Afrika Selatan Akan Produksi Vaksin BioNTech-Pfizer
22 Juli 2021
Institut Biovac dan Pfizer sepakat mempersiapkan dan mengirimkan dosis vaksin untuk benua Afrika. Keputusan itu terjadi di tengah peningkatan kasus di Afrika, di mana hanya 2% dari populasi yang telah divaksin.
Iklan
Sebuah perusahaan di Afrika Selatan akan mulai memproduksi vaksin BioNTech-Pfizer. Langkah itu dilakukan di tengah meningkatnya kritik atas ketidaksetaraan dosis vaksin di seluruh dunia, yang membuat negara miskin dan berkembang tertinggal dari negara kaya dalam upaya mengimunisasi populasi.
Institut Biovac yang berbasis di Cape Town akan memproduksi vaksin untuk didistribusikan ke seluruh benua Afrika, sebagai upaya memenuhi kebutuhan Afrika akan dosis vaksin yang lebih banyak saat infeksi corona meningkat.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Biovac akan menyelesaikan langkah terakhir dalam proses manufaktur. Melalui proses tersebut, Biovac akan menerima bahan vaksin dari Eropa dan akan mencampurnya, memasukkannya ke dalam vial, dan mengemasnya untuk kemudian didistribusikan.
Proyek ini akan membutuhkan waktu sedikit lebih lama, karena vaksin Pfizer pertama yang dibuat di Afrika tidak akan terwujud sebelum tahun 2022. Biovac menargetkan untuk memproduksi lebih dari 100 juta dosis per tahun, yang akan didistribusikan ke 54 negara di Afrika.
Inilah Efek Samping Vaksin Corona
Reaksi tubuh jika divaksin menandakan kita membangun kekebalan terhadap bibit penyakitnya. Tapi kadang ada efek samping serius yang kasusnya individual. Kenali apa saja efek samping vaksin corona.
Foto: Robin Utrecht/picture alliance
Vaksin Biontech-Pfizer
Pada fase uji klinis, unsur aktif BNT162b2 dari perusahaan BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS tidak menunjukkan efek samping serius. Tapi setelah mendapat izin, vaksin mRNA ini tunjukkan reaksi alergi berat pada beberapa orang, bahkan tiga mengalami gejala syok anaphylaktis. Ketiga orang itu tidak punya riwayat alergi. Karenanya pengidap alergi disarankan konsultasi sebelum divaksin.
Foto: Jack Guez/Getty Images/AFP
Vaksin Moderna
Vaksin mRNA-1273 dari perusahaan Moderna AS, pada prinsipnya sangat mirip dengan vaksin BioNTech/Pfizer. Setelah dilakukan vaksinasi, muncul laporan efek samping berupa reaksi alergis. Dan pada kasus sangat kecil, kelumpuhan sementara saraf wajah. Efek samping diduga dipicu partikel lipid nano yang menjadi transporter unsur aktifnya, yang diuraikan oleh tubuh.
Foto: Jospeh Prezioso/AFP/Getty Images
Vaksin AstraZeneca - Universitas Oxford
Inggris memberikan izin darurat penggunaan vaksin AstraZeneca yang unsur aktifnya disebut AZD 1222. Berbeda dengan dua vaksin yang pertama mendapat izin, vaksin buatan perusahaan Inggris/Swedia ini adalah vaksin vektor yang dikembangkan dari virus flu simpanse yang dilemahkan. Sejauh ini belum ada efek samping vaksin yang dilaporkan, selain reaksi normal yang khas.
Foto: Gareth Fuller/AP Photo/picture alliance
Vaksin Sputnik V
Rusia sudah izinkan vaksin Sputnik V buatan pusat riset Gamaleja di Moskow, Agustus 2020. Padahal uji klinis fase 3 dengan sampel luas belum dilakukan. Vaksin menggunakan dua unsur aktif adenovirus berbeda yang dimodifikasi. Walau kontroversial, ratusan ribu orang di Rusia, Belarus, India, Brasil, UAE dan Argentina telah divaksin Sputnik V. Tidak ada laporan resmi mengenai efek samping.
Foto: Maria Eugenia Cerutti/AFP
Vaksin Sinovac Biotech
Cina izin darurat penggunaan vaksin Sinovac sejak Juli 2020. Unsur aktif vaksin yang diberi nama CoronaVac adalah virus inaktif. Uji klinis fase 3 secara massal telah dilakukan di Indonesia, Turki dan India. Laporan resmi efek samping yang dirilis perusahaan di Beijing itu sebutkan kurang dari 5% keluhkan reaksi yang umum. Indonesia sejauh ini telah menerima 3 juta dosis vaksin Sinovac. (as/vlz)
Foto: Presidential Palace/REUTERS
5 foto1 | 5
Langkah penting membuka akses vaksin
"Keputusan ini adalah langkah penting dalam memperkuat akses berkelanjutan vaksin dalam memerangi pandemi tragis di seluruh dunia ini," kata CEO Biovac Morena Makhoana.
"Transfer teknis, pengembangan di lokasi, dan kegiatan pemasangan peralatan akan segera dimulai," tambah pernyataan itu.
Afrika Selatan telah membeli 40 juta dosis vaksin Pfizer. Sementara itu, vaksin Johnson & Johnson sudah diproduksi di negeri itu.
Pabrik Aspen Pharmacare di bekas Port Elizabeth atau dikenal sebagai Gqebera, membuat vaksin J&J dalam proses "isi dan selesaikan" yang sama dan memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 200 juta dosis setiap tahun.
Afrika Selatan menargetkan sekitar 67% populasinya dapat divaksinasi pada Februari 2022. Namun, Pusat Penyakit Afrika Pengendalian dan Pencegahan mengungkap tingkat vaksinasi rendah di seluruh benua, hanya kurang 2% dari populasi 1,3 miliar telah menerima suntikan pertama.