Afsel Masih Harus Berjuang Melawan Rasialisme
8 April 2010Mantan presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela pernah berujar: „Saya berjuang melawan dominasi kulit putih. Dan saya pun telah berjuang melawan dominasi kulit hitam. Saya bermimpi akan terbentuknya sebuah masyarakat yang demokratis dan bebas, di mana semuanya hidup bersama secara harmonis.“
Nelson Mandela memiliki sebuah visi. Setelah 27 tahun meringkuk di penjara dan puluhan tahun hidup tertindas, ia ingin mengakhiri perbedaan ras secara menyeluruh , juga di dalam pemikiran manusianya. Namun visi itu sampai hari ini belum benar-benar terwujud sepenuhnya. Seperti yang dikatakan oleh Direktur Institut untuk Keadilan dan Rekonsiliasi Afrika Selatan Fanie du Toit, di Capetown : „Tadinya kami mengira bahwa dampak dari proses rekonsiliasi antar ras yang pada saat ini berjalan dengan lancar, dapat dengan cepat mengalahkan Apartheid. Tapi sekarang, kita dapat melihat bahwa kita masih harus berjuang beberapa dasawarsa lagi.“
Rasa Percaya Masih Rendah
Institut yang dipimpin oleh Fanie du Toit tahun lalu telah mempublikasikan hasil survey yang menyatakan bahwa empat dari sepuluh orang di Afrika Selatan tidak mempercayai mereka yang berbeda warna kulitnya. Hampir setengah dari rakyat Afrika Selatan hampir tidak pernah berhubungan langsung dengan mereka yang berbeda warna kulitnya. Masih banyak orang yang hidup dikungkungan pemikiran Apartheid. Masih ada wilayah kota warga kulit putih dan wilayah kota untuk warga kulit hitam. Perbedaan sosial dan ekonomi di antara keduanya pun semakin memburuk. Warga kulit putih Afrika Selatan berpendapatan tujuh kali lebih banyak daripada warga kulit hitam.
Kemiskinan dan Ketidakmerataan Memicu Konflik
Kemiskinan dan ketidakmerataan memicu banyak konflik. Beberapa politisi bahkan memanfaatkan situasi ini, seperti Julius Malema, ketua organisasi pemuda partai pemerintahan ANC, yang berulangkali memprovokasi warga Afrika Selatan dengan menyanyikan secara terbuka lagu lama yang menyerukan pembunuhan terhadap para pendatang kulit putih. Moeletsi Mbeki, saudara laki-laki mantan Presiden Afrika Selatan, memandang hal ini hanya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah-masalah yang lebih penting. Ia memimpin sebuah institut untuk masalah-masalah Internasional. Katanya: „Partai ANC tidak dapat memenuhi janji-janji mereka untuk perekonomian di Afrika Selatan yang telah digaungkan 16 tahun lamanya. Karenanya, ANC mencari kambing hitam atas ketidakmampuannya. Dan salah satu yang disalahkan adalah warga kulit putih, yang dituduh sebagai penyebab kegagalan politik ekonomi.“
Beberapa warga Afrika Selatan sendiri melihat adanya indikasi bahwa jarak antara warga kulit hitan dan putih sudah mulai menghilang. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Museum Apartheid Christopher Till, di Johannesburg: „Di sekolah-sekolah sudah dapat diamati bahwa integrasi telah berjalan dengan baik. Kami menyambut gembira kedatangan rombongan anak-anak sekolah ke museum ini, yang datang sebagai teman yang memiliki hak yang sama. Mereka berintegrasi secara utuh. Yang mungkin masih hidup di dunia lama adalah para orangtua mereka.“
Lambat laun Afrika Selatan telah membuka diri. Politisi mengambil langkah-langkah tegas, supaya kaum ekstrimis tidak membuat ulah kembali. Beberapa jam setelah pembunuhan Terre'Blanche Presiden Zuma menyerukan kepada rakyatnya untuk menjaga ketenangan dan tidak menjadikan peristiwa tersebut sebagai alasan menyulut kebencian ras. Julius Malema dari Partai ANC diberi peringatan keras oleh partainya, untuk tidak lagi menyanyikan lagu bertemakan rasial. Tetapi semua itu hanyalah langkah-langkah kecil dari sebuah perjalanan panjang menuju Afrika Selatan dengan warna-warni harmonis.
Adrian Kriech/Ayu Purwaningsih
Editor: Asril Ridwan