Afghanistan Bebaskan 80 dari 400 Tahanan Terakhir Taliban
14 Agustus 2020
Afghanistan mulai membebaskan 400 tahanan Taliban secara bertahap pada Jumat (14/08). Pembebasan ini merupakan bagian dari kesepakatan damai antara Amerika Serikat dan Taliban pada Februari lalu di Qatar.
Iklan
Pemerintah Afghanistan mulai membebaskan tahanan terakhir Taliban yang berjumlah 400 orang. Seorang juru bicara dewan keamanan mengatakan pembebasan itu dilakukan untuk memulai putaran lanjutan perundingan damai.
"Pemerintah ... kemarin membebaskan 80 narapidana Taliban dari 400, dari sanksi Konsultatif Loya Jirga, untuk mempercepat upaya perundingan langsung dan abadi terkait gencatan senjata nasional, "kata Javid Faisal, juru bicara Dewan Keamanan Nasional.
Faisal tidak menyebutkan kapan 320 tahanan yang tersisa akan dibebaskan.
Ketidaksepakatan atas pembebasan para narapidana, termasuk beberapa dari mereka yang dituduh terkait dengan beberapa serangan paling berdarah, membuat negosiasi tertunda selama berbulan-bulan sehingga Amerika Serikat menarik pasukan atas dasar kesepakatan yang ditandatangani dengan Taliban pada Februari lalu.
Presiden Ashraf Ghani pada hari Senin (10/08) mengeluarkan dekrit untuk membebaskan kelompok terakhir narapidana. Namun Taliban tidak lantas merespon hal tersebut.
Sebelumnya, Taliban mengatakan akan melakukan perundingan perdamaian dengan pemerintah yang didukung AS di Qatar, dalam waktu seminggu setelah para tahanan dibebaskan.
Enam belas tahun setelah invasi AS, Afghanistan kembali tenggelam dalam jerat terorisme kelompok Islam. Serangkaian serangan teror baru-baru ini semakin memperkuat pengaruh Taliban dan ISIS.
Foto: picture alliance/Photoshot
Stabilitas Yang Rapuh
Rangkaian serangan teror di Afghanistan selama beberapa bulan terakhir menempatkan negeri tersebut dalam posisi pelik dan menggarisbawahi kegagalan pemerintah memperbaiki kondisi keamanan pasca penarikan mundur pasukan perdamaian internasional.
Foto: Reuters/M. Ismail
Kampanye Tanpa Hasil
Serangan tersebut juga menjadi catatan muram kampanye militer Amerika Serikat selama 16 tahun di Afghanistan. Meski serangan udara terhadap Taliban meningkat tiga kali lipat selama 2017, kelompok teror tersebut mampu menggandakan kekuasaannya dan kini aktif di 70% wilayah Afghanistan. Islamic State yang terusir dari Suriah mulai giat menebar teror di negeri tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Hossaini
Darah di Musim Semi
Pekan lalu Taliban mendeklarasikan dimulainya serangan musim semi yang sekaligus menampik tawaran perdamaian dari Presiden Ashraf Ghani. Kaum militan itu beralasan meningkatnya intensitas kampanye bersenjata adalah reaksi terhadap strategi militer AS yang lebih agresif. Pentagon ingin mendesak Taliban agar menerima perundingan damai dengan meningkatkan serangan udara.
Foto: Reuters
Janji Donald Trump
Tahun lalu Presiden AS Donald Trump mengumumkan strategi baru dengan menambah jumlah pasukan untuk melatih militer Afghanistan. Saat ini sekitar 11.000 pasukan AS bertugas sebagai pelatih atau konsultan keamanan. Trump juga berjanji akan membantu Afghanistan memerangi Taliban dan mempertahankan keberadaan pasukan AS selama dibutuhkan.
Foto: Getty Images/AFP/B. Smialowski
Damai yang "Konspiratif"
Meski mendapat tawaran perundingan damai "tak bersyarat" dari Presiden Ghani Februari silam, Taliban tetap bergeming dan malah menyebut upaya perdamaian sebagai "konspirasi." Pengamat meyakini kelompok teror tersebut tidak akan bersedia mengikuti perundingan damai selama mereka masih lemah. Wilayah kekuasaan Taliban saat ini jauh lebih besar ketimbang sebelum berkecamuknya perang 2001 silam.
Foto: Getty Images/AFP/N. Shirzad
Sikap Ambigu Pakistan
Pakistan mendapat tekanan dari Kabul dan Washington agar tidak lagi melindungi militan dari Afghanistan. Islamabad sejauh ini menepis tudingan tersebut dan mengklaim pengaruhnya di wilayah perbatasan telah banyak berkurang. Situasi tersebut menambah ketegangan antara Pakistan dan Afghanistan.
Foto: DW/H. Hamraz
Nasib Bangsa di Tangan Penguasa Daerah
Selain Taliban, penguasa daerah alias warlords memiliki pengaruh besar di Afghanistan. Tahun lalu, pemimpin Hizb-i-Islami Gulbuddin Hekmatyar kembali ke arena politik di Kabul setelah masa pengasingan selama 20 tahun. Kembalinya Hekmatyar adalah berkat perjanjian damai dengan pemerintah Afghanistan yang ditandatangani pada September 2016. Langkahnya diharapkan dicontoh oleh warlords lain.
Foto: Reuters/O.Sobhani
Sikap Galau Asraf Ghani
Di tengah konflik kekuasaan tersebut, popularitas Presiden Ghani terus menyusut di mata penduduk. Maraknya korupsi dan cekcok tanpa henti di tubuh pemerintah mempersulit upaya Afghanistan menanggulangi terorisme. Terkait serangan Taliban, Ghani mengatakan kelompok teror tersebut "sudah melampaui batas," meski tetap membuka pintu perundingan damai.