Lebih pintar mana simpanse atau anak manusia berumur 4 tahun. Primate Research Institute di Kyoto University melakukan riset serta tes, hasilnya amat mengejutkan.
Iklan
Cerdas Mana, Simpanse atau Anak Manusia?
00:32
Riset menggunakan permainan anak-anak yang sangat popular, yakni gunting, batu dan kertas. Tujuan penelitian, apakah simpanse bisa mempelajari pola yang berubah-ubah dari permainan anak-anak tersebut. Aturan yang berlaku dalam permainan ini: batu mengalahkan gunting, batu kalah oleh kertas, sementara gunting mengalahkan kertas.
Cerdas Mana, Simpanse atau Anak Manusia?
00:32
This browser does not support the video element.
Penelitian terutama bertujuan membandingkan proses belajar antara simpanse dengan anak manusia. Tujuh ekor simpanse dites menggunakan citra computer yang dikendalikan. Kera besar ini dilatih untuk memilih "benda" yang lebih kuat dari dua opsi sesuai aturan permainan batu, gunting, kertas.
Simpanse mula-mula dilatih sesi batu-kertas, hingga mencapai kriteria belajar yang telah digariskan. Kemudian latihan sesi batu-gunting serta gunting-kertas, dan campuran antara tiga opsi permainan. Lima dari tujuh simpanse obyek penelitian menuntaskan pelatihan setelah 307 sesi, dan mengindikasikan primata ini mempelajari pola sirkular.
Bukti Kekejaman Manusia Pada Orangutan
Rumah mereka dibabat dan dibakar pebisnis kelapa sawit. Para induk dibunuh pemburu liar, sedangkan anak-anak orangutan diperdagangkan secara ilegal.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Kenalkan, Ini Dina…
Dina masih bayi saat diselamatkan petugas konservasi dari aksi perdagangan ilegal. Di Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera, banyak anak-anak orangutan tumbuh tanpa ibu, karena induk mereka dibunuh pemburu liar. Anak-anaknya diperjualbelikan.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Tumbuh tanpa ibu
Orangutan biasanya sering tinggal dengan induknya sampai mereka berusia enam atau tujuh tahun. Mereka benar-benar tergantung pada ibu mereka selama dua tahun pertama kehidupan mereka, dan disapih pada usia sekitar lima tahun. Di pusat konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Sumatera Utara, mereka dirawat.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Butuh waktu lama
Oleh karenanya, orangutan tanpa induk di pusat konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Kuta Mbelin, Sumatera Utara ini dididik untuk bisa bertahan hidup di hutan - sebuah proses yang memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Jauhi predator
Mereka juga belajar bagaimana membangun sarang di pohon-pohon dan menjauhi jangkauan predator. Pemburu liar umumnya beroperasi di ekosistem Leuser yang luasnya 2,5 juta hektar, yang menjadi habitat sekitar 6.700 orangutan, dan juga badak, gajah, harimau dan macan tutul.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Rumah mereka dibabat
Penebangan hutan di Singkil, Leuser, yang merupakan rumah bagi orangutan dan satwa liar lainnya. Pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit selama ini dianggap sebagai biang keladi kepunahan satwa langka termasuk orangutan, disamping menggilanya perburuan liar.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Operasi
Operasi dilakukan terhadap orangutan yang terluka di di konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Kuta Mbelin, Sumatera Utara.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Ditembaki senapan angin
Ini hasil rontgen seekor orangutan bernama Tengku yang diselamatkan dari perburuan liar. Di tubuhnya bersarang 60 peluru senapan angin.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Pakai kutek
Staf SOCP membubuhi kutek di kuku seekor orangutan yang baru selesai dioperasi dan masih kesakitan, agar orangutan tersebut dapat teralihkan pikirannya dari rasa sakit yang diderita pasca operasi.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Dilepas kembali ke alam liar
Setelah melewati masa perawatan di SOCP, adaptasi di lokasi konservasi, dan dianggap siap, mereka mulai dilepaskan kembali ke hutan dan dipantau. Perpisahan antara petugas yang merawat mereka dengan kasih sayang tentu bukan perkara mudah.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Terancam kehidupannya
Orangutan Sumatera maupun Kalimantan, saat ini berada dalam status konservasi sangat terancam. Berdasarkan status yang dilabelkan Lembaga Konservasi Satwa Internasional IUCN, orangutan Kalimantan dikategorikan spesies genting (endangered), sementara orangutan Sumatera dianggap lebih terancam lagi nasibnya karena masuk kategori kritis (critically endangered). Penulis: Ayu Purwaningsih (vlz)
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
10 foto1 | 10
Hasil studi Primate Research Institute, Kyoto University yang dipublikasikan baru-baru ini menunjukkan, simpanse memerlukan lebih banyak sesi pelatihan gunting-kertas, ketimbang sesi batu-kertas dan batu-gunting. Ini mengindikasikan primata tersebut mengalami kesulitan menuntaskan logikan sirkular permainan.
Para peneliti kemudian memberikan stimulus, berupa hadiah makanan dalam tes secara umum. Hasilnya mengejutkan, kera besar ini ternyata belajar lebih cepat jika diberi hadiah.
Anak-anak lebih unggul
Prosedur pelatihan serupa juga dilakukan terhadap anak-anak manusia, dengan sesi latihan untuk tiga pasangan permainan itu. Akurasi pilihan anak-anak meningkat secara signifikan sesuai pertambahan umur. Perkembangan kecerdasan pada anak-anak, untuk memecahkan masalah perubahan pola gambar berkembang pesat setelah berumur 4 tahun.
Hasil riset menunjukkan, simpanse memang bisa mempelajari permainan tersebut, tapi mengalami kesulitan dengan pola sirkuler. Dalam adu kecerdasan permainan, terlihat bahwa simpanse memiliki tingkat kecerdasan setara dengan anak-anak berusia 4 tahun, dan berhenti di situ. Sebaliknya, anak-anak berusia 4 tahun terus mengembangkan kecerdasan seiring bertambahnya umur.
Anak-anak juga mampu mempelajari permainan atau tugas lebih cepat dan mudah. Anak manusia terus mengembangkan kemampuan yang relevan sesuai umur mereka, dan mampu mengerjakan tugas-tugas yang jauh lebih rumit lagi.
Beragam Wajah King Kong
Setiap dekade penggemar film perlu monster baru. Tapi ada sosok monster yang terus mengalami remake, yakni King Kong. Walau tidak semua film tentang monyet raksasa ini sukses di pasar.
Foto: picture alliance/AP Photo/Warner Bros.
King Kong Pertama
Sosok King Kong muncul perdana 1933. Film debut monyet raksasa ini juga heboh, karena dipromosikan gunakan efek spesial terbaru. Aktris Fay Wray juga merasakan efek ini, karena hidraulik tangan raksasa macet dan menjepitnya. Film King Kong perdana catat sukses besar "box office" dan dari situ lahir bisnis waralabanya.
Foto: picture alliance/dpa/F.Wray
King Kong di Jepang
Setelah sukses di Hollywood, King Kong muncul di film buatan Jepang. Dalam film "King Kong vs. Godzilla" (1962), monyet raksasa ini berkelahi lawan monster Jepang di puncak gunung Fuji. Pemunculan King Kong ikut mendongkrak kesuksesan Godzilla meraih box office dan dalam bisnis waralaba.
Foto: picture-alliance/United Archives/TopFoto
King Kong Jadi Eksentrik
Perkembangan film di tahun 60-an menyebabkan figur King Kong dan film monster lainnya jadi lebih eksentrik dan kurang unik. Contoh yang mewakili tren itu adalah film karya sutradara Jepang Ishiro Honda's "King Kong Escapes." (1967)
Foto: picture alliance/United Archiv
King Kong Kembali ke Hollywood
King Kong kembali lagi ke Hollywood tahun 1976. Film remake yang diberi titel King Kong ini menampilkan sosok monyet raksasa yang lebih konvensional. Film yang berkisah penculikan seorang gadis kulit putih ini, meroketkan nama aktris pemeran utamanya Jessica Lange jadi bintang dunia.
Foto: picture-alliance/United Archives/Impress
King Kong Gagal
Tidak semua film King Kong mencatat rekor box office. Ada juga yang gagal, seperti misalnya sekuel dari film sebelumnya, yang berjudul "King Kong Lives" (1986) karya sutradara John Guillermin yang gagal raih sukses bisnis. Dalam film juga ditampilkan King Kong betina "Lady Kong".
Foto: picture alliance/United Archiv
King Kong Era Komputer
Hollywood tidak kapok dan kembali membuat remake tentang monyet rakasasa ini. Era komputer dimanfaatkan untuk membuat efek animasi dalam film King Kong (2005) karya sutradara Peter Jackson dari Selandia Baru. Didukung pemasaran cerdas, film King Kong kembali catat sukses di pasaran.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/UIP
King Kong Dengan Wajah Baru
King Kong kembali hadir 2017 dalam film berjufdul "Kong: Skull Island." Resep barunya adalah plot laga dibalut efek khusus termodern. Walau sudah berusia 84 tahun, King Kong tidak pernah tua dan uzur dan tetap jadi potensi box office sertapesona blockbuster. Penulis:Jochen Kürten (as/yf)