1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Akhir Bahagia Kasus Petugas Medis di Libya

24 Juli 2007

Presiden Bulgaria menyambut kedatangan para juru rawat dan dokter yang baru dibebaskan dari Libya. Dan memberikan grasi.

Dokter Palestina dan para perawat Bulgaria setiba di Bandara Sofia
Dokter Palestina dan para perawat Bulgaria setiba di Bandara SofiaFoto: picture alliance/dpa

Seluruh 5 juru rawat Bulgaria dan dokter Palestina yang dibebaskan Libya, telah tiba di Sofia, ibu kota Bulgaria, Selasa pagi tadi. Turut menyambut bersama sanak keluarga adalah presiden Bulgaria, Georgi Parvanov, yang lalu menjamu rombongan secara khusus di istana kepresidenan.

Menteri Luar negeri Bulgaria menyatakan, ini merupakan kabar baik yang sudah dinantikan Bulgaria selama 8 tahun. Komisaris urusan luar negeri Uni Eropa, Benita Ferrero-Waldner menyatakan:

"Ini merupakan hari yang membahagiakan. Keputusan pemerintah Libya ini kita sambut sebagai keputusan dengan pertimbangan kemanusiaan. Hal ini merupakan buah dari upaya bersama masyarakat Eropa, dan kemudian khususnya belakangan ini, peran khusus Prancis."

Lima juru rawat dan seorang dokter Palestina itu oleh pengadilan Libya dinyatakan bersalah secara sengaja menginfeksi 438 anak Libia dengan virus HIV. Tiga tingka pengadilan menjatuhkan hukuman mati terhadap mereka, lalu diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup oleh Majelis Peradilan Tertinggi. Melalui perundingan intensif dengan Komisi Eropa, pemerintah Libya setuju untuk mengirim ke-enam pekerja kesehatan itu ke Bulgaria. Namun status hukumnya tetap terpidana seumur hidup. Karenanya di Bulgaria, presiden Georgi Parvanov langsung memberikan grasi.

Ketua Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso menyatakan, pembebasan itu terlaksana berkat upaya Uni Eropa bertahun-tahun, dan kemudian pada hari-hari terakhir, peran khusus presiden ibu negara Prancis, dan Emir Qatar, yang menjadi penengah perundingan Uni Eropa dan Libya. Salah satu kesepakatan yang membuahkan pembebasan adalah normalisasi hubungan Libya dan Uni Eropa. Dikatakan Jose Manuel Barroso:

"Saya berbicara sangat panjang lebar lewat telepon dengan pemimpin Libya, Muammar Khadafi, dan meyakinkannya akan niat kami untuk menormalisasi hubungan dengan Libya. Dan saya katakan padanya, bahwa jika masalah ini terselesaikan dengan baik, saya akan memperjuangkan untuk segera mewujudkan normalisasi hubungan itu."

Sejauh ini, Uni Eropa dan Libya tak memiliki hubungan langsung, sejak diberlakukannya sanksi terhadap Libya berkaitan dengan peledakan pesawat terbang sipil di atas Lockerbie, Skotlandia, oleh agen Libya. Sanksi PBB dicabut tahun 2003: Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menyatakan, di luar kespekatana normalisasi hubungan itu, Uni Eropa tidak memberikan uang kompensasi. Namun pernyataan ini dimentahkan beberapa jam kemudian oleh Menteri Luar Negeri Libya, Abdel Rahman Shalgam. Dikatakannya, baik Prancis maupun Uni Eropa telah mengirim uang kompensasi itu ke Libya. Jumlahnya sekitar 1 juta dolar per anak.

Sedangkan Ketua Uni Eropa Jose Manuel Barroso hanya menegaskan kesedian Uni Eropa untuk menjamin segala bentuk perawatan dan pengobatan terhadap anak-anak Libya pengidap HIV itu.

"Saya ingin menggaris bawahi lagi komitmen kami untuk melakukan segala yang kami mampu, untuk membantu anak-anak ini, beserta keluarganya untuk memperoleh perawatan terbaik."

Sementara itu, seorang pengacara para petugas kesehatan itu, Antoine Alexiev, menyatakan, kini yang harus diprioritaskan adalah pemulihan kondisi kejiwaan, sesudah tekanan berat dan mencekam selama 8 tahun. Dikatakan Antoine Alexiev:

""Saya kira akan sangat berat bagi mereka. Dan sekarang kita mesti membantu mereka membangun kembali keluarga mereka, karena semuanya sudah porak poranda. Kita harus memberikan penanganan khusus berkaitan kejiawaan dan trauma yang mereka alami".

Sedangkan Liesbeth Zegbeld, pengacara dokter Palestina yang dibebaskan itu, akan mengajukan pengaduan terhadap PBB, mengenai proses pengadilan Libya. Disebutkan sang pengacara, pengadilan terhadap kliennya, dokter Ashraf el Haggog Gomma, berlangsung tidak adil. Dokter el Haggog Goma dan 5 perawat Bulgaria dari awal menyatakan diri tidak bersalah dan membantah semua tuduhan. Meraka mengaku disiksa, dan jadi korban pengkambing-hitaman sistem pelayanan kesehatan Libya yang buruk.

Recananya, dokter Palestina itu akan segera menjalani pemeriksaan kesehatan di Sofia, lalu segera menyusul keluarganya yang tinggal di negeri Belanda dengan status pengungsi politik, sejak Ashraf el Haggog Gomma ditangkap di tripoli tahun 1999, bersama 5 juru rawat Bulgaria itu.