Akses Layanan Kesehatan Terjangkau Tekan Laju Deforestasi
27 Oktober 2020
Studi terbaru dari Universitas Stanford menujukkan, angka deforestasi di Kalimantan Barat menurun seiring hadirnya akses layanan kesehatan terjangkau. Masyarakat setempat kerap membalak kayu untuk biaya berobat.
Iklan
Para peneliti meyakini, dengan menawarkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau kepada penduduk desa dan masyarakat adat yang tinggal di dekat hutan, dapat membantu mengurangi masalah pembalakan liar yang dituduh memicu perubahan iklim.
Sebuah studi terbaru yang dipimpin Universitas Stanford yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Aceademy Sciences, menganalisis sebuah klinik yang terletak di dekat Taman Nasonal Gunung Palung, Kalimantan Barat, yang menyediakan layanan kesehatan terjangkau. Penelitian dilakukan selama peiode 2009 hingga 2019.
Menggabungkan data citra satelit tutupan hutan dengan catatan pasien, tim peneliti menilai kehadiran layanan tersebut berperan dalam penurunan 70% deforestasi – setara dengan 27 km persegi luas hutan - dibandingkan dengan taman nasional lain yang ada di Indonesia. Angka ini setara dengan hilangnya karbon yang bernilai lebih dari US$ 65 juta (Rp 910 miliar).
Salah satu tim penulis, Susanne Sokolow, peneliti dari Standford Institute for the Environment mengamati penurunan deforestasi yang signifikan tersebut.
“Penting, kami juga menemukan bahwa semakin banyak penduduk desa yang terlibat, dengan berapa kali mereka pergi ke klinik atau berpartisipasi dalam program konservasi…semakin banyak dampak yang kami lihat,” ujar Sokolow dikutip dari Reuters.
Laporan tersebut mengungkap menurunnya angka penebangan pohon paling signifikan terjadi di hutan di sebelah desa yang paling banyak mengunakan layanan klinik.
Relakah Anda Hutan Indonesia Dibabat Untuk Tambang dan Perkebunan?
00:58
Manusia dan hutan berkaitan erat
Secara global, sekitar 35% kawasan alam yang dilindungi dimiliki secara tradisional, dimanfaatkan dan ditempati oleh masyarakat adat dan komunitas lokal. Akan tetapi, mereka jarang mendapat perhatian dalam program konservasi dan iklim.
Dua yayasan nirlaba yang fokus dalam bidang kesehatan dan lingkungan yakni Alam Sehat Lestari (ASRI) yang berbasis di Indonesia dan Health In Harmony yang berbasis di Amerika Serikat, mengajukan pertanyaan kepada masyarakat setempat, hingga akhirnya menemukan bahwa alasan utama mereka menebang pohon, adalah untuk membayar biaya pengobatan.
Berbasis alasan tersebut kedua yayasan mendirikan klinik pelayanan kesehatan yang terjangkau pada tahun 2007. Klinik tersebut menerima pembayaran alternatif seperti bibit pohon, hasil kerajinan tangan, pupuk kandang, atau tenaga kerja. Klinik juga memberikan potongan harga untuk desa-desa yang terbukti mengalami penurunan deforestasi.
Direktur Eksekutif ASRI Nur Febriani, dalam sebuah diskusi virtual beberapa waktu lalu menegaskan, kesehatan dan kelestarian hutan merupakan dua aspek yang saling berkaitan erat.
“Manusia tidak akan bisa sehat tanpa hutan yang sehat, dan sebaliknya hutan tidak sehat jika manusianya tidak sehat. Karena kalau manusianya tidak sehat, mereka membutuhkan uang untuk akses kesehatan, yang nantinya bisa merambah hutan. Dua-duanya perlu kita berikan perhatian yang cukup,” katanya.
Upaya Dunia Kembalikan Hutan yang Hilang
Hutan mencakup sekitar sepertiga dari luas daratan di dunia. Namun, selama beberapa dekade, hamparan tersebut telah banyak berkurang. Banyak negara akhirnya melakukan berbagai upaya mengembalikan pohon-pohon yang hilang.
Foto: picture-alliance/dpa/All Canada Photos
Cina
Beijing telah meningkatkan upaya untuk menanam miliaran pohon di seluruh kota di Cina, terutama wilayah bagian utara yang terancam seperti gurun. Pemerintah telah berjanji untuk meningkatkan luas hutan hingga 30% sampai tahun 2050. Meskipun, data dari World Bank mengatakan hanya ada 22% peningkatan luas hutan. Para kritik berkata bahwa spesies asing dan pertanian monokultur mengancam sumber air.
Foto: picture-alliance/dpa/Xinhua News Agency
Irak
Di Irak, hujan yang terbatas, menurunnya permukaan air, kenaikan suhu yang tinggi dan situasi keamanan yang tidak stabil dapat memperburuk penggurunan. Terinspirasi dari teknik yang dipakai di Cina, Irak memakai kotak jerami untuk menahan tanah dan menyediakan dasar untuk rumput, tanaman yang lebih besar. Para ahli berharap upaya ini dapat menahan bukit pasir.
Foto: picture-alliance/dpa/Photoshot/K. Dawood
Niger
Niger telah mengambil langkah yang berbeda. Petani lokal membantu penghijauan kembali seluas 50.000 kilometer persegi dengan berbagai tumbuhan lokal dan teknik menumbuhkan pohon dari akar yang sudah ada. Teknik ini dikembangkan oleh ahli agronomis dari Austalia, Tony Rinaudo yang telah diakui oleh Right Livelihood Award pada tahun 2018.
Foto: CC / vodkamax
Burkina Faso
Salah satu program PBB, yakni REDD+ kini membantu petani dalam upaya menanam pohon dengan skala yang besar, hingga lebih dari 300.000 hektar tanah untuk membantu mitigasi penggurunan di Burkina Faso. Hutan-hutan di Burkina Faso terancam karena perluasan peternakan dan pertumbuhan penduduk.
Foto: picture alliance / Roberto Nistri
India
Upaya penanaman pohon menjadi upaya yang sangat besar di India, negara yang hampir 30% tanahnya mengalami degradasi karena peternakan, urbanisasi, dan penggurunan. Warga India telah bergabung dalam kampanye untuk memecahkan rekor dengan menanam ribuan juta bibit. Pemerintah berjanji untuk mengembalikan 26 juta hektar tanah pada tahun 2030.
Foto: picture-alliance/AP/R. Kumar Singh
Peru
Hutan hujan Amazon terancam karena peternakan, ekstraksi sumber daya dan kebakaran yang terjadi pada tahun 2019. Deforestasi di Brasil mengalami kenaikan hingga ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade tahun lalu. Di negara tetangga Peru, upaya reboisasi menargetkan lahan yang rusak oleh penambangan emas ilegal, serta situs arkeologi Machu Picchu, yang berisiko longsor dan kebakaran hutan.
Foto: picture-alliance/dpa/AP Photo/R. Abd
Australia
Kebakaran hutan yang terjadi di Australia memusnahkan seperlima hutan dan membunuh sekitar 1 miliar hewan. Pada bulan Desember, World Wide Fund for Nature meluncurkan rencana untuk "menyelamatkan dan menumbuhkan" 2 miliar pohon pada tahun 2030. "Solusi ini dapat dicapai dengan melindungi pohon yang ada, memungkinkan hutan yang ditebang untuk beregenerasi dan menanam pohon baru," kata WWF.
Seorang veteran penanam pohon dari Kanada telah melakukan reboisasi selama beberapa dekade di lahan pribadi dan publik. Undang-undang mewajibkan industri kehutanan untuk menanam kembali setelah tebang habis. Dalam kampanye pemilihan 2019, Perdana Menteri Justin Trudeau berkomitmen untuk menambah 2 miliar pohon selama dekade berikutnya.
Foto: picture-alliance/dpa/All Canada Photos
Inggris
Di Inggris utara, pohon-pohon hanya menutupi 7,6% dari pedesaan. Tapi Hutan Utara baru akan dibentuk dari Liverpool barat ke Hull timur selama 25 tahun ke depan. Hal ini mengikuti keberhasilan Hutan Nasional yang berada lebih jauh ke selatan. Diharapkan dengan lebih banyak pohon akan membantu meringankan perubahan iklim, mengurangi banjir dan menciptakan lapangan kerja.
Foto: picture-alliance/dpa/Loop Images
Jerman
Pada KTT hutan nasional September lalu, Berlin mencurahkan € 800 juta (sekitar 13 triliiun rupiah) untuk membantu merawat dan mengisi kembali pohon-pohon di seluruh Jerman, yang telah menderita akibat cuaca panas dan kering, juga serangan kumbang. Pakar kehutanan sedang mencari spesies asli yang kuat yang dapat beradaptasi dengan perubahan iklim Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Pförtner
Indonesia
Penebangan liar menjadi masalah bagi Indonesia selama bertahun-tahun. Selain karena praktik industrialisasi, kondisi hutan kini memburuk karena lemahnya penegakan hukum. Hal ini membuat Yayasan Lindungi Hutan Indonesia menginisiasi upaya menanam lebih dari 50.000 pohon di beberapa wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, WWF-Indonesia juga ikut serta dalam penanaman lebih dari 127.000 bibit mangrove.
Foto: CC BY 2.0/Ron from Nieuwegein
Rumania
Penebangan liar yang meluas - sebagai akibat dari perusahaan kayu dan pembuat furnitur di Eropa Barat - menghancurkan beberapa hutan di Eropa. Menurut Greenpeace, Rumania kehilangan sekitar 3-9 hektar hutan per jam karena perusahaan kayu yang tidak jujur. Pada awal 2020, Kementerian Lingkungan Hidup mengumumkan rencana untuk menanam kembali lebih dari 1.000 hektar hutan yang terkena dampak ini.
Foto: picture-alliance/dpa/imageBROKER
12 foto1 | 12
Deforestasi picu munculnya penyakit zoonosis?
Berdasarkan laporan Greenpeace Indonesia, deforestasi khususnya di hutan tropis merupakan pintu awal dari munculnya penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan atau serangga ke manusia, atau sebaliknya.
“Penebangan hutan, perburuan, hingga perdagangan satwa liar menimbulkan risiko besar bagi penularan antar spesies dan dampaknya dapat meluas ke seluruh dunia karena menggunakan jalur perjalanan internasional serta faktor kepadatan populasi yang tinggi,” kata laporan tersebut.
Greenpeace Indonesia meyakini telah terjadi peningkatan kemunculan penyakit zoonosis dalam lima puluh tahun terakhir akibat invasi manusia ke hutan atau alam liar, khususnya di wilayah tropis seperti Indonesia.
“Deforestasi juga dikaitkan dengan wabah malaria di Kalimantan. Diperkirakan malaria menewaskan lebih dari 400.000 orang pada 2018,“ kata laporan tersebut.