1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikJerman

Akhirnya, Jerman Kirim Peralatan Militer ke Ukraina

Dmytro Hubenko
27 April 2022

Setelah berminggu-minggu menghadapi tekanan yang terus meningkat, pemerintah Jerman akan memasok peralatan militer ke Ukraina. DW melihat bagaimana posisi Berlin berubah sejak awal perang di Ukraina.

Gepard adalah senjata anti-pesawat self-propelled Jerman yang mampu dioperasikan di segala cuaca yang dikembangkan pada 1960-an
Di Jerman, senjata anti-pesawat self-propelled "Gepard" telah dihapus dari Bundeswehr pada awal 2010-anFoto: Carsten Rehder/dpa/picture alliance

Pemerintah Jerman pada hari Selasa (26/04) mengonfirmasi laporan bahwa mereka menyetujui pengiriman tank anti-pesawat "Gepard" ke Ukraina. Menteri Pertahanan Jerman Christina Lambrecht mengumumkan langkah tersebut saat pidato pembukaan di pangkalan udara Ramstein di Jerman, pada awal konferensi pertahanan yang diselenggarakan Amerika Serikat.

"Kemarin kami memutuskan bahwa Jerman memungkinkan pengiriman tank anti-pesawat 'Gepard' ke Ukraina," kata Lambrecht dalam transkrip pidatonya yang dilihat oleh DW. Konfirmasi itu muncul setelah media Jerman melaporkan rencana tersebut.

Sistem anti-pesawat "Gepard" dikembangkan pada tahun 1960-1970-an, tetapi sudah diperbarui beberapa kali dengan elektronik terbaru. "Tentara Jerman telah menggunakannya hampir satu dekade, bukan karena sudah usang, tetapi karena pada saat itu jumlah angkatan bersenjata Jerman sedikit sehingga mereka tidak menggunakannya lagi," kata jurnalis perang, Thomas Wiegold kepada DW.

Lambrecht juga mengatakan bahwa Berlin sedang berupaya untuk melatih tentara Ukraina di tanah Jerman. "Kami bekerja sama dengan teman-teman Amerika kami dalam melatih pasukan Ukraina tentang sistem artileri di tanah Jerman," kata menteri tersebut.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Kanselir Olaf Scholz mendapat tekanan yang terus meningkat karena menolak mengirimkan senjata berat langsung ke Ukraina. Para kritikus mengatakan Partai Sosial Demokrat (SPD) enggan untuk menyimpang dari kebijakan bersejarah mereka tentang Perang Dingin terhadap Moskow.

Mengapa pengumuman itu penting?

Invasi Rusia ke Ukraina dan tekanan yang meningkat baik di dalam maupun di luar negeri telah mendorong pemerintah Jerman untuk mengubah kebijakan pertahanan negara secara besar-besaran. Beberapa minggu yang lalu, Jerman tidak pernah memikirkan akan mengumumkan hal tersebut. 

Pada akhir Januari, ketika Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di sekitar Ukraina dan AS memperingatkan invasi yang akan segera terjadi, Jerman menegaskan bahwa mereka tidak akan mengirim senjata apa pun. Sebaliknya, Berlin menawarkan akan untuk mengirim 5.000 helm pelindung ke Ukraina.

Namun, beberapa hari sebelum pengumuman terkait pengiriman helm, Berlin tidak memberikan izin kepada Estonia untuk mengirim tank howitzer tua Jerman ke Ukraina.

"Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Jerman telah berulang kali memutuskan untuk tidak memasok senjata mematikan. Ada alasan untuk ini, yang tentu saja juga didasarkan pada semua perkembangan beberapa tahun dan dekade terakhir," kata Scholz saat itu.

Setelah invasi Rusia dimulai, Jerman memasok Ukraina dengan sistem rudal anti-pesawat portabel buatan Soviet, StrelaFoto: Michael Mandt/Bundeswehr/dpa/picture alliance

Invasi adalah 'titik balik' dalam kebijakan pertahanan Jerman

Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, Jerman mengubah kebijakan lama untuk tidak mengirim senjata ke zona konflik yang berakar dari Perang Dunia II, ini disampaikan saat Scholz mengumumkan "titik balik" dalam kebijakan pertahanan Jerman.

Setelah invasi, Jerman mengatakan akan memasok Ukraina dengan 1.000 senjata anti-tank, 500 Stinger rudal darat ke udara, sekitar 2.700 rudal anti-pesawat Strela, serta amunisi, senapan mesin, granat, dan ranjau.

Berlin juga telah menyetujui permintaan dari negara lain seperti Estonia dan Republik Ceko untuk mengirim beberapa stok senjata bekas era Soviet Jerman Timur ke Ukraina, termasuk howitzer dan pengangkut personel lapis baja.

Namun, pemerintah Jerman tetap menolak semua permintaan Ukraina untuk mengirim peralatan militer berat buatan Jerman. Para pejabat Jerman mengatakan mereka lebih suka mengirim senjata rancangan Soviet yang dapat dioperasikan tentara Ukraina tanpa pelatihan tambahan.

Menurut Wiegold, persediaan seperti itu sekarang "menjadi terbatas."

"Jika Barat ingin terus mendukung Ukraina, mereka harus berpikir untuk mulai melatih orang Ukraina tentang sistem Barat untuk memberikan sistem Barat juga," katanya.

Belum lama ini pada 9 April, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht juga mengatakan bahwa dia melihat hampir tidak ada kemungkinan untuk memasok Ukraina dengan senjata dan peralatan langsung dari persediaan militer Jerman.

"Tidak ada lagi tabu" dalam pengiriman senjata

Pergeseran paradigma besar dalam politik Jerman terjadi pada pertengahan April saat Rusia bersiap untuk serangan baru di Ukraina timur.

"Jerman telah membuat keputusan yang menentukan di sini untuk mengirimkan senjata [ke Ukraina]. Kami mengirimkan, kami telah mengirimkan dan kami akan mengirimkannya," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz kepada radio publik Jerman RBB pada 14 April.

Kemudian, pada 21 April, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan saat konferensi pers di Tallinn bahwa "tidak ada pantangan bagi kami sehubungan dengan kendaraan lapis baja dan persenjataan lain yang dibutuhkan Ukraina."

Namun, Baerbock mengatakan prioritasnya adalah memastikan Ukraina dengan cepat menerima peralatan yang lebih tua yang dirancang Soviet dan Jerman akan mengisi kembali cadangan negara-negara sekutu yang memiliki senjata jenis yang sama dengan peralatan modern buatan Jerman.

Menurut laporan media, Jerman telah menyetujui pertukaran tersebut dengan Slovenia. Negara ini akan mengirim sejumlah besar tank tempur era Soviet T-72 ke Ukraina. Jerman kemudian akan mengirimkan sejumlah tank Marder dan tank roda Fox ke Slovenia sebagai pengganti.

(bh/ha)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait