AI: Serangan Pasukan Koalisi Tewaskan Warga Sipil Mosul
28 Maret 2017
Ratusan warga sipil tewas dalam beberapa bulan terakhir di Mosul, Irak akibat serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, demikian laporan Amnesty International.
Iklan
Laporan yang dikeluarkan Amnetsty International hari Senin (27/03) itu mengutip laporan dari korban dan saksi mata mengenai serangan udara yang menewaskan warga sipil.
"Bukti yang dikumpulkan di tanah di timur Mosul menunjukkan pola mengkhawatirkan atas serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin AS ini, dimana telah menghancurkan seluruh rumah beserta keluarga di dalamnya," ujar Donatella Rovera, penasehat senior perespon krisis di Amnesty International. Ia menambahkan bahwa pasukan koalisi memakan korban sipil yang akan timbul akibat serangan udara.
"Mereka tidak mencoba untuk melarikan diri ketika pertempuran berlangsung karena mereka menerima instruksi berulang dari pemerintah Irak untuk tetap tinggal di rumah mereka," Rovera melanjutkan.
"Jumlah korban sipil yang tinggi menunjukkan bahwa serangan pasukan koalisi di Mosul telah gagal dalam mengambil tindakan pencegahan yang memadai untuk mencegah kematian warga sipil. Dan ini merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang amat mencolok," lanjutnya.
Memperebutkan Mosul
Pertempuran memperebutkan Mosul sudah berkecamuk sejak beberapa bulan lalu, antara pasukan Irak dan milisi "Islamic State" (ISIS). Serangan ditujukan untuk mendesak ISIS keluar dari kota itu.
Foto: Reuters
Sasaran Militer: Mosul Barat
Pasukan Irak dan sekutu-sekutunya berhasil menguasai bagian Mosul di timur sungai Tigris Januari lalu. Sekarang mereka berusaha membebaskan Mosul Barat, di mana sekitar 2.000 jihadis masih bercokol.
Foto: Reuters
Serangan di Pelabuhan Udara
Tentara Irak mengambil alih pelabuhan udara Mosul, yang jadi pintu gerbang menuju bagian barat kota itu. Posisi itu harus dipertahankan karena strategis dalam upaya mengambilalih seluruh Mosul.
Foto: Reuters/Z. Bensemra
Serangan di Darat dan di Udara
Untuk menghadapi ISIS yang mengerahkan roket, mortir dan alat tempur lain, militer Irak menggunakan pesawat nirawak, jet dan helikopter ke garis depan. Tentara AS juga ikut partisipasi dalam perang itu.
Foto: Reuters/A. Al-Marjani
ISIS Menyusup ke Bawah Tanah
Beberapa ribu anggota ISIS bertempur melawan sekitar 10.000 tentara Irak. Tapi berkat kemampuan bergerilya, ISIS mampu menyembunyikan diri di kota. Foto: tentara Irak memeriksa terowongan yang digunakan ISIS untuk mengadakan serangan bunuh diri terhadap tentara pemerintah.
Foto: Reuters/Z. Bensemra
Hidup dalam Ketakutan
Situasi semakin dramatis bagi penduduk bagian barat Mosul. Sekitar 750.000 orang masih terperangkap di sini. Mereka kekurangan kebutuhan paling dasar, seperti air, makanan dan bahan bakar.
Foto: Getty Images/AFP/A. Al-Rubaye
Terdesak dari Tempat Tinggal
Anak laki-laki ini terpaksa diungsikan dari desa tempat tinggalnya, dekat Mosul. Ia dalam perjalanan ke tempat lebih aman di bagian selatan Mosul. Sejumlah organisasi bantuan PBB memperkirakan sekitar 250.000 orang akan lari dari kota itu. (ml/hp)
Foto: Reuters/Z. Bensemra
6 foto1 | 6
Harga mahal yang harus dibayar
Lebih dari 3.000 warga sipil diyakini telah tewas di Mosul sejak 19 Februari lalu ketika pasukan pemerintah yang didukung AS memulai serangan untuk mengusir kelompok ISIS dari sisi barat kota, papar seorang pejabat di departemen pertahanan sipil Mosul yang berbicara dengan kantor berita DPA.
Dalam satu serangan udara yang berlangsung 17 Maret lalu, sekitar 150 warga sipil dilaporkan tewas di lingkungan al-Jadida di Mosul, kata Amnesty International.
Pada akhir pekan lalu, AS dan pemerintah Irak mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki insiden ini dan lainnya.
Pada hari Senin(27/03), juru bicara militer AS John Thomas, membantah tuduhan bahwa koalisi yang dipimpin AS telah mengabaikan aturan dalam serangan udara terhadap ISIS di Irak dan Suriah. Upaya telah dilakukan, untuk lebih bertindak hati-hati, dalam membedakan antara sasaran sipil dan militer, tambahnya.
Pertempuran berbahaya
Pasukan Irak memulai serangan terhadap ISIS di Mosul sejak Oktober silam. Mereka menghadapi perlawanan terberat mereka melawan ISIS di Irak, sehingga semakin beralih ke serangan udara dan artileri guna membersihkan dan mempertahankan wilayah di sebelah barat kota. Pada bulan Januari lalu, Irak menyatakan Mosul timur "sepenuhnya dibebaskan."
Warga sipil, kelompok-kelompok kemanusiaan dan pejabat pemantau telah berulang kali memperingatkan kemungkinan meningkatnya korban sipil di Mosul barat, karena jumlah kepadatan pendudukanya lebih tinggi.
Ketika operasi untuk merebut kembali Mosul diluncurkan, lebih dari satu juta orang diperkirakan masih berada di Mosul. PBB memperkirakan sekitar 400.000 orang masih terjebak di dalam kota.
ap/vlz (dpa/ap)
10 Negara Paling Berbahaya di Dunia
Tiap tahun Institut Ekonomi dan Perdamaian (IEP) publikasi Global Peace Index. Peringkat dibuat berdasarkan 22 indikator, antara lain konflik ekstern dan intern serta korban tewas. Semakin tinggi skor, semakin berbahaya.
Foto: Zac Baillie/AFP/Getty Images
10. Korea Utara (skor GPI: 2.977)
Setelah merdeka dari Jepang, Korea terbagi dua. Korea Utara dipimpin keluarga Kim. Merekalah pemimpin struktur pemerintahan. Militerisasi besar-besaran menjadikan ekonomi negara lemah. Warga tidak punya properti, sehingga menyulut korupsi. Warga tidak punya hak bicara. Pemerintah bisa tangkap dan tahan orang tanpa alasan. Eksekusi dan kelaparan jadi penyebab peringkat rendah negara dalam GPI.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Chol Jin
9. Pakistan (skor GPI: 3.049)
Sejak kemerdekaan tahun 1947, Pakistan sudah berperang tiga kali dengan India. Ini melemahkan ekonominya. Situasi politik yang tidak stabil dan kekuasaan militer membuat situasi tambah buruk. Pakistan kerap digunakan teroris sebagai basis.
Foto: Reuters
8. Republik Demokrasi Kongo (skor GPI: 3.085)
Setelah digulingkannya rezim otoriter di negara itu, tepatnya sejak 1997 negara selalu dilanda perang saudara. Lebih dari 5,5 juta orang tewas akibat perang atau situasi yang diakibatkan perang. Pengungsian besar-besaran sebabkan penyebaran penyakit berbahaya seperti malaria. Di samping itu kurang gizi menyebar luas.
Foto: Reuters/N'Kengo
7. Sudan (skor GPI: 3.295)
Sudan terpuruk karena kekerasan antar etnis yang tak kunjung henti. Dua perang saudara dan konflik antar suku memecah-belah negara, yang akhirnya menyebabkan pemisahan diri bagian selatan Sudan menjadi negara Sudan Selatan. Tingginya kemiskinan dan praktek perbudakan memperburuk kondisi negara. Foto: serangan terhadap Kedutaan Besar Jerman di Khartum, 2012.
Foto: AFP/Getty Images
6. Somalia (skor GPI: 3.307)
Somalia tidak punya pemerintahan definitif, dan jadi tempat ideal bagi tumbuhnya kelompok radikal. Somalia dilanda perang saudara sejak 1991. Perang menyebabkan negara dilanda kemiskinan dan intervensi internasional memicu situasi tambah buruk. Foto: seorang tentara berpatroli di pantai Lido setelah serangan terhadap restoran Beach View Cafe, di Mogadishu, 22 Jan 2016.
Foto: Reuters/F. Omar
5. Republik Afrika Tengah (skor GPI: 3.332)
Negara ini merdeka dari Perancis 1960, setelahnya dikuasai rezim militer. Pemilu pertama diadakan 1993, tapi gagal menciptakan stabililitas. Pemerintah, kelompok Kristen dan Islam adu kuat memperebutkan kekuasaan. Foto: seorang tentara PBB berpatroli dekat mesjid Koudoukou di Bangui sebelum kedatangan Paus Fransiskus, 30 November 2015.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Medichini
4. Sudan Selatan (skor GPI. 3.383)
Negara terbentuk 2011 setelah memisahkan diri dari Sudan. Sejak itu negara baru ini terus dilanda perang saudara dan perang antar suku yang berebut kekuasaan. Konflik sebabkan tewasnya ratusan ribu orang, mungkin jutaan. Selain kekerasan etnis, kondisi kesehatan sangat buruk. Foto: seorang pengungsi Sudan Selatan membawa harta miliknya di Joda, setelah lari dari daerah perang Januaryi2014.
Foto: Reuters
3. Afghanistan (skor GPI: 3.427)
Negara ini selama beberapa dekade diduduki kekuatan asing . Setelah serangan teror 11 September di New York, AS menggulingkan kekuasaan Taliban di negara itu. Sejak 2001 tentara AS bercokol di negara itu. Akibat perang yang tak kunjung henti, infrastruktur negara rusak berat. Foto: polisi Afghanistan menjaga lokasi tempat terjadinya serangan bom di Kabul, 19 Mei 2015.
Foto: Reuters/M. Ismail
2. Irak (skor GPI: 3.444)
Setelah penggulingan Saddam Hussein 2003, Irak tidak pernah tenang. Sekarang Irak harus hadapi kelompok teroris ISIS (Islamic State) yang memperluas kekuasaan di wilayahnya dan di Suriah. ISIS sekarang berhasil bercokol di Mosul, Tikrit, Falluja dan menguasai sejumlah ladang minyak. Foto: aparat keamanan Irak memeriksa lokasi terjadinya ledakan bom mobil di New Baghdad 11 Januari 2016.
Foto: Reuters/Stringer
1. Suriah (skor GPI: 3.645)
Suriah jadi negara paling tidak aman sedunia. Perang saudara berkecamuk antara kelompok pemberontak lawan rezim Bashar al Assad. Untuk atasi konflik, pemerintah gunakan cara brutal dan senjata kimia. Situasi politik ini disalahgunakan, antara lain oleh ISIS. Ratusan ribu orang tewas sejauh ini. Foto: warga beri pertolongan setelah serangan bom oleh tentara pemerintah di Aleppo, 20 November 2015.