Lewat organisasi Pekka, Nani Zulminarni menginisiasi pemberdayaan perempuan kepala keluarga miskin. Gerakannya menyentuh lebih dari 31 ribu orang yang tersebar di 34 provinsi.
Iklan
Pantang bagi Nani Zulminarni terbelenggu masa lalu. Karenanya ibu tiga anak ini memilih tegar saat bercerai dari suaminya pada 2000. Padahal Nani, yang ketika itu aktif di Komisi Nasional untuk Perempuan, tengah menghadapi tugas berat di lapangan. Ia bolak-balik Jakarta-Aceh untuk mendokumentasikan kehidupan janda pascakonflik di Kota Serambi Mekah.
Di Aceh, ia mendapati banyak perempuan menderita dan trauma karena suaminya terlibat atau dicurigai terlibat Gerakan Aceh Merdeka. Di saat yang sama, Nani sedang pening memikirkan cara mengurus anak pascaperceraian. "Kendati sedang terpuruk, saya merasa harus bersyukur karena yang dihadapi ibu-ibu di sini lebih berat,” ujar perempuan 56 tahun ini, beberapa waktu lalu.
Merasa senasib, Nani tergerak untuk merangkul para perempuan di sana. Dari yang semula hanya memotret dan mendata di Aceh, pada 2001, Nani melobi Komnas Perempuan untuk menginisiasi program pemberdayaan perempuan di sana. Nani mengaku tak tega melihat kemiskinan begitu kasat mata di banyak daerah di Aceh. Apalagi para janda itu bingung harus berbuat apa sebagai kepala keluarga.
Menurut ibu tiga anak itu, banyak keluarga janda kian miskin lantaran sebelumnya terbiasa bergantung secara ekonomi pada suami. "Saya ingin tak sekadar merekam, tapi juga mendidik, menyadarkan, sekaligus membangun kekuatan mereka,” kata dia. Beruntung, Nani kemudian mendapat bantuan dana dari Jepang lewat program Widow's Project.
Dana dari program tersebut menjadi basis Nani mendirikan organisasi nirlaba Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka). Lewat Pekka, Nani menggembleng janda untuk mandiri dan bisa menghidupi keluarga mereka. Ia ingin janda dilihat dari status, peran, dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, bukan hanya perempuan yang nelangsa karena ditinggal suami.
Kebangkitan Pemimpin Perempuan di Indonesia
Meski hanya memenangkan 15 dari 111 daerah pemilihan, kemunculan pemimpin perempuan di sejumlah daerah menjadi salah satu catatan manis Pilkada 2018. Inilah sejumlah figur yang patut Anda kenal.
Foto: Detik.com
Khofifah Indar Parawansa
Meski awalnya tidak mendapat dukungan besar, Khofifah merebut hati penduduk Jawa Timur dan mengalahkan Saifullah Yusuf yang lebih diunggulkan. Sosokyang juga mantan anak didik bekas Presiden Abdurrahman Wahid ini sejak awal berkecimpung di Nahdlatul Ulama. Ia menjabat ketua umum Muslimat NU selama empat periode berturut-turut. Tidak heran jika Alm. Gus Dur pernah menyebutnya "srikandi NU".
Foto: Detik.com
Tri Rismaharini
Sebanyak 86,34% suara dikumpulkan Risma saat memenangkan masa jabatan kedua dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015 silam. Kinerjanya yang apik dan faktor kesederhanaan membuat walikota perempuan pertama Surabaya ini berulangkali masuk dalam nominasi walikota terbaik di dunia, termasuk memenangkan Lee Kuan Yew World City Prize 2018.
Foto: Detik.com
Haryanti Sutrisno
Didaulat sebagai salah satu bupati terkaya di Indonesia saat ini, Haryanti akan melakoni masa jabatan kedua di Kabupaten Kediri menyusul hasil Pilkada 2018. Namun kemenangannya itu juga turut memperpanjang kekuasaan dinasti Sutrisno di Kediri selama hampir 20 tahun. Suaminya itu juga menjabat sebagai bupati untuk periode 2000-2010.
Foto: Detik.com
Chusnunia Chalim
Dengan usia yang baru menginjak 36 tahun, Chusnunia Chalim atau lebih sering dipanggil Nunik sudah mengantongi riwayat karir yang cemerlang. Ia tidak hanya pernah menjabat sebagai bupati Lampung Timur, tetapi juga memenangkan Pilkada Lampung 2018 sebagai wakil gubernur. Politisi muda Partai Kebangkitan Bangsa ini juga pernah duduk di Dewan Perwakilan Rakyat antara 2009-2014.
Foto: Detik.com
Anna Muawanah
Sejak 2004 Anna Muawanah yang merupakan kader PKB sudah malang melintang sebagai anggota legislatif sebelum memenangkan Pemilihan Bupati Bojonegoro dengan perolehan suara 35,2% pada Pilkada 2018 silam. Dalam kehidupan sehari-hari Anna bekerja sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang industri logam dan peternakan.
Foto: Detik.com
Mundjidah Wahab
Mundjidah Wahab boleh jadi salah satu pemimpin perempuan paling berpengalaman di Indonesia saat ini. Sejak tahun 1971 ia sudah aktif di DPRD Jombang dan di Jawa Timur, sebelum menjabat wakil bupati Jombang sejak 2013 silam. Dalam Pilkada kemarin Mundjidah yang juga sempat menjadi pengurus MUI memenangkan kursi bupati Jombang untuk lima tahun ke depan.
Foto: Detik.com
Puput Tantriana Sari
Kemenangan Puput Tantriana dalam Pilbup Probolinggo 2018 membetoni kekuasaan keluarganya yang sudah memerintah kawasan tersebut sejak dipegang suaminya, Hasan Aminuddin antara 2003-2013. Dengan usianya yang baru 35 tahun, Puput saat ini tercatat sebagai salah satu bupati perempuan termuda di Indonesia.
Foto: Detik.com
Faida
Sebagai Bupati perempuan pertama di Jember, karir Faida banyak mendapat sorotan selama Pilkada 2018. Pasalnya sebelum terjun ke dunia politik, dia lebih banyak bergelut dengan profesinya sendiri sebagai seorang dokter. Sepanjang karirnya Faida lebih banyak mengurusi rumah sakit al-Huda, Banyuwangi, yang dibangun oleh ayahnya sendiri. (rzn/hp: detik, kompas, tirto, tribunnews)
Foto: Detik.com
8 foto1 | 8
Namun perempuan kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat, itu menyadari itikadnya tak mudah. Sebab para janda mesti bertarung melawan stigma negatif di masyarakat. "Mereka juga cenderung menyalahkan diri sendiri atas keadaannya,” ujar Nani yang lulusan Institut Pertanian Bogor.
Itulah mengapa Nani memilih bidang ekonomi sebagai pintu masuk pemberdayaan mereka. Ia menginternalisasi nilai kesetaraan gender yang didapat sejak menjadi aktivis perempuan pada 1998. Di saat yang sama, dia juga belajar dari ketangguhan para janda membesarkan anak tanpa dampingan suami. "Cara para janda survived dalam kondisi sulit menjadi energi saya dalam mengembangkan Pekka,” kata perempuan kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat ini. "Dari merekalah saya merumuskan framework, strategi, dan fokus kerja organisasi ini.”
Nani menuturkan, Pekka memulai kegiatannya dengan membentuk kelompok kecil di empat daerah. Yakni Aceh, Maluku Utara, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Pertimbangannya, angka praktik poligami dan kawin-cerai di sana tinggi dan menyebabkan banyak perempuan menjadi janda. Di sanalah Nani mulai mengajak perempuan untuk aktif dalam koperasi simpan-pinjam sebagai modal untuk bekal memulai usaha.
Namun upaya itu tak mudah. Salah seorang kader Pekka di Desa Sukatani, Cianjur, Jawa Barat, Tintin Supriatin mengatakan, kebanyakan janda tak punya uang untuk menabung ke koperasi. "Rp 1000 pun tak ada,” ujarnya. Walhasil, ketika itu 2002, para anggota Pekka menyetor apa pun yang mereka punya. Entah sisa beras di rumah, buah, atau pun sayur. "Bahan-bahan itu kami hargai dengan uang yang kemudian jadi tabungan para janda di koperasi.” Pembagian sisa hasil usaha (SHU)-nya, anggota mendapat 50 persen, 20 persen untuk dana cadangan, 20 persen pengurus, 5 persen kebutuhan kelompok, dan sisanya untuk dana sosial.
Inilah Srikandi Pembawa Harum Nama Indonesia di Dunia Industri Logam Jerman
Perempuan asal Indonesia ini dipercaya sebagai pakar analisis di perusahaan logam bergengsi Jerman yang memproduksi mesin pencetak. Pekerjaan langka dalam dunia kerja yang di Jerman pun masih didominasi pria.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Mengenal mesin ekstruder
Jerman terkenal dalam memproduksi logam presisi tahan aus berkualitas tinggi, yang digunakan dalam berbagai keperluan industri. Termasuk di antaranya yang diproduksi perusahaan di Remscheid ini. Perusahaan Jerman CA. Picard mengkhususkan diri dalam bidang teknologi pelat baja dan komponen mesin ekstruder yang mencetak berbagai kebutuhan manusia.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Kepala laboratoriumnya perempuan asal Indonesia
Di perusahaan ini ada perempuan dari Indonesia yang bekerja sebagai insinyur material. Namanya: Yuis Anglila Pawitri. Perempuan lulusan Universitas Bonn Rhein Sieg, Jerman ini dipercaya menjadi kepala laboratorium pengujian bahan material di perusahaan tersebut. Dia bertanggung jawab untuk analisis kimia bahan material, pengujian dan perlakuan panas dari logam untuk membuatnya tahan aus.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Melakukan pengawasan
Selain itu, Yuis juga mengawasi proses produksi agar sesuai dengan standar kualitas, mulai dari pengembangan dan pemilihan bahan, menentukan spesifikasi material, pengawasan proses produksi, pengujian bahan dan komponen, uji keausan dan korosi, instruksi untruk perlakuan panas terhadap logam, evaluasi produk kontrol kualitas sampai analisis kerusakan.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Pentingnya mikroskop dalam pengujian
Salah satu bidang ilmu yang memiliki peran penting dalam penelitian bahan logam tahan aus ini adalah metalografie: “Dengan bantuan mikroskop, kita dapat mengetahui struktur mikro dan sifat dari bahan tersebut. Dan hal ini sangat penting, baik untuk proses produksi komponen selanjutnya maupun sebagai persyaratan yang harus dimiliki komponen tersebut sebagai produk jadi.“
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Pentingnya perlakukan panas dalam industri logam
Untuk membuat baja yang tahan aus, dapat menggunakan beragam metode. Salah satu di antaranya adalah dengan proses perlakuan panas dan mengaplikasikan lapisan logam tahan aus di permukaan komponen tersebut.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Proses karburasi
Proses karburasi dalam perlakukan panas dilakukan untuk memasukkan kandungan karbon ke dalam permukaan baja, agar baja tersebut dapat menjadi lebih keras daripada yang seharusnya. Setelah proses karburasi tersebut komponen melalui tahap perlakuan panas selanjutnya proses hardening dan quenching. Proses pengerasan baja ini bertujuan untuk membuat komponen menjadi tahan aus.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Menghasilkan produk tahan aus
Dan yang terpenting juga adalah proses tempering, agar komponen tidak mudah rapuh dan mengurangi beban atau ketegangan dalam komponen tersebut.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
Contoh produk ynag dihasilkan
Berikut ini adalah sebagian contoh komponen untuk keperluan industri elektronik, pengecoran, kemasan, kimia, plastik, keramik dan pangan.
Foto: DW/Ayu Purwaningsih
8 foto1 | 8
Di saat yang sama, Pekka juga mulai mencekoki para janda dengan sejumlah program pemberdayaan. Selain ekonomi, juga edukasi untuk para anak janda yang putus sekolah, serta pemberdayaan hukum dan pelatihan paralegal. Pemberdayaan hukum ini penting untuk membantu janda mengurus akta kelahiran anak, perceraian, maupun pernikahan yang belum tercatat negara.
Menurut Nani, mengajak perempuan untuk maju dan mau meningkatkan kapasitas diri sangatlah sulit. Sebab ada kalanya perempuan menyadari intisari perjuangan mereka, tapi kadang "kembali ke titik nol” karena tidak percaya diri dengan status jandanya. "Mengajak mereka konsisten menjadi tantangan terbesar kami,” ujar peraih sejumlah penghargaan, di antaranya Ashoka Fellowship 2007, Sarinah Award 2014, dan Global Fairness Award 2014
Itulah mengapa dalam tiga tahun pertama, Nani menganggap Pekka masih gagal. Dari sekitar 100 kelompok ekonomi mikro yang terbentuk, hanya 10 yang masih berjalan. Namun Nani tak patah semangat. Bersama sejumlah kader Pekka yang ia gembleng, mereka terus memperkuat koperasi simpan pinjam yang tersisa. Pekka juga mulai merambah daerah baru dan membentuk kelompok perempuan di sana.
Langkah ini menuai hasil positif. Dari ratusan jumlah kelompok mikro, pada tahun berikutnya hanya 50 persen yang gagal. Belakangan angka ini terus membaik, hingga akhirnya keberhasilan mencapai 10 persen dari kelompok koperasi simpan pinjam yang ada. Bahkan pada 2007, Nani meresmikan sejumlah Pusat Komunitas Pekka. Di pusat komunitas tersebut, Pekka memiliki program masing-masing. Misalnya supermarket Pekka Mart di Adonara, Nusa Tenggara Timur. Supermarket beromzet ratusan juta rupiah itu sekaligus menjadi sentral pemberdayaan ekonomi janda setempat.
Sains Berutang Budi pada Perempuan-perempuan ini
Meski seksisme yang merajalela, sejumlah perempuan mampu membuktikan betapa gender tidak menentukan bakat seseorang. Hasil kerja mereka menjadi landasan kemajuan sains di era modern.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Thissen
Ada Lovelace, Matematika
Terlahir tahun 1815, Ada Lovelace adalah pakar matematika berbakat yang menulis instruksi program komputer pertama pada pertengahan abad 18. Ada termasuk ilmuwan paling pertama yang meyakini kalkulator memiliki kemampuan melebihi fungsinya sebagai alat menghitung. Namanya melambung setelah membantu pionir komputer, Charles Babbage, mengembangkan mesin komputasi pertama, Analytical Engine
Foto: public domain
Marie Curie, Fisika Nuklir
Marie Curie adalah perempuan pertama yang memenangkan hadiah Nobel, yang pertama mendapat dua penghargaan bergengsi itu dan satu-satunya manusia yang memenangkan hadiah Nobel di dua bidang yang berbeda. Dilahirkan pada 1867, Curie termasuk ilmuwan paling dikenal dalam sejarah berkat risetnya di bidang radiasi nuklir dan penemuan dua elemen baru, yakni radium dan polonium.
Foto: picture alliance/United Archiv
Rosalind Franklin, Kimia
Rosalind Franklin tidak pernah mendapatkan hadiah Nobel, meski karyanya bernilai penting buat ilmu pengetahuan. Pasalnya perempuan Yahudi asal Inggris ini berhasil mengungkap rahasia struktur molekuler DNA dan RNA. Berbekal hasil penelitian Franklin, dua ilmuwan lain, James Watson dan Francis Crick, berhasil menemukan DNA Heliks Ganda dan mendapat hadiah Nobel di bidang Kedokteran.
Foto: picture-alliance/HIP
Dorothy Hodgkin, Kimia
Pionir Biokimia Inggris, Dorothy Hodgkin, berteman dekat dan sering bekerjasama dengan Franklin. Ia mengembangkan teknik Kristalografi protein yang mampu mengungkap struktur biomolekul dan menjadi perempuan ketiga yang memenangkan Nobel Kimia pada 1964. Lima tahun setelah kemenangannya itu, Hodgkin kembali mencatat sejarah sains setelah berhasil mengurai struktur Insulin.
Foto: picture-alliance/dpa/Leemage
Elizabeth Blackburn, Biologi
Perempuan Amerika berdarah Australia ini memenangkan hadiah Nobel di bidang Medis pada 2009 silam. Bersama dua ilmuwan lain, Carol Greider dan Jack Szostak, Elizabeth Blackburn mengungkap bagaimana enzim telomer melindungi dan mengurangi kerusakan DNA, serta berperan pada proses penuaan. Hasil risetnya itu mendasari penelitian Kanker hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa/S.Merrell
Jane Goodall, Primatologi
Goodall bisa jadi merupakan pakar simpanse paling berbakat dalam sejarah. Ia menghabiskan puluhan tahun mempelajari perilaku sosial dan interaksi intim primata cerdas ini di Tanzania. Goodall yang juga menemukan bahwa satwa memiliki kepribadian unik sering dituduh melakukan Antropomorfisme alias mendefinisikan hewan berdasarkan atribut manusia.
Foto: picture alliance/Photoshot
Rita Levi-Montalcini, Neurobiologi
Dilahirkan di Italia 1909, karir Montalcini sempat mandek lantaran diskriminasi anti Yahudi yang marak di era Benito Mussolini. Karena dilarang bekerja, dia lalu membangun laboratorium di kamar tidurnya sendiri. Pada 1986 ia mendapat hadiah Nobel setelah berhasil mengosolasi Faktor Pertumbuhan Syaraf (NGF) dari jaringan kanker. Montalcini berusia 100 tahun ketika memenangkan Nobel.
Foto: picture-alliance/maxppp/Leemage
Jocelyne Bell-Burnell, Fisika
Pada 1967 Jocelyne Bell-Burnell menemukan sinyal yang berotasi secara berkala. Sinyal yang awalnya diduga pesan dari mahluk luar angkasa itu ternyata adalah bintang neutron. Penemuan tersebut dirayakan sebagai salah satu pencapaian terbesar Astronomi di abad ke-20. Hingga kini, keputusan panitia Nobel tidak menghargai hasil kerja Jocelyne masih menjadi kontroversi. (rzn/yf)
Foto: Getty Images/AFP/M. Cizek
8 foto1 | 8
2007 di Cianjur, kader Pekka membentuk lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang sebagian dananya disokong oleh donatur. PAUD itu sekaligus memperkuat ikatan para anggota Pekka, dan mendorong pembentukan empat lembaga pendidikan serupa di Cianjur. Bahkan pada 2014, para anggota Pekka Cianjur membentuk pelatihan salon gratis untuk perempuan. "Per medio tahun ini, kami sudah melatih 203 orang,” kata Tintin.
Setelah 17 tahun berjalan, Pekka sudah menjangkau 31.447 anggota yang tersebar di 1.232 desa di 34 provinsi. Mereka juga punya 64 koperasi simpan pinjam, 40 pusat komunitas atau kantor pendukung yang menggerakkan advokasi, serta sejumlah program ekonomi seperti pelatihan salon untuk para perempuan.
Pada 2016, kegiatan Pekka merambah ke bidang pendidikan nonformal dengan mendirikan Akademi Paradigta. Ini dilecut fakta bahwa lebih dari 60 persen anggota Pekka ternyata buta huruf dan belum banyak yang melek anggaran. Padahal menurut Nani, keterlibatan perempuan dalam pembangunan desa idealnya besar. "Saya ingin Akademi Paradigta mencetak lulusan yang kritis, dan bisa memberi sumbangan pemikiran dan tenaga untuk otonomi desa,” ujarnya.
Dua tahun berdiri, Akademi Paradigta ada di sepuluh provinsi, di antaranya Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Maluku. Mentornya dari kalangan kader Pekka, sementara muridnya mencakup perempuan lintasusia dan latar belakang pendidikan. Tak mesti janda, tapi mereka yang mau terlibat pemberdayaan perempuan dan memajukan desanya. Mereka belajar bersama dengan modul bikinan Pekka yang berisi materi kesetaraan gender, penguatan ekonomi, kepemimpinan perempuan, dan isu hukum serta kesehatan.
Nani menyebut, Akademi Paradigta adalah perwujudan mimpi lamanya. Namun memang ada impian lain yang belum terwujud. Salah satunya membuat aplikasi sebagai sumber informasi soal perempuan kepala keluarga. "Saya ingin aplikasi itu nantinya jadi alat yang bisa mengubah konstruksi gender,” kata dia. Selain itu, Nani juga ingin Pekka tumbuh menjangkau perempuan dengan jangka usia lebih muda, tak harus janda. "Saya sudah tua, inginnya perempuan-perempuan muda bisa melanjutkan misi Pekka.”
***
Tulisan ini bagian dari Proyek Perempuan Tempo untuk merayakan 90 tahun Konggres Perempuan Indonesia pertama 22 Desember 1928, dengan dukungan dari European Journalism Centre.