Akhiri Perselisihan, Pangeran Yordania Menanggalkan Gelarnya
4 April 2022
Saudara tiri Raja Abdullah II, Putra Mahkota Hamzah, secara terang-terangan melepas gelar pangerannya pada Minggu (03/04) sebagai bentuk protes atas bagaimana negara itu dijalankan.
Iklan
Pengumuman pelepasan gelar Pangeran Hamzah diunggah di akun Twitter resminya. Dia menulis bahwa keputusan itu berdasar karena keyakinannya yang tidak bisa "didamaikan" dengan "pendekatan, kebijakan, dan metode institusi kami saat ini.”
Putra Mahkota Yordania itu berhenti mengkritik Raja Abdullah II dan para elit penguasa secara langsung, seperti yang telah dia dilakukan di masa lalu, tetapi keputusannya tersebut mengisyaratkan bahwa keretakan itu belum diperbaiki, seperti yang disarankan oleh Dewan Kerajaan.
Analis: Hamzah buat keputusan sepihak
Abdullah dan Hamzah adalah putra Raja Hussein yang memerintah Yordania selama hampir setengah abad sebelum kematiannya pada 1999. Abdullah telah menunjuk Hamzah sebagai penerusnya, tetapi kemudian mencabut gelar putra mahkota pada tahun 2004 dan diberikan kepada Pangeran Hussein.
Raja menempatkan Hamzah di bawah tahanan rumah pada April 2021 karena diduga terlibat dalam komplotan yang diduga akan "mengacaukan keamanan kerajaan." Pada sebuah pernyataan video, Hamzah membantah tuduhan itu, dengan mengatakan dia dihukum karena berbicara menentang korupsi pejabat.
Kota Tua As-Salt di Yordania - Tempat Aman Umat Beragama
Walau banyak berita tentang ketegangan antara umat beragama, di As-Salt umat Kristen dan Muslim bisa hidup berdampingan secara damai. Fotografer Fatima Abbadi menangkap keunikan tersebut dengan lensanya.
Foto: Fatima Abbadi
Kota metropolis kuno
Fotografer Fatima Abbadi lahir di Abu Dhabi, tapi 10 tahun terakhir ia mempelajari kota As-Salt di Yordania, yang didirikan 300 S.M dengan populasi 90.000 warga. As-Salt adalah kota kosmopolitan dimana budaya Arab dan Eropa melebur berkat hubungan yang harmonis.
Foto: Fatima Abbadi
Tidak ada tembok, tidak ada batasan
Berkat keunikannya, kota ini masuk nominasi situs warisan dunia UNESCO. Tapi tidak hanya arsitektur dan fesyen Timur dan Barat yang bisa ditemukan di As-Salt. "Mayoritas umat Muslim dan populasi Kristen hidup berdampingan tanpa ada pemisahan," ujar Ismael Abder-rahman Gil, peneliti yang membantu Abbadi dengan proyek fotografinya.
Foto: Fatima Abbadi
Dari St. George ke al-Khidr
Gil menjelaskan, umat Kristen As-Salt memainkan peran penting dalam perkembangan budaya, ekonomi, dan politik. Sejarah kedua agama saling terkait di As-Salt, sehingga seringnya harus berbagi rumah ibadah. Pada foto tampak gereja Saint George dengan altar yang dikelilingi oleh kutipan dari Al Qur'an dan kisah dari Alkitab.
Foto: Fatima Abbadi
Rumah bagi semua
Rumah ibadah ini didirikan tahun 1682, setelah seorang penggembala mendapat wahyu dari Santo Georgius untuk membangun gereja setelah melindunginya dari hewan liar yang mengancam ternaknya. "Hingga kini gereja dipenuhi oleh umat Kristen dan Muslim As-Salt yang menyalakan lilin untuk mendoakan Santo," ujar Abder-rahman Gil. Gereja latin, anglikan dan ortodoks juga ditemukan di kota ini.
Foto: Fatima Abbadi
Sejarah 2000 tahun
Hubungan Yordania dan umat Kristen diawali dengan pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Banyak komunitas Kristen yang menetap di Yordania pada abad ke-1 dan hingga kini bisa menjalankan agamanya secara bebas dan terbuka. Umat Kristen terwakili di parlemen dan memiliki fungsi resmi kenegaraan.
Foto: Fatima Abbadi
Demonstrasi dan proklamasi
Walau hidup berdampingan secara damai selama ratusan tahun, dan penegasan Raja Abdullah II bahwa "umat Arab Kristen adalah bagian integral wilayah saya baik di masa lalu, masa kini, maupun masa depan," ketegangan antara umat Muslim dan Kristen meningkat di Yordania. Aksi protes bermunculan. "Keistimewaan As-Salt, hubungan antara kedua agama tersebut tidak terpengaruh disini," ujar Abbadi.
Foto: Fatima Abbadi
Berpesta bersama
"Saat Natal misalnya, warga Muslim yang pertama membuka pintu rumahnya bagi warga Kristen dan merayakannya bersama mereka. Begitu pula sebaliknya," cerita Abbadi. 35 persen populasi As-Salt beraga Kristen. Sangat kontras dibandingkan 4 persen populasi umat Kristen di seluruh Yordania.
Foto: Fatima Abbadi
Resep damai - saling menghormati
Seri foto Abbadi tentang As-Salt menggambarkan kehidupan pertanian tradisional hingga pengaruh barat di warga perkotaan. Ia yakin hubungan antara umat Muslim dan Kristen tidak akan berubah di kota ini. "Warga yang tinggal di As-Salt punya sejarah pribadi yang panjang. Mereka saling menghormati dan menganggap semua seakan adalah keluarga besar." Ed:Jan Tomes (vlz/hp)
Foto: Fatima Abbadi
8 foto1 | 8
Pada Maret 2022, Hamzah meminta maaf kepada saudaranya, demikian menurut surat yang dikeluarkan Dewan Kerajaan. Hamzah berharap bahwa "kita bisa membuka lembaran baru dalam sejarah negara kita dan keluarga kita.”
Analis Amer Sabaileh menyebut Hamzah telah membuat keputusan sepihak dan mengumumkannya di akun Twitter pribadinya, tanpa berkonsultasi dengan keluarga kerajaan.
"Dia mencoba untuk kembali terlibat dengan narasi lama,” kata Sabaileh tentang Hamzah.
Tidak jelas apakah keputusan Hamzah melepas gelarnya akan membantu memulihkan kebebasan bergeraknya. Hamzah baru muncul satu kali di depan publik sejak pertikaian yang jarang terjadi dalam keluarga kerajaan Hashemite. Pada satu titik, Yordania memberlakukan perintah pembungkaman untuk melaporkan peristiwa tersebut, yang mencerminkan sensitivitas isu seputar keluarga kerajaan.