Jerome Hamon, penderita penyakit mutase genetik, mendapatkan wajah ketiganya. Ia merupakan orang pertama di dunia yang menjalani dua kali transplantasi wajah.
Iklan
Wajah asli Jerome Hamon rusak akibat penyakit neurofibromatosis tipe 1 yang dideritanya. Penyakit mutasi genetik ini menyebabkan tumbuhnya tumor ganas yang menyerang wajahnya.
Tahun 2010 lalu, Jerome menjalani transplantasi wajah baru di Rumah Sakit Georges Pompidou di Paris, Perancis. Namun pada tahun 2015, setelah minum obat flu tubuh Jerome beraksi menolak jaringan tubuh asing di wajahnya. November tahun lalu, jaringan transplantasi di wajahnya mulai mati, sehingga harus diangkat seluruhnya.
Dua bulan Jerome kembali harus menderita karena tidak memiliki wajah. Ia tidak memiliki kelopak mata, telinga, kulit, dan tidak bisa berbicara dan makan. Keberuntungan didapat Jerome ketika mendapat kabar adanya donor wajah baru, milik seorang pria berusia 22 tahun.
Dan Januari lalu, ahli bedah yang menangani transplantasi pertamanya, Dr. Laurent Lantieri, kembali melakukan transplantasi wajah kedua. Meski masih harus tetap tinggal di rumah sakit untuk memulihkan diri dari operasi berat ini, Jerome merasa sudah pulih sehat dan merasakan hidupnya kembali. Ia mengatakan setelah melewati masa pemulihan yang sangat melelahkan, secara keseluruhan ia merasa baik.
Kulit Ikan Tilapia Sembuhkan Luka Bakar
Ilmuwan Brazil bereksperimen dengan kulit ikan untuk mengobati pasien luka bakar. Prosedur ganjil ini diklaim ampuh meredakan rasa sakit dan mengurangi biaya pengobatan.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Kelembapan Kulit Babi
Kulit babi beku atau bahkan jaringan kulit manusia selama ini digunakan buat menutup luka bakar, lantaran manjur menjaga kelembaban area yang terluka dan mempermudah asupan Kolagen, sejenis protein yang mempercepat penyembuhan.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Perban Alternatif Terakhir
Namun rumah sakit pemerintah di Brazil sering mengalami kelangkaan pasokan kulit babi atau manusia. Adapun kulit buatan sejauh ini hanya tersedia di negara-negara barat. Sebab itu pasien luka bakar di Brazil acap dirawat dengan menggunakan perban yang harus sering diganti dan menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Khasiat Kulit Tilapia
Sebab itu ilmuwan di Federal University of Caera mulai bereksperimen dengan menggunakan kulit ikan Tilapia, sejenis Nila, yang marak di Brazil. Kulit ikan Tilapia diklaim memiliki tingkat kelembapan, Kolagen dan kekebalan penyakit yang serupa seperti pada kulit manusia. "Jadi butuh waktu lama bagi kulit ikan untuk mengering," kata Dr. Edmar Maciel.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Proses Rumit Pembersihan Kulit
Namun sebelum digunakan, ilmuwan harus terlebih dahulu menghilangkan sisik, jaringan otot, racun dan bau amis yang menempel. Setelah itu kulit direnggangkan dan dilaminating, sebelum disimpan di lemari es dan bisa dipakai sebelum dua tahun.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Mempercepat Penyembuhan
Hasilnya serupa dengan kulit manusia yang lunak dan mudah dibebat ke permukaan kulit yang terkena luka bakar. Kulit ikan biasanya digunakan selama 11 hari pada bagian yang terluka. Untuk melepas atau memindahkan kulitn ikan dokter menggunakan minyak berbentuk agar-agar. "Kami menemukan kulit ikan Tilapia mampu mempercepat penyembuhan," kata Dr. Edmar Maciel.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Brazil yang Pertama
Selain Brazil, ilmuwan Cina juga memastikan khasiat kulit ikan Tilapia dalam perawatan luka bakar. Namun Brazil adalah negara pertama yang melakukan ujicoba pada manusia dengan melibatkan 50 orang pasien. "Kulit ikan biasanya dibuang. Jadi kami mengubah sampah menjadi produk yang bermanfaat," kata Dr. Odorico de Morais, dosen di Universitas Caera.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Tanpa Obat, Lebih Murah
Pengobatan lewat kulit ikan terbukti mampu mempercepat proses penyembuhan hingga beberapa hari lebih cepat. Selain itu pasien juga lebih sedikit meminum obat penahan rasa sakit, sehingga semakin menekan ongkos pengobatan. Rumah sakit Brazil mengklaim cara pengobatan dengan kulit ikan memangkas biaya pengobatan hingga 75 persen.
Foto: Reuters/P.Whitaker
Produksi Massal?
Biasanya pasien luka bakar harus menggunakan krim Sulfadiazine yang mahal. Ilmuwan Brazil berharap eksperimen yang mereka lakukan akan membuktikan bahwa kulit ikan Tilapia bisa dijual secara komersial dan mendorong industri farmasi untuk memproduksinya secara massal.
Foto: Reuters/P.Whitaker
8 foto1 | 8
Jika saya tidak menerima wajah baru ini, kemungkinan saya akan memiliki masalah identitas diri. Saya tidak akan merasa seperti saya. Sekarang inilah saya dengan wajah baru, dan ini wajah saya," dikatakan Jerome saat diwawancarai satu stasiun televisi Prancis Le Parisien.
Wajah kedua Hamon merupakan milik seorang pria berusia 60 tahun. Dengan wajah hasil transplantasi kedua, Hamon mengatakan ia kembali menjadi muda beberapa dekade. "Saya berusia 43 tahun. Donor saya 22. Jadi saya sekarang 20 tahun lebih muda," canda Jerome.
Keberhasilan transplantasi wajah yang dilakukan tim bedah Perancis pimpinan Laurent Lantieri di puji para dokter di dunia. Dikatakan, keberhasilan transplantasi wajah ini memberikan harapan kepada pasien lain.
Visi Rekayasa dan Teknologi di Tahun 2018
Manusia rekayasa genetika, kecerdasan buatan, pabrik dari bakteri atau mesin cetak organ tubuh. Itulah visi sains dan teknologi pada 2018. Batasannya kini makin samar antara kemajuan atau bencana teknologi.
Foto: Fotolia/vladgrin
Kecerdasan Artifisial Jadi Keseharian
Tahun 2018 ditandai dengan kecerdasan buatan yang menemani keseharian manusia. Kecerdasan buatan pada smartphone misalnya, bisa bereaksi atas kebutuhan pribadi pemiliknya. Dengan membangun jejaring data bersama mobil cerdas dan rumah cerdas, manusia akan diawasi terus menerus oleh piranti cerdas ini. Sulit memastikan, apakah kita cukup cerdas untuk menghindari efek negatifnya,?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Manusia Hasil Rekayasa Genetika
Amerika Serikat pada tahun 2017, mengizinkan penyembuhan dua jenis kanker darah dan penyebab kebutaan, lewat terapi genetika. Caranya dengan modifikasi gen kekebalan tubuh pasien, agar mengenali sel kanker sebagai musuh dan membunuhnya. Sementara pada kasus kebutaan, rekayasa genetika dilakukan langsung pada gen tertentu di mata, tanpa mempengaruhi bagian tubuh lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Mengoperasi Embryo Dalam Kandungan
Menggunting gen yang sakit dan menggantinya dengan gen sehat, pada janin yang masih dalam kandungan, juga sukses diujicoba di AS. Eksperimen dilakukan pada embryo dalam rahim yang mengidap kelainan jantung. Terapi gen semacam ini diharapkan bisa menyembuhkan kanker, sistik fibrosis atau AIDS.
Foto: AP
Mikro Organisme Jadi Pabrik Obat
Teknik rekayasa genetika pada 2018 juga membuka cakrawala baru dalam bidang biologi sintetik. Gabungan cabang biologi dan teknik keinsinyuran, akan mleakukan modifikasi DNA mikro organisme menjadi pabrik farmasi ukuran mikro. Makhluk hidup artifisial mikro nantinya bisa direkayasa memproduksi insulin atau molekul yang jadi basis pembuatan obat baru.
Foto: Fotolia/Irochka
Manusia Cyborg Hasil Cetakan
Tahun 2018 juga ditandai dengan makin canggihnya perangkat pencetak 3 dimensi. Diramalkan, nantinya tubuh manusia juga bisa dicetak 3D, menggunakan tinta bio-kompatibel. Artinya organ buatan printer itu tidak akan ditolak oleh sistem kekebalan tubuh. Tren kedokteran ini baru berjalan di tahapan awal, namun perkembangannya diramalkan sangat pesat. as/yf (dari berbagai sumber)
Foto: picture-alliance/dpa/O. Spata
5 foto1 | 5
"Fakta bahwa Dr. Lantieri mampu menyelamatkan pasien ini memberi kami harapan bahwa pasien lain dapat menjalani operasi cadangan jika diperlukan," kata Dr Frank Papay, dari Klinik Cleveland, AS. Dr. Frank Papay menambahkan, teknik yang dikembangkan oleh Lantieri dan teknik lainnya dapat membantu dokter mencapai apa yang disebutnya "cawan suci" obat transplantasi, yakni bagaimana memungkinkan pasien untuk mentoleransi transplantasi jaringan milik orang lain.
Dr Bohdan Pomahac dari Harvard University, yang telah beberapa kali melakukan transplantasi wajah di AS, mengatakan prosedur serupa nantinya akan menjadi lebih umum sejalan dengan meningkatnya jumlah pasien. "Semakin sering kita melihat apa yang terjadi dengan pasien (transplantasi wajah), semakin kita harus menerima kenyataan adanya penolakan (akan jaringan asing),” dikatakan Pomahac. "Transplantasi wajah pada dasarnya akan menjadi tidak berfungsi, terdistorsi dan itu mungkin saat yang tepat untuk mempertimbangkan transplantasi ulang."
Printer 3D: Penolong Manusia dan Hewan
Suku cadang yang diproduksi printer 3D sudah digunakan di dunia kedokteran. Tapi lebih cepat dalam cabang kedokteran hewan, karena untuk dapat ijin penggunaan tidak terlalu rumit. Manfaatnya sudah sangat dirasakan.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Kästle
Kursi Roda untuk Luisa
Anjing yang dulu hidup di jalanan Italia ini, cacat berat berat. Kemungkinan akibat kecelakaan, anjing kehilangan kedua kaki depannya. Untuk memudahkan bergerak, keluarga yang mengadopsi di Ravensburg, Jerman memesan kursi roda spesial dengan protese yang dibuat dengan printer 3D.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Kästle
Penopang Dada dari Printer 3D
Keluarga yang mengadopsi Luisa punya perusahaan pengembang printer 3D. Mereka membuat penopang dada berbentuk mirip mangkuk besar. Ini bisa dilapisi kain untuk membuatnya lunak. Jika Luisa tambah besar, mereka bisa mencetak lagi penopang yang lebih besar bagi anjing ini.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Kästle
Protese bagi Paruh Burung Tukan
Burung Tukan yang paruhnya dipotong beberapa remaja ini juga bisa ditolong dokter hewan di Costa Rica berkat printer 3D. Tahun 2015 i burung memperoleh paruh baru, setelah jadi korban penyiksaan. Pertama-tama para dokter memindai tengkoraknya dengan komputer tomografi. Setelah itu dokter membuat model paruh disesuaikan bentuk kepala.
Foto: Getty Images/AFP/Ezequiel Becerra
Pengganti Bagian Tengkorak
Langkah sama juga diambil dokter, jika manusia membutuhkan pengganti bagian tengkorak yang rusak. Pada foto tampak tengkorak dari bahan sintetis dan bagian yang dari logam titanium. Keduanya diproduksi printer 3D. Berdasarkan citra Röntgen tiga dimensi, bisa dibuat bagian tengkorak dengan akurasi hingga sepersepuluh milimeter.
Foto: DW/F. Schmidt
Penuhi Kebutuhan Individual Pasien
Di dunia kedokteran gigi, printer 3D juga sudah digunakan. Cetakan untuk membuat gigi palsu tidak perlu dibuat langsung pada pasien lagi. Sekarang seluruh cetakan geraham dibuat tiga dimensi di tomografi terkomputasi. Data elektronis tersebut kemudian dikirim ke laboratorium dan gigi palsu selesai dalam beberapa hari.
Foto: DW/F. Schmidt
Mempelajari Kanker Tulang
Dengan printer 3D di Universitas Duisburg bisa dibuat model tulang yang keropos akibat kanker. Model seperti ini bisa digunakan dalam pendidikan kedokteran. Selain itu juga bisa membantu dokter dalam mempersiapkan operasi.
Foto: DW/F.Schmidt
Organ Lunak Lebih Sulit
Tapi hingga saat ini, printer 3D belum banyak membantu dokter pada bagian tubuh yang bergerak, misalnya jantung. Memang bisa mencetak model jantung dengan bantuan rekaman citra tomografi terkomputasi. Namun hasilnya hanya bisa jadi alat presentasi dalam pelajaran.
Foto: DW/F.Schmidt
Materi Sel dari Printer 3D
Di institut Inserm dekat Bordeaux, Perancis sejak 2005 dilakukan penelitian dengan struktur sel yang dicetak, yang disebut "Bioprinting". Sebuah printer sel semacam itu bisa membuat 10.000 tetes per detik. Hingga saat ini, printer 3D bisa mereproduksi sel-sel manusia, misalnya sebagai bahan percobaan, agar tidak perlu menggunakan hewan percobaan.
Foto: Reuters/R. Duvignau
Pengembangan Struktur Sel Individual
Tujuan berikutnya yang ingin dicapai institut Inserm adalah pengembangan struktur sel sesuai kebutuhan individu tertentu. Dengan demikian, bagi tiap pasien bisa dibuat sel yang cocok sepenuhnya, sesuai kebutuhan, dan tidak ditolak tubuh. Nantinya para peneliti berharap mampu membuat stuktur sel yang bisa ditanam, misalnya organ atau sebagian dari organ. Penulis: Fabian Schmidt (ml/as)