Jumlah orang yang terinfeksi HIV tidak berubah banyak selama tahun-tahun terakhir. Kemajuan di dunia kedokteran membuat penyebaran penyakit terkontrol. Namun penderita AIDS tetap mengalami diskriminasi dari masyarakat.
Iklan
Bersamaan dengan peringatan Hari AIDS Internasional tanggal 1 Desember, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tetap memperingatkan untuk mencegah naiknya jumlah infeksi baru, walaupun menurut statistik jumlah penularan beberapa tahun terakhir relatif konstan.
Namun demikian WHO mencatat kenaikan jumlah penularan baru di Eropa, yaitu 142.000. Menurut organisasi internasional itu, antara Eropa Timur dan Barat perbedaan jumlah infeksi baru semakin besar. Lebih dari separuh jumlah infeksi baru ditemukan di Rusia. Di beberapa negara Eropa Timur lainnya jumlah penularan baru meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Dilihat dari sudut jumlah penduduk, di Jerman lebih sedikit orang tertular HIV dibanding dengan jumlah penularan rata-rata di seluruh Uni Eropa. Sekarang infeksi baru hanya sekitar separuh dari jumlah di masa epidemi tahun 1980an. Tapi upaya pencegahan harus terus diadakan agar jumlahnya dapat terus ditekan, kata Menteri Kesehatan Hermann Gröhe.
Menurut Institut Robert Koch, tahun lalu sekitar 3.200 orang tertular HIV di Jerman. Sementara menurut statistik, jumlah penderita AIDS di Jerman sekitar 85.000. Diperkirakan, sekitar 13.000 dari mereka memiliki virus dalam tubuh, tanpa mengetahuinya.
Penularan dari ibu paling sering
Kemajuan baik juga bisa dicatat di bidang jumlah penularan dari ibu kepada anak. Ini merupakan bentuk penularan yang sangat sering ditemukan. Data dari Amerika menunjukkan, di 17 negara dan wilayah di benua itu, termasuk Amerika Serikat, Kanada dan Cile, infeksi HIV dari ibu ke anak berhasil ditekan sehingga hanya berjumlah sangat kecil. Demikian keterangan WHO yang disampaikan Senin.
Negara-negara ini berhasil mengurangi transmisi dari ibu ke anak dengan cara memperbaiki akses ke klinik dan sarana medis yang menawarkan perawatan bagi para ibu sebelum melahirkan. Selain itu, jumlah tes HIV juga diperbanyak, demikian halnya dengan terapi antiretroviral (ART). Demikian ditambahkan WHO.
Stigma bagi penderita AIDS
Sejak beberapa tahun lalu, bantuan bagi penderita Aids tidak hanya diarahkan pada masalah penyembuhan, melainkan juga pada masalah diskriminasi penderita AIDS. Orang sekarang bisa hidup cukup normal walaupun tertular HIV, tetapi diskriminasi tetap jadi faktor yang membebani pasien, kata Ulf Hentschke-Kristal, anggota dewan pimpinan organisasi bantuan Jerman, Deutsche Aids-Hilfe. Berkaitan dengan Hari AIDS Internasional, lewat #rethinkhiv netizen juga berusaha menggerakkan orang untuk menghilangkan prasangka buruk kepada penderita AIDS.
Dengan semakin baiknya perawatan bagi mereka yang tertular HIV, pasien kini punya harapan hidup lebih lama dibanding dengan di masa lalu. Mereka yang menderita AIDS juga bisa melewati hidup sehari-hari dengan cukup baik, karena efek sampingan obat tidak lagi terlalu mengganggu, seperti beberapa tahun lalu. Mereka yang mendapat perawatan biasanya juga tidak menularkan virusnya lagi. Tetapi kadang pasien tetap ditolak di praktek dokter. Di Jerman, kadang dalam data di kepolisian masih tercantum kata-kata "menular".
HIV: 10 Fakta Virus Mematikan
HIV/AIDS mungkin tidak lagi terdengar mengerikan seperti 20 tahun lalu, namun setiap tahun ada sejuta orang lebih yang terinfeksi. Fakta apa saja yang perlu diketahui mengenai penyakit mematikan ini?
Foto: Fotolia/Sebastian Duda
Kehidupan Sehari-hari
Lebih dari 35 juta warga dunia positif HIV - sepertiga diantaranya hidup di Afrika Sub-Sahara. Di Afrika Selatan, negara yang paling parah terjangkit HIV, satu dari enam orang mengidap HIV. HIV bisa dibilang keseharian hidup di Afrika Selatan, sampai-sampai acara anak-anak 'Sesame Street' versi Afrika Selatan memiliki boneka kuning yang positif HIV, Kami.
Foto: picture-alliance/dpa
Lelaki Lebih Berbahaya
Pada hubungan seks antar heteroseksual, HIV lebih mudah ditularkan dari lelaki ke perempuan ketimbang perempuan ke laki-laki. Namun apabila seorang lelaki sudah disunat, risiko penularan ke perempuan berkurang hingga 60 persen.
Foto: imago/CHROMORANGE
Penyakit Seumur Hidup
HIV dan AIDS tidak dapat disembuhkan, meski dapat dikontrol. Obat-obatan antiretroviral mencegah virus berlipat ganda di dalam tubuh penderita. Terapi antiretroviral mencakup tiga atau lebih obat yang harus diminum pasien selama hidupnya. Perawatan semacam ini dapat mengurangi laju kematian dari HIV sebesar 80 persen.
Foto: picture alliance/dpa
Mengurangi Harapan Hidup
Penyebaran HIV setelah tahun 1990 menyebabkan tingkat harapan hidup di banyak negara turun secara dramatis - kebanyakan di Afrika. Lalu pengenalan obat-obatan antiretroviral kembali menaikkan harapan hidup: di Afrika Selatan, contohnya, rata-rata tingkat harapan hidup naik dari 54 tahun pada 2005 menjadi 60 pada tahun 2011.
Foto: AFP/Getty Images
Pengobatan Terbatas
Karena perusahaan farmasi memegang paten yang mencegah produksi obat versi generik, obat-obatan HIV tergolong mahal - sebuah terapi biayanya ribuan Dolar per bulan. Ini pun menghambat pengobatan pada skala besar di negara-negara Afrika, dan trennya berlanjut: Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan 19 juta pengidap HIV tidak mempunyai akses terhadap obat-obatan.
Foto: AP
Masih Tahap Uji Coba
Tidak ada vaksin yang 100 persen efektif melawan HIV, dan baru ada sedikit studi klinik untuk vaksinasi pada manusia. Satu vaksin yang diujicoba di Thailand hingga tahun 2009 tampak mengurangi risiko terinfeksi HIV hingga 31 persen.
Foto: AP
Terlalu Beragam
Satu faktor yang menyulitkan pengembangan vaksin adalah begitu cepatnya HIV bermutasi, termasuk di dalam tubuh pasien. Ada terlalu banyak variasi patogen HIV - meski hanya dua variasi yang menjadi penyebab utama melemahnya sistem kekebalan tubuh dan mengakibatkan sakit.
Foto: picture-alliance/dpa
Masa Inkubasi Lama
Butuh enam minggu bagi seseorang yang terjangkit untuk mengembangkan antibodi, dan tes HIV tidak efektif pada periode ini. Mereka yang terinfeksi juga mengalami yang disebut infeksi HIV awal, yang gejalanya mirip flu. Beberapa pekan setelah terinfeksi, sistem imunitas untuk pertama kalinya mulai bereaksi terhadap virus.
Foto: picture-alliance/dpa
Rentan Penyakit Lain
Campuran mematikan: HIV dan tuberkulosis. Orang yang positif HIV mengidap risiko 20 kali lebih besar untuk terjangkit bakteri penyebab tuberkulosis. Di Afrika, tuberkulosis adalah penyebab kematian nomor satu di antara penderita HIV.
Foto: Alexander Joe/AFP/Getty Images
Ramuan Tersendiri
Kebijakan Afrika Selatan untuk menangani HIV mengejutkan dunia untuk waktu yang cukup lama. Tahun 2008, menteri kesehatan di bawah pemerintahan Presiden Thabo Mbeki menganjurkan bawang putih, ubi bit merah dan minyak zaitun untuk mengobati infeksi. Obat-obatan antiretroviral ditolak. Untungnya masa-masa itu sudah berlalu.