1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Protes di Thailand Menyebar

20 Mei 2010

Pemimpin oposisi Baju Merah menyerukan para pendukungnya untuk menghindari kekerasan, dengan mengatakan bahwa "Demokrasi tidak dapat terbangun lewat balas dendam." Namun aksi protes menyebar ke provinsi lain.

Seorang tentara Thailand di depan pusat pertokoan yang hangus terbakarFoto: AP

Kabut asap menyelimuti langit Bangkok. Api-api kebakaran nampak di beberapa gedung. Toko-toko dijarah. Enam mayat tergeletak di luar kuil, dimana di dalamnya ribuan orang melewatkan malam mereka dalam suasana penuh ketegangan.

Seorang biksu di jalanFoto: AP

Tidak mudah meredakan kegelisahan ketika paginya mereka mengambil resiko untuk kembali ke jalan, setelah tentara memberlakukan jam malam untuk meniadakan sisa-sisa kantung perlawanan para pemrotes. Orang-orang berharap situasi dapat kembali normal. Seorang perempuan, Sakorn Kamwongsri mengatakan: „Bahkan meski pemerintahan menggunakan kekerasan untuk mengakhiri protes, setidaknya negeri ini pulih kembali. Saya harap negara ini dapat lebih baik setelahnya.“

Central WorldFoto: AP

Puing-puing gedung yang hangus terlihat di pusat perbelanjaan Central World, sebuah kawasan favorit bagi orang-orang kaya dan wisatawan asing. Semua porak-poranda setelah para pemrotes anti pemerintah meluapkan kemarahannya lewat pembakaran dan penjarahan. Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan sisa-sisa api ke gedung yang tadinya merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara itu.

Lantai dasar gedung bursa saham rusak akibat kebakaran, demikian pula gedung-gedung penting lainnya, termasuk bank-bank dan stasiun televisi.

Tentara juga terlukaFoto: AP

Tentara menurunkan bendera merah yang berkibar di sisa-sisa barikade demonstran, yang dibangun seadanya dari tumpukan ban, bambu dan kawat berduri. Pemerintah menyediakan bus bagi pemrotes untuk kembali ke rumah masing-masing, setelah pemimpin oposisi menyerah. Namun dengan kacaunya situasi di jalan-jalan dimana gedung-gedung terbakar dan orang-orang bersenjata berkeliaran, maka orang tidak yakin dengan keamanan mereka: „Aman apanya? Semalam saja mereka masih menembaki kami, apa itu yang disebut aman? Mereka seharusnya membiarkan kami pergi karena kami tak lakukan apapun. Saya bertanya-tanya kenapa para tentara itu masih berkeliaran?“

Di wihara yang terletak di dalam arena protes, mayat enam pria yang terbunuh semalam dibaringkan di tempat teduh di bawah potret raja yang dihormati. Kaki-kaki mayat itu tak terlindung tikar yang menutupi wajah mereka yang ternoda darah dan tubuh yang penuh luka bekas tembakan.

Suasana Kamis iniFoto: AP

Pihak kepolisian menegaskan terdapat sembilan orang yang tewas di kuil itu. Lokasi itu dianggap sebagai zona aman di arena demonstrasi tersebut, sebelum tentara merangsek dan menembaki orang-orang, didukung dengan kendaraan lapis baja menyerbu arena demonstrasi kemarin. Tentara pemerintah membantah keterlibatan dalam pembunuhan itu dan menuding militan bersenjata sebagai pelakunya.

Pemerintah Thailand memperingatkan militan bersenjata masih berkeliaran di gedung-gedung tinggi di dekat lokasi demonstrasi. Namun arena unjuk rasa menurut pemerintah sudah relatif tenang, polisi dan tentara melakukan pengecekan dan patroli.

Namun konflik kini menyebar ke kawasan pertanian di timur laut Thailand. Empat gedung provinsi dibakar dan belasan ribu pengunjuk rasa kembali berhimpun menyuarakan protes. Demikian keterangan sekretaris kementrian dalam negeri Thailand Manit Wattansen. Kampanye itu digelar untuk melawan status „negara dalam keadaan darurat „ yang diberlakukan oleh pemerintah di 23 provinsi. Aksi protes masih berlangsung di wilayah Lampang dan Chiang Mai.

AP/VZL/afp/dw/rtr/ap

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya