1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

40 Tewas Ditembak di Masjid Selandia Baru

15 Maret 2019

Serangan bersenjata terhadap dua masjid di Christchurch menewaskan setidaknya 40 orang. Pelaku diberitakan menyiarkan langsung penembakan lewat Facebook Live.

Neuseeland Schießerei in Moschee in Christchurch
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Baker

"Jelas bahwa (serangan) ini dapat digambarkan sebagai serangan teroris," kata Perdana Menteri Jacinda Ardern. "Ini salah satu hari paling gelap di Selandia Baru".

"Dari yang kita ketahui, (serangan) itu tampaknya telah direncanakan dengan baik," tambah Ardern. Selain korban tewas juga masih ada puluhan korban lainnya terluka parah.

Pria bersenjata yang menyerang salah satu masjid adalah warga negara kelahiran Australia, kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison di Sydney. Ia digambarkan sebagai "seorang teroris ekstremis, sayap kanan, dan kejam"

Belum diketahui berapa banyak penyerang yang terlibat, tetapi Ardern mengatakan tiga orang telah ditahan.

Video dan dokumen yang beredar online - tetapi tidak secara resmi dikonfirmasi - menampilkan penembak yang menyiarkan serangannya di Facebook Live. Polisi Selandia Baru mendesak pengguna internet untuk tidak menyebarkannya.

Sebuah manifesto juga telah diposting online di akun-akun yang tertaut ke halaman Facebook yang sama, memberi kesan bahwa serangan itu bermotif rasial.

Polisi memperingatkan umat Islam di seluruh negeri untuk tidak mengunjungi masjid "di mana pun di Selandia Baru".

Tim kriket Bangladesh - yang berada di Christchurch untuk pertandingan uji coba melawan Selandia Baru - semuanya lolos tanpa cedera. Seorang juru bicara mengatakan serangan itu terjadi ketika beberapa pemain turun dari bus tim dan akan memasuki masjid.

 "Mereka aman. Tapi mereka sangat terguncang. Kami telah meminta tim untuk tidak keluar dari hotel," katanya kepada kantor berita AFP.

Indonesia mengecam keras aksi penembakan di Masjid Al Noor dan Linwood di Christchurch, Selandia Baru, yang terjadi pada hari Jumat, 15 Maret 2019, sekitar pukul 13:40 (waktu setempat). Demikian menurut siaran pers kementrian luar negeri Indonesia.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Wellington terus memantau perkembangan situasi dan telah mengirimkan tim ke Christchurch untuk berkoordinasi dengan otoritas keamanan, rumah sakit dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) setempat.

"Informasi awal mengatakan bahwa terdapat enam warga negara Indonesia yang berada di masjid tersebut. Tiga warga negara Indonesia berhasil melarikan diri. Sudah bisa melakukan kontak," kata Retno di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2019). KBRI Wellington sudah menerjunkan tim untuk memastikan keselamatan WNI.

Terdapat 331 WNI di Christchurch, termasuk 134 mahasiswa. Jarak Wellington ke Christchurch 440 km. Pemerintah menghimbau agar WNI di Selandia Baru untuk tetap waspada dan berhati-hati.

Bagi keluarga dan kerabat yang membutuhkan informasi lebih lanjut dan bantuan konsuler, dapat menghubungi hotline KBRI Wellington,  +64211950980 dan +64 22 3812 065.

Penembakan massal jarang terjadi di Selandia Baru, yang memperketat undang-undang senjatanya untuk membatasi akses memperoleh senapan semi-otomatis pada tahun 1992, dua tahun setelah seorang pria sakit jiwa menembak mati 13 orang di kota Aramoana.

Namun, siapa pun yang berusia di atas 16 tahun dapat mengajukan permohonan lisensi senjata api standar setelah melakukan kursus keselamatan, yang memungkinkan mereka untuk membeli dan menggunakan senapan tanpa pengawasan.

Christchurch adalah sebuah kota yang relatif kecil di selatan Selandia Baru. Tahun 2011 kota ini menjadi berita utama global ketika dilanda gempa bumi yang mematikan.

vlz/ap (afp,kemlu)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait