Anda kerap minum air kemasan? Mulai sekarang Anda harus waspada sebab sebuah laporan mengungkapkan bahwa air kemasan merek terkemuka di dunia terkontaminasi partikel plastik mikro saat proses pengemasan.
Iklan
Botol air kemasan dari perusahaan ternama dunia terkontaminasi partikel plastik berukuran mikro yang diduga merembes ketika proses pengemasan. Demikian hasil penelitian yang dirilis Orb Media, lembaga non-profit yang berbasis di Amerika Serikat Rabu (14/03). Penelitian yang membuktikan "kontaminasi dalam skala luas" tersebut dilakukan di sembilan negara, yakni Indonesia, Brazil, China, India, Kenya, Libanon, Mexico, Thailand dan Amerika Serikat.
Sedotan Keren Bisa Dimakan
00:52
Sherri Mason, peneliti microplastic dari Universitas New York di Fredonia bersama timnya menguji sekitar 250 botol air kemasan. Produk multinasional dengan merek ternama termasuk diantaranya seperti Aqua, Aquafina, Dasani, Evian, Nestle Pure Life, Gerolsteiner dan San Pellegrino. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 93% dari sampel teridentifikasi mengandung partikel plastik mikro.
Partikel kecil dengan efek besar
Para ahli menjelaskan risiko akibat kontaminasi plastik mikro bagi kesehatan manusia belum dapat sepenuhnya dipastikan.
8 Fakta Tentang Sampah Plastik Yang Akan Membuat Anda Syok
Indonesia kembali jadi sorotan media internasional, karena muncul video viral dari para penyelam di Bali yang menunjukkan parahnya polusi plastik di sana. Namun, sampah plastik kini sudah menjadi masalah global.
Setidaknya 8 juta ton plastik mencemari lautan di dunia setiap tahun. Ini seperti mengosongkan truk berisi sampah plastik ke laut setiap menit.
Foto: picture-alliance/Photoshot
2050 jumlah plastik di laut lebih banyak dari ikan
Saat ini rasio perbandingan antara plastik dan plankton diperkirakan 1:2. Jika dibiarkan begitu saja, volume plastik akan melebihi ikan pada tahun 2050. Jumlah plastik di laut saat ini sekitar 150 juta ton, ini seperlima dari bobot total ikan yang ada.
Foto: picture-alliance/Prisma/R. Dirscherl
Sampah plastik juga mengotori pantai-pantai Eropa
Di Inggris misalnya, setiap 100 meter pantai Inggris, ada lebih dari 200 sampah plastik atau polistirena. September 2017, hampir 7000 orang berpartisipasi dalam aksi pembersihan pantai Great British Beach Clean in September 2017 - proyek yang menyingkirkan 255.209 sampah dari 339 pantai.
Foto: picture alliance/blickwinkel/fotototo
Lebih dari 50 persen penyu laut menelan plastik
Ratusan ribu penyu laut, paus, mamalia laut lainnya dan lebih dari 1 juta burung laut mati setiap tahun karena polusi laut dan menelan atau terjerat sampah di laut. Banyak hewan laut yang tidak bisa membedakan antara makanan dan sampah plastik. Sehingga sistem pencernaan terblokir dan menyebabkan kematian.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Ada 6,3 milyar ton sampah plastik di bumi
Walau plastik baru ada sejak 60-70 tahun yang lalu, material ini berhasil mendominasi kehidupan manusia. Hampir untuk setiap kegiatan manusia, bisa dipastikan ada barang kebutuhan yang terbuat dari plastik.
Foto: picture-alliance/dpa/R. De La Pena
Popok bayi butuh 450 tahun untuk terurai
Kebanyakan popok bayi mengandung polietilena atau termoplastik, bahan yang sama digunakan untuk membuat dengan kantong plastik. Tahukah Anda, bahwa popok kotor yang dibuang akan terus berada di bumi selama 450 tahun, karena sulit terurai? Tali pancing butuh lebih lama lagi, yakni sekitar 600 tahun.
Foto: picture alliance/chromorange
Lebih dari 20.000 botol dijual per detik
Kontribusi terbesar polusi plastik adalah botol minuman. 480 milyar botol plastik terjual di tahun 2016. Ini berarti lebih dari 1 juta botol dalam 1 menit.
Foto: picture-alliance/dpa/L.Cameron
Ada lebih banyak mikroplastik di laut dibanding bintang di Bima Sakti
Di galaksi Bima Sakti atau "Milky Way" saja diperkirakan ada 100-400 milyar bintang. Sementara menurut Clean Seas, ada 51 trilyun mikroplastik di lautan dunia. Penulis: vlz/yf (dari berbagai sumber)
"Diduga ada kaitannya dengan peningkatan jenis kanker tertentu hingga menurunnya jumlah sperma atau juga peningkatan ADHD dan autisme," kata Mason. Para peneliti meyakini bahwa penyakit tersebut terkait dengan bahan kimia sintesis yang masuk ke dalam tubuh.
Kontaminasi partikel plastik yang dimaksud adalah polypropylene, nilon, dan polyethylene terephthalate (PET), yang digunakan untuk membuat tutup botol.
"Dalam penelitian ini, 65 persen partikel yang kami temukan merupakan fragmen dan bukan serat," kata Mason kepada AFP. "Perkiraan saya, itu berasal dari saat proses pengemasan air. Sebagian besar kandungan plastik yang kami temukan berasal dari botol itu sendiri, terutama dari tutup botol. "
Studi yang dilakukan selama tiga bulan tersebut menggunakan teknik yang dikembangkan University of East Anglia's School of Chemistry. Teknik ini dapat "melihat" partikel mikroplastik dengan cara menggunakan zat pewarna Nile Red neon, yang membuat plastik memantulkan cahaya fluoresen saat diiradiasi dengan cahaya biru.
"Kami secara independen meninjau temuan dan metodologi untuk memastikan studi tersebut benar adanya dan kredibel," ujar Andrew Mayes, kepala peneliti dari UEA's School of Chemistry. "Hasilnya menumpuk."
Ulat Pemakan Plastik Penyelamat Bumi?
Para peneliti di Spanyol secara tidak sengaja menemukan ulat yang memakan plastik dengan kecepatan mengagumkan. Masih diteliti, enzim dalam tubuh ulat yang mencerna plastik. Sebuah harapan solusi masalah sampah plastik.
Foto: Hernandez/CSIC
Sampah Plastik Masalah Global
Volume sampah plastik di seluruh dunia terus membengkak hingga 200 juta ton per tahun. Masalahnya plastik sangat sulit terurai. Juga mikroplastik jadi ancaman bagi banyak spesies di lautan. Sekitar 80 juta ton sampahnya berupa plastik polyethilene .
Foto: Fotolia/paul prescott
Hama di Sarang Lebah
Federica Bertocchini, pakar biologi evolusi di Institute of Biomedicine and Biotechnology di Cantabria, Spanyol punya hobi beternak lebah. Salah satu masalah yang dihadapi: hama kupu-kupu lilin (Galleria mellonella) yang bertelur di dalam sarang lebah. Larvanya hidup 6 minggu di dalam sarang lebah sebagai hama, sebelum menetas jadi kupu-kupu.
Foto: Reuters
Ulat Pemakan Plastik
Geram dengan hama ulat, Bertocchini membersihkan sarang lebah, dan memasukkan ulatnya ke dalam kantong plastik polyethilene. Tapi hanya dalam waktu singkat, ratusan ulat memakan kantong plastik dan membuat banyak lubang. Sebetulnya fenomena ini sudah lama dikenal oleh peternak lebah, pemelihara reptil dan yang punya hobi mancing. Mereka mendiskusikan kasus plastik berlubang secara online.
Foto: Paolo Bombelli
Makan Plastik dengan Rakus
Uji coba dengan 100 ekor ulat dalam sebuah kantong plastik berbobot 300 gram menunjukkan kecepatan makan plastik relatif tinggi. Dalam pengamatan selama 12 jam, 100 ekor ulat memakan sekitar 92 gram plastik polyethilene.(Grafik) Ini rekor mengagumkan, karena bakteri pemakan plastik menguraikan plastik jauh lebih lambat.
Hanya Dimakan atau Dicerna?
Kini pakar biologi Bertocchini melakukan penelitan lebih lanjut. Apakah ulat hanya memakan plastik dan mengeluarkannya lagi sebagai kotoran berupa mikro plastik? Atau ulat mencerna plastik polyethilene dan mengeluarkan kotoran berupa senyawa yang samasekali berbeda? Senyawa kimia atau enzim apa yang bekerja?
Foto: Hernandez/CSIC
Enzym Khusus Penyelamat Bumi
Peneliti lakukan uji coba melumat beberapa ekor ulat, dan membubuhkannya pada plastik polyethilene. Hasilnya, plastik mulai berlubang dimakan bubur ulat. Kini tim Federica Bertocchini memburu enzym yang ampuh mengurai plastik itu. Diharapkan, ekstrak enzym dan produk rekayasanya secara massal, bisa jadi salah satu solusi pembersih sampah plastik di Bumi. Ed:Fabian Schmidt (as/ap)
Foto: Hernandez/CSIC
6 foto1 | 6
Konsentrasi partikel yang ditemukan berkisar dari "nol sampai lebih dari 10.000 partikel plastik dalam satu botol," ungkap laporan itu lebih lanjut. Dalam satu kemasan ditemukan rata-rata 10,4 partikel per liter.
Adakah air yang bebas kontaminasi?
Pada penelitian sebelumnya, Orb Media menemukan bahwa pada air keran juga ditemukan partikel plastik, namun jumlahnya jauh lebih kecil. "Air ledeng pada umumnya lebih aman daripada air kemasan," kata Mason.
Jacqueline Savitz, pimpinan North America di Oceana, sebuah lembaga advokasi kelautan yang tidak terlibat dalam penelitian itu mengatakan, studi tersebut memberikan bukti yang lebih banyak lagi tentang dampak penggunaan botol air plastik terhadap lingkungan.
"Kami tahu, hewan laut sudah terpapar plastik mikro, dan ini artinya manusia juga sedang terpapar, banyak di antara kita, setiap hari," ungkapnya. "Sekarang aksi meninggalkan botol air plastik jauh lebih mendesak daripada sebelumnya", tegas Savitz.
Avani Cegah Bumi Jadi Planet Plastik
Indonesia tercatat sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia, Sebuah perusahaan peduli lingkungan di Bali tak ingin melihat Bumi Indonesia jadi rusak akibat sampah plastik. Apa yang dilakukannya?
Foto: Avani-Eco 2017
Dari darat ke lautan
80 persen sampah plastik di lautan berasal dari daratan. Tempat penampungan sampah terbuka menyebabkan sampah bisa terbawa angin. Lewat sungai, sampah kemudian sampai ke lautan. Rata-rata kantung plastik digunakan hanya 25 menit. Tetapi untuk hancur dan terurai di alam dibutuhkan hingga 500 tahun.
Foto: Avani-Eco
Gerakan 3R? Tidak cukup
Seorang pengusaha di Bali merasa muak terhadap maraknya sampah plastik yang mengotori Pulau Dewata. Kevin Kumala mencoba untuk mengatasi masalah tersebut dengan mencari solusi alternatif untuk menggantikan plastik konvensional. Baginya, plastik yang bisa terurai akan melengkapi gerakan 3R: Reduce, Reuse, Recycle. Ditambah satu R lagi, Replace atau membuat pengganti.
Foto: Avani-Eco 2017
Buat produk ramah lingkungan
Lewat perusahaan Avani Eco, sang pengusaha itu kemudian memproduksi barang-barang unik: tas dari bahan dasar singkong, wadah makanan terbuat dari tebu dan sedotan dibuat dari jagung.
Foto: Avani-Eco 2017
Dasyatnya efek sedotan plastik
Bayangkan jika setiap hari, tiap warga Indonesia yang jumlahnya 250 juta orang menggunakan satu sedotan plastik dan membuangnya setelah sekali pakai. Sedotan yang mungil itu jadi masalah karena jika sampahnya terakumulasi, maka bisa mencapai 5.000 kilometer.
Foto: Avani-Eco 2017
Plastik ekologis
Produk baru diharapkan jadi solusinya, yakni: berbagai produk plastik ekologis. Bahan bakunya berasal dari sumber daya terbarukan. Karena itu dapat terurai dengan cepat menjadi kompos. Walau begitu, plastik ekologis ini juga tidak mudah sobek, bisa dibubuhi cap atau logo perusahaan, dan dapat diproses di mesin pengolah plastik konvensional.
Foto: static1.squarespace.com
Tak meninggalkan residu beracun
Pendiri perusahaaan ramah lingkungan tersebut, Kevin Kumala mengatakan materi produk-produknya dapat terurai di alam dengan relatif cepat dan tidak meninggalkan residu beracun. "Saya seorang penyelam dan peselancar. Selama ini saya banyak melihat sampah plastik ini di depan mata saya," kata Kumala menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk masuk ke bisnis "bioplastik".
Foto: Avani-Eco 2017
Produk paling diminati
Proyeknya dimulai saat masalah sampah plastik makin merajalela di Bali dan Jawa. Berkantor pusat di Bali, dengan pabrik utamanya di pulau Jawa, produk bioplastik Avani Eco mulai dijual pada tahun 2015. Produk yang paling populer adalah tas yang terbuat dari singkong – bahan makanan yang murah dan melimpah di Indonesia - dengan kata-kata "Saya bukan plastik" yang terpampang di tas tersebut.
Foto: Avani-Eco 2017
Bisa diminum
Kevin Kumala yang merupakan lulusan biologi, mengatakan tas kantung palstik ini bahkan juga bisa diminum. Caranya, celupkan tas yang terbuat dari singkong ke dalam segelas air panas. Tas itu kemudian larut dalam air dan bisa langsung diminum. "Jadi, ini memberi harapan kepada hewan laut, mereka tidak lagi tersedak atau tertelan sesuatu yang bisa berbahaya," katanya.
Foto: Avani-Eco
Masih mahal
Produk bioplastik lainnya telah lama ada di pasar, namun United Nations Environment Programme (UNEP) tampak ragu akan industri tersebut. Dalam laporan tahun 2015, Badan PBB itu menyimpulkan bahwa produk bioplastik cenderung lebih mahal dan tidak memainkan peranan utama dalam mengurangi sampah laut. (Ed: Purwaningsih/AS/copyright gambar: Avani Eco)