas (jumlah kursi) yang terbatas. Sebagai akibatnya, sebagian besar angkatan kerja di Indonesia merupakan tenaga kerja yang kurang terampil yang pada akhirnya menemukan sektor informal sebagai katup penyelamat untuk tidak terjerumus pada pengangguran.
Tantangan yang dihadapi Indonesia tidak mudah. Diperlukan perubahan mindset banyak pihak (stakeholders) terkait, terutama yang berhubungan dengan sistem pendekatan dan pandangan atas pendidikan dan pelatihan vokasi yang selama ini telah berlangsung di Indonesia.
Indonesia Akan Tiru Pendidikan Vokasi Jerman
01:48
Tantangan utama tentunya adalah pada i) bagaimana mengundang pihak swasta untuk terlibat secara aktif; ii) pada umumnya swasta beranggapan bahwa pendidikan dan pelatihan keterampilan merupakan beban biaya perusahaan dan belum memahaminya sebagai investasi yang penting dan menguntungkan bagi perusahaan; iii) masih terdapatnya pandangan bahwa pendidikan dan pelatihan vokasi merupakan bagian dari pendidikan formal yang tanggungjawab tunggal dan mutlaknya ada pada Pemerintah/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; serta iv) pendekatan sektoral Kementerian/Lembaga, baik di Pusat maupun Daerah, dan pihak swasta serta tumpuan penuh pada anggaran pemerintah (APBN/APBD) juga merupakan tantangan besar dalam mengadaptasi sistem ganda vokasi Jerman di Indonesia secara nasional.
Kondisi ideal mengadaptasi sistem ganda Jerman adalah tentu dengan memberikan landasan hukum yang kuat melalui sebuah Undang-Undang. Dengan mandat dan wewenang yang jelas, berbagai peraturan perundangan lainnya dapat disesuaikan, misalkan dengan memperkuat peran, kapasitas dan kemandirian Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia sebagai sebuah induk organisasi sektor swasta dalam mengundang berbagai industri turut memberikan kontribusi nyata dalam proses pendidikan dan pelatihan vokasi. Selain itu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah perlu juga melakukan konsolidasi menyeluruh atas segala upaya pendidikan dan pelatihan vokasi yang telah dilakukan, baik melalui politeknik/akademi, sekolah kejuruan, madrasah (MI, MT dan MA), balai kerja/latihan serta pusat pendidikan dan pelatihan yang dikelola tiap Kementerian/Lembaga dan instansi.
Menengok Pendidikan Vokasi di Jerman
04:02
This browser does not support the video element.
Memupuk rasa kepemilikan dan keterlibatan
Berkaitan dengan itu, KBRI Berlin terus mendukung upaya adaptasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi Jerman ke Indonesia dengan i) melakukan pemetaan/pemahaman komprehensif atas pengembangan kerja sama pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia dengan pihak Jerman; ii) mengundang pihak-pihak terkait memiliki pemahaman yang sama tentang bentuk dan format pendidikan dan pelatihan vokasi yang tepat bagi Indonesia; serta iii) mendukung penguatan koordinasi lintas sektoral di Indonesia.
Secara khusus upaya adaptasi sistem ganda vokasi Jerman di Indonesia perlu menjadi sebuah gerakan nasional yang memberikan rasa kepemilikan dan keterlibatan yang kental kepada seluruh komponen masyarakat (pemangku kepentingan).
Untuk itu, melalui sebuah kegiatan national grand launching sejumlah perusahaan Jerman di Indonesia yang selama ini telah sukses melakukan adaptasi pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia sebagaimana pada perusahaan induknya di Jerman, dapat dijadikan pilot project atau teladan dan perintis (lead by example) untuk direplikasi pihak-pihak lainnya ke sektor, kawasan serta bidang vokasi lainnya.
Penulis:
Duta Besar RI, Dr. Ing. H. Fauzi Bowo (ap/hp)
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
Tempat Tinggal Mahasiswa di Jerman
Setiap tahun dengan mulainya semester perkuliahan, masalah terulang: Kurang tempat tinggal bagi mahasiswa. Berbagai cara yang dilakukan mahasiswa Jerman untuk mendapat tempat tinggal dirangkum dalam galeri foto
Foto: picture-alliance/dpa/LandProp SE
Setengah Mati Mencari Kamar
Asrama Mahasiswa sudah penuh. Jadi mahasiswa harus berusaha agar punya tempat bernaung. Sayangnya tempat tinggal yang cocok tidak selalu ditemukan di Schwarzes Brett (Papan Iklan). München dan Frankfurt adalah kota-kota termahal. Rata-rata harga kamar di WG untuk tiga orang 493 Euro. WG (apartemen yang ditinggali bersama oleh beberapa orang) serupa di Frankfurt, harganya 421 Euro.
Foto: picture-alliance/dpa
Tinggal Bersama Mama
Sekitar 27 persen mahasiswa Jerman masih tinggal dengan orang tua. Ini tidak saja menghemat biaya tapi juga dianggap nyaman. Pakaian kotor ada yang mencucikan dan lemari makanan selalu penuh. Tapi itu ada harganya. Tinggal di rumah orang tua artinya diperlakukan seperti anak kecil dan harus mengikuti kemauan orang tua. Kemandirian pada mereka yang menumpang di rumah orang tua, kurang berkembang.
Foto: Fotolia/Jeanette Dietl
Meninggalkan Rumah
Tidak semua mahasiswa bisa tinggal di rumah dengan orang tua. Memang banyak warga muda mengambil risiko bolak balik, tapi sering kali universitas tempat mereka kuliah amat jauh dari tempat tinggal asal. Ini artinya harus berpisah dari "Hotel Mama".
Foto: Marem - Fotolia.com
Penginapan Darurat di Aula Olah Raga
Mahasiswa semester pertama sering kebingungan, jika mendapat tempat kuliah di kota universitas terkemuka seperti München, Köln atau Frankfurt. Karena di sana amat sulit menemukan tempat tinggal yang bayarannya terjangkau. Karena itu di awal masa perkuliahan, banyak mahasiswa muda yang terdampat di pinggir jalan. Kadang bantuan satu-satunya hanya kasur darurat yang disediakan kampus.
Foto: picture-alliance/dpa
Tempat di Asrama Mahasiswa? Keberuntungan
Hanya 12 persen mahasiswa di Jerman yang bisa mendapat tempat di Studentenwohnheim (asrama mahasiswa). Di bangunan baru luas kamarnya harus 17 meter persegi, di bangunan lama jauh lebih sempit. Single room amat jarang, kebanyakan tinggal betiga atau berempat. Rata-rata harga sewa di Köln 230 Euro. Di pasaran, dengan harga semurah itu orang tidak bisa menemukan tempat tinggal.
Foto: picture-alliance/dpa
Tinggal dalam Kontainer
Rumah Kontainer bagi mahasiswa sudah ada tahun 1980-an, ketika situasi di pasar tempat tinggal sama kritisnya seperti saat ini. Dulu hanya dipakai untuk tempat tinggal darurat dan sementara, tapi kontainer bahkan punya keuntungan. Luas kamar 15 sampai 17 meter persegi. Saat ini kontainer di München banyak kosong, tapi dengan sulitnya tempat tinggal, itu akan segera berubah.
Foto: Manfred Kovatsch
Ruang Sempit yang Punya Gaya
Ini disebut tinggal secara inovatif. "o2 Village" adalah kawasan mahasiswa di München terdiri dari tujuh bangunan kubus (Wohnwürfel). Dengan 6,8 meter persegi, lebih sempit dari ketetapan luas minimal kamar anak-anak dari pemerintah. Tapi kontainer mewah ini berfungsi sebagai WC, tempat mandi, dapur, ruang tamu dan tempat tidur sekaligus. Dengan harga sewa 150 Euro Wohnwürfel tergolong murah.
Foto: cc-by-nc-sa3.0/Church of emacs
Suasana Desa di Göttingen
Asrama Mahasiswa tidak harus terbuat dari beton atau bangunan berbentuk seragam. Di Göttingen Studentenwerk (Lembaga Urusan Mahasiswa) tahun 1983 dengan biaya relatif rendah, merombak Fachwerkhaus (rumah abad pertengahan berangka kayu) di Lohmühle ini. Penghuni pertama tampak gembira tinggal di situ. Fachwerkhaus ini sampai kini masih amat digemari para mahasiswa.
Foto: picture alliance/dpa
Masak Secara Bergilir
Mahasiswi Serbia Tijana mendapat tempat tinggal di Bonn berupa bangunan tua bergaya tangsi. Kamarnya hanya 10 meter persegi, di lorong kamar ada WC dan kamar mandi bersama. Ada juga dapur bersama. Para mahasiswa ini harus pandai-pandai mengatur giliran. Bagi mahasiswa baru dari luar negeri, di Studentenwerk ada mitra bicara khusus jika menghadapi masalah.
Foto: picture-alliance / Helga Lade Fotoagentur GmbH, Ger
WG Beberapa Generasi
Sarah, seorang mahasiswi menyewa tempat tinggal pada pensiunan Klara Fürst. Dealnya mudah. Ia mendapat satu kamar, tapi harus membantu pensiunan itu membereskan rumah dan halaman, pergi belanja atau mencucikan piring gelas. Sejak 1992, organisasi "Wohnen für Hilfe" (Tinggal untuk membantu) mempertemukan mahasiswa dan warga lansia. Tidak jarang dari tinggal bersama di WG terbina persahabatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Ruang Longgar sebagai Penjaga Gedung
Jika pabrik tua, rumah sakit atau sekolah kosong, pemiliknya khawatir kaca jendela akan dilempari hingga pecah. Karena itu sejak 2010 mahasiswa bisa melamar menjadi penjaga gedung. Mereka harus melaporkan kerusakan dan menjaga jangan sampai orang tidak dikenal masuk. Juga ada aturan ketat: Dilarang merokok, tidak boleh membawa hewan peliharaan dan dilarang menggelar pesta lebih dari 10 orang.
Foto: DW/L.Heller
Tempat Tinggal di Biara
Di Biara Fransiskan yang kosong di Ulm, sejak tahun 2012 tinggal 27 mahasiswa dari 8 negara. Bagi mahasiswa asing yang tidak mampu membayar sewa tempat tinggal, pihak gereja menyediakan 10 kamar gratis. Meski demikian masa kontrak sewa kamar terbatas, karena pihak Gereja masih belum memutuskan secara final, akan jadi apa bekas biara itu selanjutnya.
Foto: DW/V. Wüst
Tempat Tinggal ala Ikea
Beberapa sekrup dan obeng, cukup untuk membuat apartemen jadi? Grafik komputer ini menunjukkan visi tempat tinggal perusahaan Inter Ikea, anak perusahaan mebel Swedia Ikea. Sesuai contoh di London, akan dibangun pula asrama mahasiswa serupa di Jerman. Tapi ini semua masih proyek masa depan. Penulis: Suzanne Cords Redaksi: Dyan Kostermans/ Andy Budiman