Adidaya Dunia Cari Cara Berdiplomasi dengan Taliban
4 September 2021
Ketika Cina giat mendukung Taliban, Rusia dan Uni Eropa menunjukkan kehati-hatian. Presiden Putin bahkan menyaratkan penguasa baru Afganistan itu harus lebih dulu menunjukkan perilaku “beradab” sebelum bisa diakui.
Iklan
Hanya beberapa jam setelah Mayor Jendral Chris Donahue menaiki pesawat evakusi sebagai serdadu terakhir Amerika Serikat yang meninggalkan Kabul akhir pekan lalu, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengumumkan pihaknya "menginginkan hubungan baik dengan AS dan dunia,” kata dia.
Namun uluran tangan para Talib ditanggapi secara hati-hati. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Taliban harus terlebih dahulu berlaku layaknya bangsa "beradab,” sebelum diterima oleh dunia internasional.
"Secepatnya Taliban memasuki keluarga bangsa-bangsa beradab, katakan lah begitu, semakin mudah untuk menjaga kontak, komunikasi atau untuk dipengaruhi dan ditanyai,” kata dia dalam sebuah sesi di Forum Ekonomi Timur di Vladvostok, Jumat (3/9).
"Rusia tidak berkepentingan atas Afganistan yang terpecah belah. Jika ini terjadi, tidak seorang pun di sana bisa diajak berbicara,” imbuhnya.
Moskow sudah memberikan isyarat kesediaan berdialog dengan Taliban. Kementerian Luar Negeri mengaku duta besarnya di Afganistan telah menemui perwakilan Taliban beberapa hari setelah kejatuhan Kabul.
Eropa buka kantor perwakilan
Pada Jumat (3/9), Rusia mengumumkan telah menghubungi calon pejabat pemerintah di Afganistan, lapor kantor berita RIA, yang mengutip duta besar di Kabul. Dmitriy Zhirnov. Dia menegaskan pihaknya tidak berniat memasok otoritas baru Afganistan dengan senjata atau perlengkapan militer lain.
Iklan
Sementara itu, Uni Eropa sedang mempertimbangkan perwakilan tetap di Kabul untuk mengoordinasikan kerjasama dengan Taliban. Dalam sebuah keterangan pers, Wakil Presiden Komisi Eropa, Josep Borell, mengatakan, kantor bersama itu akan mewakili semua negara anggota.
"Kami memutuskan untuk mengkoordinasikan komunikasi dengan Taliban, antara lain melalui perwakilan bersama Uni Eropa di Kabul, jika situasi keamanan memenuhi syarat,” kata dia setelah bertemu menteri-menteri luar negeri UE, Jumat (3/9).
Sebelumnya Dewan Keamanan PBB telah memberikan syarat bagi dukungan atas kekuasaan Taliban. Ia antara lain berupa kewajiban memerangi terorisme, terutama mengakhiri hubungan dengan al-Qaeda, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan membentuk pemerintahan "inklusif” dengan "partisipasi perempuan yang setara dan menyeluruh.” Taliban juga didesak membuka pintu emigrasi bagi warga Afganistan.
Misi Evakuasi Kabul
Ribuan orang telah dievakuasi dari Afganistan sejak Taliban mengambil alih kendali pertengahan Agustus lalu. Tetapi masih banyak yang tertinggal dan menghadapi risiko pembalasan Taliban.
Foto: U.S. Air Force/Getty Images
Helikopter AS mengevakuasi personel kedutaan
Saat Taliban memasuki ibu kota, sebuah helikopter militer Chinook AS mengevakuasi warganya dari Kedutaan Besar AS di Kabul pada 15 Agustus 2021. Jerman juga mengirim dua helikopter yang lebih kecil ke Kabul untuk membantu upaya evakuasi.
Foto: Wakil Kohsar/AFP/Getty Images
Perjuangan untuk mencapai bandara internasiomal Kabul
Ribuan orang bergegas ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 16 Agustus dan hari-hari berikutnya, penuh dengan harapan bisa meninggalkan Afganistan. Adegan dramatis terlihat saat ribuan orang mencoba mengakses bandara.
Foto: Reuters
Putus asa untuk melarikan diri dari Taliban
Upaya untuk melarikan diri dari Afganistan menyebabkan ratusan orang berlari di samping pesawat yang lepas pandas. Adegan berbahaya itu menyebabkan beberapa kematian karena banyak yang terjatuh dari pesawat saat lepas landas, bahkan sisa bagian tubuh manusia juga ditemukan di roda pendaratan pesawat.
Foto: AP Photo/picture alliance
Taliban kembali memegang kendali setelah dua dekade
Setelah memerangi pasukan Afganistan dan internasional selama dua dekade, Taliban kembali menguasai Afganistan dan masuk ke Kabul
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Aman — untuk saat ini
Orang-orang memadati penerbangan yang akan membawa mereka keluar dari Afganistan. Orang-orang di pesawat angkut Angkatan Udara Jerman ini terbang ke Tashkent, Uzbekistan. Sebagian besar pesawat militer yang meninggalkan Kabul menuju ke Uzbekistan, Doha atau Islamabad di mana penumpang diproses dan melakukan perjalanan ke tujuan lain.
Foto: Marc Tessensohn/Bundeswehr/Reuters
Uluran bantuan
Pengungsi Afganistan di Pangkalan Udara AS Ramstein di Jerman sangat membutuhkan pasokan bantuan. Pangkalan Udara menyediakan penginapan sementara bagi ribuan pengungsi dari Afganistan sebagai bagian dari Operasi Sekutu Pengungsi.
Foto: Airman Edgar Grimaldo/AP/picture alliance
Kehidupan di bawah pemerintahan Taliban
Wanita Afganistan berpakaian burqa berbelanja di sebuah pasar di Kabul pada 23 Agustus, beberapa hari setelah Taliban mengambil alih negara itu. Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM mengeluarkan seruan mendesak bantuan dana sebesar 24 juta dollar AS untuk menopang lebih dari 5 juta orang yang terlantar di Afganistan dan hidup dalam kondisi "sangat genting".
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Lintasan aman
Seorang Marinir AS mengawal seorang anak ke keluarganya selama operasi evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 24 Agustus 2021. Presiden AS Joe Biden mengkonfirmasi bahwa Amerika Serikat akan menarik semua pasukan pada 31 Agustus.
Foto: Sgt. Samuel Ruiz/U.S. Marine Corps/Reuters
Ribuan orang tertinggal
Bahkan ketika ribuan orang terus berkumpul di bandara Kabul, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan warga Amerika agar tidak bepergian ke bandara. Serangan bom bunuh diri terjadi di luar area Bandara Internasional Hamid Karzai, menewaskan banyak orang. Penjabat Duta Besar AS untuk Afganistan mengatakan "tidak diragukan lagi akan ada" banyak orang berisiko tidak dapat meninggalkan negara itu.
Foto: REUTERS
Lelah dari pelarian yang mengerikan
Banyak dari mereka yang berhasil melarikan diri dari Afganistan melaporkan emosi yang campur aduk, mengatakan bahwa mereka merasa beruntung telah pergi dengan selamat tetapi masih putus asa atas nasib ribuan orang yang tidak dapat melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Keluarga ini dievakuasi dari Kabul dan menuju ke pusat pengungsian AS di Dulles, Virginia, 25 Agustus 2021. (kp/hp)
Foto: Anna Moneymaker/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Negara adidaya bermain mata
Ketika sikap adidaya lain dipenuhi keraguan, Cina sebaliknya memastikan akan tetap membuka kedutaan besarnya di Kabul dan bahkan menambah bantuan bagi Afganistan, "terutama untuk perawatan Covid-19,” menurut juru bicara Taliban, Suhail Shaheen.
Hal itu dijanjikan dalam sebuah "pembicaraan telepon, antara Wakil Menteri Luar Negeri Wu Jianghao,” dan Abdul Salam Hanafi, pejabat politik Taliban di Doha, Qatar, klaimnya via Twitter.
Ketika dikonfirmasikan, Kementerian Luar Negeri di Beijing membenarkan kedutaannya di Kabul "beroperasi secara normal,” dan berfungsi sebagai "kanal komunikasi antara kedua negara,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin.
Meski demikian, Cina menetapkan daftar tuntutan yang sama kepada Taliban. "Kami berharap Taliban bisa membangun struktur politik yang inklusif dan terbuka, menjalankan kebijakan yang moderat dan stabil di dalam dan luar negeri, serta memutus hubungan dengan semua kelompok teroris,” imbuh Wang.
Beijing sejauh ini belum memberikan pengakuan resmi terhadap Taliban. Namun analis meyakini, Cina akan banyak diuntungkan jika Taliban bersedia meredam potensi dukungan jaringan teror Afganistan terhadap pemberontakan kaum Islamis di Xinjiang.