1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan: Kekacauan yang Ingin Dibenahi Setiap Orang

21 Juli 2010

Selasa (20/07) digelar Konferensi internasional Afghanistan di Kabul. Menteri luar negeri dan delegasi tingkat tinggi 70 negara hadir, terutama guna menetapkan tanggal pasti diakhirinya misi pasukan internasional di sana

Presiden Afghanistan Karsai (tengah) diapit a.l. Sekjen Ban Ki-Moon, Menlu Jerman Westerwelle, Menlu AS ClintonFoto: picture-alliance/dpa

Konferensi Afghanistan yang pertama kalinya digelar di ibukota Afghanistan tersebut, menjadi sorotan media cetak Eropa. Harian Inggris The Guardian menulis

"Konferensi di Kabul yang diiringi pertemuan menteri luar negeri utama, semakin memperjelas kekhawatiran internasional mengenai masa depan Afghanistan. Para peserta menyetujui tahun 2014 sebagai tanda waktu bagi warga Afghanistan untuk memikul tanggung jawab keamanannya sendiri. Afghanistan adalah kekacauan yang setiap orang ingin membenahinya. Tapi masalahnya adalah bagaimana hal itu terjadi. Keseimbangan antara upaya militer dan politik harus diubah secara mendasar. Setelah konflik yang terjadi selama 30 tahun, mayoritas warga Afghanistan tidak lagi memiliki pengalaman perdamaian. Jika situasi ini tidak berubah, Afghanistan akan menjadi negara yang gagal, lumpur kekerasan dan ancaman bagi keamanan dunia."

Sementara harian Italia La Stampa berkomentar

"Usulan-usulan Presiden Hamid Karzai dan masyarakat internasional masih dibayangi ketidakpastian situasi keamanan, yang tetap tidak menyenangkan. Ini ditunjukkan tingginya jumlah tentara NATO yang tewas bulan Juni lalu. Dan dibuktikan sendiri pada hari berlangsungnya konferensi, ketika bandara Kabul dihujani roket Taliban, yang menyebabkan tertundanya kedatangan Sekretaris Jenderal PBB. Gerilya membaca pemberitaan dari konferensi di Kabul tentang adanya transisi pengawasan kepada pasukan Afghanistan, sebagai melemahnya dukungan NATO terhadap Karzai. Dan orang nomor dua Al-Qaida, ibaratnya dapat mengumumkan pada hari konferensi, mereka kini hampir di ambang kemenangan."

Harian Perancis Liberation mengomentari keruhnya situasi di Afghanistan

"Selama berlangsungnya perang 10 tahun, warga Afghanistan sudah mengalahkan Amerika Serikat dan koalisi yang dibentuknya. Obama setelah keputusan awal pemerintahnya mengirim ribuan tentara tambahan ke lembah-lembah dan padang pasir, tanah tanpa negara itu. Washington dan Barat mengucurkan milyaran dollar untuk membentuk suatu bangsa. Sia-sia! Warga Afghanistan tetap miskin seperti sebelumnya, sementara pimpinannya yang korup merampas dana bantuan pembangunan tersebut. Barat kini hanya memiliki pilihan antara penarikan diri secara teratur dan penghinaan kemunduran secara terpaksa.“

Dyan Kostermans/AFP/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk