Aksi protes jalanan di Iran, yang dipicu oleh kekhawatiran ekonomi dan kenaikan harga, adalah rangkaian aksi terbesar sejak pemilu presiden 2009. Bagaimana reaksi dunia Arab?
Iklan
Aksi protes di Iran diawali dengan demonstrasi menentang kenaikan harga dan kecemasan tentang situasi ekonomi. Juga protes atas keterlibatan Iran dalam konflik di negara-negara tetangga seperti Suriah. Inilah rangkaian aksi protes yang terbesar sejak pemilu presiden 2009.
Protes itu berawal di kota Marshad, kota kedua terbesar di Iran, lalu meluas ke kota-kota besar lain. Di kota Teheran saja, sekitar 450 demonstran ditahan selama tiga hari terakhir.
Sejumlah Negara Kritik Situasi di Iran
01:41
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah ali Khamenei menyatakan bahwa aksi protes itu sengaja disulut oleh „musuh-musuh Iran di luar negeri" yang sekarang bergabung dan „menggunakan berbagai cara, termasuk dengan uang, senjata dan dinas intelijen untuk mengganggu Republik Islam".
Presiden Iran Hassan Rouhani menerangkan, dia bisa memahami kekecewaan warga mengenai situasi ekonomi mereka.
Reaksi dunia Arab
Pengamat politik Sanam Vakil dari lembaga tangki pemikir Inggris Chatham House mengatakan, kebanyakan pemerintahan di kawasan Arab mencoba meredam pemberitaan dari Iran. Namun jika protes di Iran terus berlangsung, pemberitaan tidak mungkin diredam lagi. Suriah kemungkinan besar akan mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap pemerintah Iran.
Di dunia Arab, peran dan pengaruh Iran dalam beberapa tahun terakhir semakin besar. Rezim di Teheran misalnya mendukung rejim Bashar al-Assad di Suriah, milisi Hisbullah di Lebanon dan pemerintahan Syiah di Irak.
Di kawasan Teluk, semua negara Arab kecuali Qatar mendukung para pemrotes. Mereka berharap aksi-aksi protes itu bisa meredam pengaruh dan ambuisi Iran di luar negeri. Arab Saudi berharap gerakan protes itu akan mengguncang rejim pemerintah.
„Tapi negara-negara di kawasan Teluk harus berhati-hati, karena mereka sendiri melarang dan tidak ingin ada gerakan protes semacam itu muncul di negaranya", kata Sanam Vakil.
Qatar dan Turki mengikuti narasi Iran dan menyatakan, aksi-aksi protes disetir dari luar negeri. Stasiun siaran berbahaya Arab Al Jazeera juga mengikuti narasi ini.
Ghassan al Attiyah, direktur Institute for Development and Democracy mengatakan kepada DW, sulit menjaring opini publik di dunia Arab. Karena di kebanyakan negara Arab diberlakukan sensor atau medianya dikendalikan oleh pemerintah.
Tergantung respons pemerintah
Pemerintah Iran kemungkinan akan berhasil menekan dan meredam aksi-aksi protes aktual. Namun jika masalah-masalah mendasar yang menyulut protes tersebut tidak diselesaikan, maka protes spontan semacam itu akan makin sering terjadi.
„Semuanya sekarang tergantung pada respons pemerintah. Jika pemerintah membungkam protes dengan cara yang sangat represif, mungkin kita akan melihat kesunyian di Iran dalam beberapa tahun ke depan", kata Sanam Vakil.
Namun dia mengingatkan, para pemrotes yang sekarang turun ke jalan dulunya adalah pendukung pemerintah yang kemudian berbalik menentangnya. Bentuk perlawanan seperti ini, kata dia, mungkin bisa ditekan sementara waktu, tapi tidak pernah benar-benar hilang.
Lini Masa Pertikaian Arab Saudi dan Iran
Bukan kali pertama Iran dan Arab Saudi bersitegang. Sepanjang sejarahnya, hubungan kedua negara acap mengalami pasang surut menyusul konflik politik atau agama. Inilah sejarah modern permusuhan dua ideologi dalam Islam
Foto: DW Montage
Damai berbayang kecurigaan
Hubungan Iran dan Arab Saudi baru tumbuh sejak kekuasaan Syah Reza Pahlevi dan Raja Khalid. Kedua negara sebelumnya sering direcoki rasa saling curiga, antara lain karena tindakan Riyadh menutup tempat-tempat ziarah kaum Syiah di Mekkah dan Madinah. Perseteruan yang awalnya berbasis agama itu berubah menjadi politis seiring dengan eskalasi konflik di Timur Tengah dan Revolusi Islam 1979.
Foto: picture alliance/AP Images
Pendekatan usai Revolusi Islam
Raja Khalid sempat melayangkan ucapan selamat kepada Ayatollah Khomeini atas keberhasilan Revolusi Islam 1979. Tapi hubungan kedua negara memburuk menyusul perang Iran-Irak dan kisruh Haji 1987. Puncaknya, Riyadh memutuskan hubungan pada 1987, ketika Khomeini mengecam penguasa Saudi sebagai "Wahabi yang tidak berperikemanusiaan, ibarat belati yang menusuk jantung kaum Muslim dari belakang."
Foto: Getty Images/Afp
Keberpihakan dalam Perang Iran-Irak 1980
Saat berkobar perang Iran-Irak, Arab Saudi sejak dini menyatakan dukungan terhadap rejim Saddam Hussein di Baghdad. Riyadh memberikan dana sumbangan sebesar 25 milyar US Dollar dan mendesak negara-negara Teluk lain untuk ikut mengisi pundi perang buat Irak. Demi menanggung biaya perang, Arab Saudi menggenjot produksi minyak yang kemudian mengakibatkan runtuhnya harga minyak di pasar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Kisruh Haji 1987
Mengikuti ajakan Ayatollah Khomeini, jemaah Iran setiap tahun berdemonstrasi di Mekkah dan Madinah menentang Israel. Tradisi sejak 1981 itu tidak pernah diperkarakan, kecuali pada 1987, ketika polisi memblokade jalan menuju Masjid al-Haram. Akibat bentrokan, 402 jemaah Iran tewas dan 649 luka-luka. Setelah kedutaannya di Teheran diserbu massa, Riyadh memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran.
Foto: farhangnews
Kontroversi program nuklir Iran
Arab Saudi sejak awal menolak program nuklir Teheran. Sikap itu tidak berubah bahkan setelah tercapainya Perjanjian Nuklir di Vienna tahun 2015. Riyadh menilai kesepakatan tersebut "sangat berbahaya." Desakan kepada Iran untuk bekerja sama dengan pengawas nuklir PBB juga disampaikan Saudi pada awal 2023.
Foto: Irna
Pemberontakan Houthi di Yaman, 2004
Hubungan Iran dan Arab Saudi kembali menegang setelah kelompok Syiah Zaidiyah di Yaman mengobarkan pemberontakan. Riyadh menuding Teheran mengompori perang bersaudara dan mencampuri urusan dalam negeri Yaman dengan memasok senjata. Iran sebaliknya menuding Arab Saudi menghkhianati perannya sebagai mediator konflik dengan membombardir minoritas Houthi di utara Yaman.
Foto: picture alliance/Y. Arhab
Perang proksi di Suriah, 2011
Dukungan Iran atas rejim Bashar Assad di Suriah sejak lama dianggap duri dalam daging oleh Arab Saudi. Sejak 2011, Riyadh aktif memasok senjata buat oposisi Sunni di Suriah. Kerajaan di Riyadh juga menjadi yang pertama kali mengecam Assad seputar "tindakan represif pemerintahannya terhadap demonstrasi anti pemerintah," ujar Raja Abdullah saat itu.
Foto: picture-alliance/AP/Vadim Ghirda
Tragedi Mina 2015
Bencana memayungi ibadah Haji 2015 ketika lebih dari 400 jemaah Iran meninggal dunia di terowongan Mina akibat panik massa. Iran menuding pemerintah Arab Saudi ikut bertanggungjawab. Riyadh sebaliknya menyelipkan isu bahwa tragedi itu disebabkan jemaah haji Iran yang tak mau diatur. Kisruh memuncak saat pangeran Arab Saudi, Khalid bin Abdullah, mendesak agar Riyadh melarang masuk jemaah haji Iran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Eksekusi Mati Al-Nimr 2016
Sehari setelah pergantian tahun Arab Saudi mengeksekusi mati 46 terpidana, antara lain Syeikh Nimr al-Nimr, seorang ulama yang aktif membela hak-hak minoritas Syiah yang kerap mengalami represi dan diskriminasi di Arab Saudi. Al-Nimr didakwa terlibat dalam terorisme. Sebagai reaksi Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei melayangkan ancaman, bahwa Saudi akan mendapat "pembalasan tuhan."
Foto: picture alliance/dpa/Y. Arhab
Drama di Lebanon
Pada November 2017 Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri dari Riyadh, Arab Saudi, dan menyalahkan Iran terkait kebuntuan politik di Beirut. Langkah itu diyakini bagian dari manuver Arab Saudi untuk memprovokasi perang antara Iran dan Hizbullah dengan Israel. Saudi dan Iran berebut pengaruh di Lebanon pasca penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Lebanese Official Government/D. Nohra
Narasi damai di awal 2023
Menyusul mediasi Cina, pemerintah Arab Saudi sepakat memulihkan hubungan dengan Ira pada Maret 2023. Kesepakatan tersebut disusul pembukaan kembali relasi dengan Suriah dan perundingan damai dengan pemberontak Houthi di Yaman. Sebelumnya, negara-negara Teluk juga sepakat mengakhiri perpecahan dengan Katar, sekutu dekat Iran di Teluk Persia.