Afsel Desak ICJ Intervensi Operasi Militer Israel di Rafah
14 Februari 2024
Afrika Selatan mendesak Mahakamah Internasional (ICJ) melakukan intervensi atas rencana operasi militer Israel di Rafah demi melindungi hak-hak jutaan warga Palestina di sana. Jerman ikut suarakan keprihatinan.
Iklan
Pemerintah Afrika Selatan mengaku telah mengajukan permintaan mendesak kepada Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militer Israel di Rafah.
Mereka memohon agar pengadilan tinggi tersebut mempertimbangkan untuk menggunakan wewenangnya terkait keputusan Israel memperluas operasi militer ke Rafah demi mencegah pelanggaran hak-hak warga Palestina di Gaza.
Kantor kepresidenan Afrika Selatan dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa "mereka sangat prihatin akan serangan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rafah, sebagaimana diumumkan oleh Negara Israel, yang telah menyebabkan dan akan mengakibatkan pembunuhan, kerusakan dan kehancuran dalam skala besar.”
"Ini merupakan pelanggaran serius yang tidak dapat diperbaiki terhadap Konvensi Genosida dan Perintah Pengadilan tanggal 26 Januari 2024," lanjut pernyataan itu.
Sebelumnya pada bulan lalu, dalam gugatan yang diajukan oleh Afrika Selatan, ICJ telah memerintahkan Israel untuk mengambil semua tindakan sesuai kewenangannya guna mencegah pasukannya melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
Iklan
Jerman suarakan keprihatinan
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada Selasa (13/02) juga menyatakan keprihatinannya atas rencana Israel untuk melancarkan serangan besar-besaran di kota Rafah di Gaza Selatan.
"Saya sangat prihatin dengan pengumuman pemerintah Israel mengenai operasi militer darat besar-besaran di Rafah,” kata Baerbock dalam sebuah konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Palestina Riad al-Malki di ibu kota Jerman, Selasa (13/02).
"Tentu saja, sangat jelas bahwa di Rafah juga terdapat jaringan organisasi teroris Hamas yang sangat besar,” lanjutnya seraya menambahkan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri dari aksi terorisme.
Baerbock kemudian melanjutkan pernyataannya dengan mengatakan bahwa Israel memiliki kewajiban untuk menjamin "koridor yang aman” bagi warga sipil di Rafah.
"Jika tindakan terhadap organisasi teror di Rafah harus diambil sekarang, maka sudah menjadi tanggung jawab tentara Israel pula untuk menyediakan koridor yang aman bagi orang-orang yang mencari perlindungan di sana,” tambah Baerbock.
Harapan Anak-anak di Kamp Rafah untuk Tahun 2024
01:39
Baerbock dijadwalkan akan kembali melakukan kunjungan selama dua hari ke Israel pada Rabu (14/02) untuk melanjutkan pembicaraan politik.
Berlin mendukung pembentukan negara Palestina di masa depan sebagai bagian dari solusi dua negara yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
8 foto1 | 8
Menurut Presiden AS Joe Biden, operasi militer di Rafah "tidak boleh dilanjutkan tanpa rencana yang kredibel” yang mampu menjamin keselamatan orang-orang yang berlindung di sana.
Hal itu ia sampaikan saat menerima kunjungan Raja Yordania Abdullah II pada Senin (12/02).
"Banyak orang di sana yang menjadi pengungsi, mereka berkali-kali mengungsi, melarikan diri dari kekerasan di utara, dan sekarang mereka berkumpul di Rafah, terpapar dan rentan. Mereka perlu dilindungi,” kata Biden.