1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ahli Sarankan RI Pakai 'Topi G20' Damaikan Rusia-Ukraina

23 Maret 2022

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ingin bicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas perdamaian. Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana menilai Indonesia bisa menjadi fasilitator.

Indonesia menjadi tuan rumah G20 tahun 2022
Indonesia menjadi tuan rumah G20 tahun 2022Foto: Hafidz Mubarak A/REUTERS

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai Indonesia bisa menjadi fasilitator untuk perdamaian Ukraina dan Rusia.

"Kondisi makin memburuk. Karena mulai banyak negara yang terlibat meski baru mengenakan sanksi ekonomi. Harusnya Indonesia sebagai Presiden G20 masuk, alias step in untuk bangun perdamaian," kata Hikmahanto kepada wartawan, Selasa (22/03).

Menurut Hikmahanto, Indonesia memiliki tanggung jawab ketika memegang Presidensi G20. Dia menilai RI harus memediasi Rusia yang merupakan anggota G20 terkait konflik dengan Ukraina.

"Indonesia sebenarnya, dengan gunakan topi G20, bisa lakukan paling tidak, kita berupaya menurunkan prasyarat yang diminta Rusia," katanya.

Hikmahanto menduga Putin akan memberikan beberapa syarat untuk pertemuan dengan Zelenskyy. Ada tiga hal yang mungkin diminta putin.

"Pertama Ukraina menyatakan diri untuk netral dan tidak bergabung dengan NATO. Dua, Rusia tidak disalahkan dalam operasi militer yang mereka lakukan. Tiga, tidak ada proses hukum terhadap Putin, para jenderal, maupun prajurit Rusia atas dasar melakukan kejahatan internasional," katanya.

Hikmahanto mengatakan Kementrian Luar Negeri Kemlu harus membantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) membangun perdamaian antara Ukraina dengan Rusia. Dia mencontohkan langkah Menlu Turki dan Israel.

"Kemenlu harus membantu Bapak Presiden untuk bisa membantu perdamaian ini. Kan Menlu Turki sudah, Menlu Isrel juga," katanya. 

Pentingnya perdamaian

Menurutnya, Jokowi berulang kali menyatakan pentingnya perdamaian antara Ukraina dan Rusia. Jokowi pun enggan berpihak kepada salah satu kubu.

"Presiden ketika didesak AS (Amerika Serikat), dan negara-negara Eropa untuk mempertimbangkan keanggotaan Rusia (di G20), beliau katakan G20 bukan panggung politik, tapi kerja sama politik. Jadi, beliau tidak mau tuh mengiyakan desakan AS dan lain-lain," kata Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani itu.

"Bahkan Presiden juga tidak menyebut serangan Rusia sebagai invasi karena pasti Rusia memiliki alasan yang sah untuk lancarkan operasi militer. Meski, dalam perspektif dia. Tapi Indonesia kan tidak mau menghakimi tindakan Rusia seperti AS dan para sekutunya. Presiden dalam tweet-nya bilang bahwa gencatan senjata harus dilakukan. Karena kalau tidak, akan banyak korban, termasuk warga sipil," sambungnya.

Hikmahanto berharap Kemlu bisa menindaklanjuti pernyataan Jokowi. Dia berharap RI mengambil peran aktif untuk mendamaikan Ukraina-Rusia.

"Nah, kan harusnya Kemlu menterjemahkan apa yang disampaikan oleh presiden ini dengan mengupayakan perdamaian dan tidak pernah lelah untuk melakukan tersebut," katanya.

"Tapi kalau Kemlu diam saja, ya kasihan Bapak Presiden," sambungnya. 

Zelensky ingin bertemu Putin

Zelenskyy bersikeras untuk mengadakan pembicaraan dengan Putin. Menurutnya, mustahil untuk merundingkan perdamaian di Ukraina tanpa pertemuan langsung dengan Putin.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (22/3), Zelenskyy menuturkan kepada jaringan televisi publik Eropa bahwa pertemuan langsung semacam itu bisa digunakan untuk membahas masa depan wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. Namun, dia mengatakan lebih banyak waktu diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ingin bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas perdamaianFoto: Ukrainian Presidential Press Office via AP/picture alliance

Dia juga menyampaikan kembali pengakuannya yang disampaikan awal bulan ini, bahwa Ukraina saat ini tidak bisa mengamankan keanggotaan NATO.

"Saya meyakini bahwa sampai waktunya kita menggelar pertemuan dengan Presiden Federasi Rusia. Anda tidak bisa benar-benar memahami apa yang mereka siap lakukan demi mengakhiri perang dan apa yang mereka siap lakukan jika kami tidak siap untuk kompromi ini atau itu," ucap Zelenskyy.

Zelenskyy telah mengupayakan pertemuan langsung dengan Putin selama nyaris setahun, namun Putin selalu menolak. Putin malah menuntut Zelenskyy menyelesaikan 'perang sipil' dengan wilayah-wilayah separatis terkait Rusia.

Sejak pasukan Rusia menginvasi Ukraina bulan lalu, Zelenskyy melontarkan seruan mendesak untuk berunding guna mengakhiri pertempuran. Pekan lalu, dia menyerukan digelarnya pertemuan segera agar Rusia bisa 'membatasi kerugian yang disebabkan oleh kesalahannya' di Ukraina. (Ed: pkp/rap)

 

Baca selengkapnya di: detiknews

Guru Besar UI Sarankan RI Pakai 'Topi G20' Damaikan Rusia-Ukraina

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait