1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Mogok Buruh Kereta Berpotensi Coreng Citra Ekonomi Jerman

24 Januari 2024

Aksi mogok buruh kereta api di Jerman dikhawatirkan bisa melumpuhkan industri logam, otomotif dan kimia. Tidak cuma pelaku industri, perusahaan logistik, pelabuhan dan konsumen juga terancam merugi. Seberapa besar?

Angkutan barang kereta api di Jerman
Angkutan barang kereta api di JermanFoto: Peter Kneffel/dpa/picture alliance

Konflik upah dan kondisi kerja dengan Perusahaan Kereta Api Deutsche Bahn memaksa Serikat Masinis Jerman (GDL) mengambil langkah dramatis dan mengumumkan aksi mogok terlama dalam sejarah perkeretaapian Jerman.

Aksi mogok selama enam hari ini resminya dimulai pada Rabu (24/1) dan baru akan berakhir pada Senin (29/1). Tapi sejak Selasa (23/1) malam, GDL sudah memadamkan transportasi barang, yang kemudian dilanjutkan dengan transportasi penumpang.

Diyakini, lumpuhnya transportasi kereta api di Jerman akan berdampak ke negara lain di Eropa. Pasalnya, hampir 60 persen jasa angkutan barang Deutsche Bahn dikirimkan ke luar Jerman.

Tidak heran, karena "Jerman adalah jantung logsitik Eropa," kata Thomas Puls dari lembaga penelitian Institut Perekonomian Jerman, IW.

Pengembangan Hidrogen untuk Dekarbonisasi Sektor Industri

04:05

This browser does not support the video element.

Kerugian yang elusif

Menurut Puls, kerugian sulit ditaksir jika aksi mogok tidak memaksakan pemadaman produksi. Tapi jika terhentinya pengiriman barang dan transportasi penumpang menyebabkan kelumpuhan produksi, maka kerugiannya berpotensi mencapai 100 juta Euro per hari, timpal Michael Grömling, kepala penelitian pertumbuhan ekonomi di IW.

Selain itu, arus transportasi tidak serta merta pulih sepenuhnya setelah berakhirnya aksi mogok. Pada aksi serupa di masa lalu, lalu lintas barang baru terlihat lancar setelah beberapa hari. Deutsche Bahn sendiri menghitung kerugian yang tercipta bagi perusahaan sebesar 25 juta Euro per hari.

Pandangan serupa diungkapkan ekonom kepala Bank Commerzbank, Jörg Krämer. Menurutnya, aksi mogok meluapkan nilai ekonomi di sektor transportasi senilai 30 juta Euro per hari, atau sekitar 0,3% dari Produk Domestik Brutto (PDB). "Kerugian ekonomi yang lebih besar baru akan tercipta jika pabrik-pabrik mengurangi kapasitas produksi karena masalah suplai," tukasnya.

"Selain itu, aksi mogok juga semakin merongrong citra perekonomian Jerman yang saat ini pun sudah lemah."

Nadi industri pada kereta api

Menurut data pemerintah, sepertiga barang di Jerman diangkut melalui jalan raya dan hanya seperlima dengan kereta api. Tapi meski begitu, "barang-barang tersebut hanya bisa diangkut dengan kereta api, atau sangat sulit jika harus diangkut dengan cara lain," kata Thomas Puls dari IW.

Adalah industri-industri besar seperti logam atau kimia yang sepenuhnya bergantung pada transportasi rel. Transportasi batu bara yang mengompori tungku dan pembangkit untuk industri adalah salah satu contohnya.

Terlebih, barang berbahaya seperti cairan kimia hanya bisa diangkut dengan kereta api, lantaran risiko kecelakaan yang rendah. Sebabnya, Asosiasi Industri Kimia Jerman VCI menanggapi dengan berupaya menyepakati kelonggaran pengiriman antara perusahaan dan klien. "Tapi solusi ini tidak mampu sepenuhnya mengimbangi keterbatasan dan keterlambatan suplai melalui kereta api."

Kecerdasan Buatan bagi Kereta Masa Depan

03:27

This browser does not support the video element.

Gangguan rantai pasokan dan logistik

Selain industri logam dan kimia, ekonom juga mewanti-wanti terhadap dampak mogok terhadap kelangsungan produksi di industri otomotif. Terutama ekspor kendaraan melalui pelabuhan dalam skala besar membutuhkan transportasi rel.

Penumpukan barang lantaran lumpuhnya transportasi kereta api diyakini juga akan merepotkan pengelola pelabuhan. "Jika di pelabuhan tidak lagi ada tempat untuk menyimpan kontainer, situasinya akan menjadi problematis," kata Puls. Di pelabuhan terbesar Jerman di Hamburg, sebagian besar kontainer diangkut via rel dan hampir mustahil bisa dialihkan ke jalan raya.

"Kita tidak punya jumlah truk yang cukup, bahkan jikapun punya, tidak semuanya bisa dikirimkan ke Hamburg untuk mengeluarkan kontainer dalam jumlah besar, yang selama ini diangkut oleh Deutsche Bahn."

Sebabnya, Michael Grömling, direktur ekonomi makro di Institut Perekonomian Jerman, mengkhawatirkan dampak yang lebih besar. "Dampaknya adalah gangguan pada rantai suplai dan logistik, serta ketidakpastian yang lebih besar," kata dia. "Situasinya terancam semakin meruncing."

rzn/hp

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait