1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Menghentikan Joseph Kony

9 Maret 2012

Pemimpin pemberontak Uganda Joseph Kony diburu sejak tahun 2005 dengan perintah penangkapan internasional. Kini sebuah video di internet menyerukan untuk menhentikan dia.

Joseph Kony 2012 di YoutubeFoto: youtube.com

"Film ini hanya punya satu tujuan, yaitu menghentikan pemberontak Lord's Resistance Army dan pemimpinnya Joseph Kony!" Hampir satu jam durasi video yang dibuat Jason Russell untuk organisasi bantuan Invisible Children dan disebarkan lewat internet.

Awalnya Russell berbicara dengan Jacob. Ia remaja pria di Uganda yang diculik kelompok pemberontak Tentara Perlawanan Tuhan (LRA) dan direkrut sebagai tentara anak. Bagaimana Jacob bebas, tidak ditunjukkan film itu yang menampilkan adegan Russel menjanjikan kepadanya, "kita akan menghentikan mereka. Kita akan melakukan segalanya untuk menghentikan mereka!"

Kejahatan LRA

Upaya menghentikan Tentara Perlawanan Tuhan (LRA) dan pemimpinnya Joseph Kony, sudah sejak lama dicoba berbagai pihak. Sejak 2005 Kony diburu dengan perintah penangkapan internasional. Tuduhannya, kejahatan terhadap kemanusiaan, pembunuhan, pemerkosaan, perbudakan. Ribuan anak diculik oleh ia dan para pemberontak yang ia pimpin. Mereka menjadikan anak-anak lelaki sebagai pejuang, dan anak-anak perempuan sebagai budak seks.

"Kebanyakan diculik dari rumah mereka, diancam dan dicekoki alkohol atau obat bius sedemikian rupa sehingga di bawah pengaruhnya mereka membunuh orang tua mereka sendiri," kata Franziska Ulm, pakar Afrika di seksi Jerman Amnesty Internasional. "Mereka dilatih untuk membunuh."

LRA dan Joseph Kony memulai perlawanan brutal terhadap pemerintah Uganda tahun 1987. "Tahun 1980-an ada gerakan relijius dipimpin Alice Lakwena," terang Peter Meyns, pakar politik. Joseph Kony mengikuti gerakan ini dan setelah Lakwena mati, meneruskan tongkat pemimpin di bawah nama Tentara Perlawanan Tuhan. Franziska Ulm dari Amnesty International menambahkan, "Kony mengatakan ia ditugaskan Tuhan dan ingin mendirikan negara yang sesuai dengan 10 larangan Tuhan."

Perundingan damai dengan LRA selalu gagalFoto: AP

Kony termasuk kelompok etnis Acholi di utara Uganda yang merasa terpinggirkan setelah Yoweri Museveni menduduki kursi kepresidenan tahun 1986 lewat kudeta militer. Meski demikian, kata Meyns kepada DW, aksi kekerasan LRA tidak khusus bermotif etnis. "Tapi lebih pada fanatisme agama. Di Mozambik, Sierra Leone dan Liberia ada gerakan serupa."

Upaya sia-sia

Pemerintah Uganda di bawah Presiden Museveni sampai kini tak bisa menghentikan Kony. Beberapa kali pemerintah melakukan perundingan damai dengan Kony dan menuntut agar dia mundur dari Uganda Utara. Perundingan ini memperlambat pelaksanaan perintah penangkapan dari mahkamah internasional, menurut Franziska Klum.

Kony tetap melenggang bebas, juga sejak gagalnya perundingan damai terakhir tahun 2008. Memang ia mundur dari wilayah utara Uganda, tetapi di negara lain seperti Sudan atau Kongo, ia dan tentaranya bisa melanjutkan kebrutalan tanpa halangan. "Wilayah itu sangat luas," terang Franziska Klum. Luas Kongo Timur saja setara dengan Perancis.

Kony mengaku mendapat tugas dari TuhanFoto: AP

Lagipula wilayah itu tak ada infrastruktur dan petugas pemerintah. Tentara dari pemerintah pusat, jika pun ada, tidak efektif. "Tentara yang ditempatkan oleh pemerintah, sebagian merupakan bekas pemberontak yang artinya tidak begitu disiplin. Dan tentu saja di negara-negara itu tidak ada cukup tentara untuk dapat menyisir wilayah persembunyian Kony."

Pada Oktober 2011, Presiden AS Barack Obama mengirim sekitar 100 tentara untuk 'operasi khusus' ke Uganda. Mereka harus membantu pasukan di kawasan yang bekerja keras untuk menyingkirkan Joseph Kony dari medan pertempuran. Begitu tulis Obama dalam surat kepada Kongres Amerika Serikat. Beberapa tahun sebelumnya ada kelompok lebih kecil dari penasehat militer Amerika, yang datang untuk mendukung pemerintah Uganda dalam operasi melawan Kony. Tanpa hasil.

Kini satuan khusus militer Amerika berupaya untuk memperbaiki komunikasi antara pasukan Uganda, Kongo dan Sudan Selatan, kata Kepala Komando Militer Jendral Carter Ham, kepada Washington Post. Dulu Kony selalu dapat lolos dari penangkapan karena bisa menyusup dari wilayah satu negara ke negara lain.

Sosial media lawan Kony

Kini organisasi non pemerintah Invisible Children bertekad 'menghentikan' Joseph Kony, seperti disebutkan dalam videonya. Jason Russell, si pembuat video, ikut mendirikan organisasi tersebut dengan kedudukan di San Diego, California. Pesan film ini jelas, bahwa setiap orang punya kemampuan dan daya untuk membuat dunia jadi sedikit lebih baik.

Joseph Russel ingin menhentikan Kony lewat film yang disebarkan di internetFoto: youtube.com

Russell mengimbau penonton videonya untuk membeli stiker, brosur dan gelang tangan, barang-barang dengan tajuk aksi 'Kony 2012'. Dengan cara ini pemimpin pemberontak Uganda itu dikenal dan pada akhirnya dapat ditangkap. Bahwa terlalu banyak orang di muka bumi ini yang tidak tahu latar belakang masalahnya, itu harus diubah.

Dengan satu dan lain cara, aksi ini menunjukkan hasil. Dalam hitungan menit jumlah klik di Youtube melonjak. Di Twitter bertaburan seruan untuk menonton film itu, juga dari pesohor seperti penyanyi Rihanna atau sutradara Stephen Fry.

Franziska Ulm dari Amnesty International juga menilai video dan kampanye itu sebagai 'contoh bagus bagi kampanye internet yang berhasil'. Silvia Holten dari World Vision jerman mengritik film dan aksi 'Kony 2012' yang memuat seruan untuk membunuh Joseph Kony. "Kami tak bisa mendukung hal itu," kata Holten kepada DW.

Film buatan Invisible Children tidak menyerukan untuk membunuh penjahat kemanusiaan itu secara eksplisit. Hanya saja kata 'hentikan' sangat sering diulang. Kony harus dihentikan. Tentang caranya tidak dibahas jelas. Namun kampanye itu terbatas waktunya, yaitu akhir tahun ini.

Sampai saat itu tiba, para pesohor, politisi dan khususnya orang awam di seluruh dunia dihimbau untuk ikut memastikan bahwa Joseph Kony 'dihentikan'.

Andrea Rönsberg/ Renata Permadi