1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Protes Menentang Reformasi Pensiun Perancis

12 Oktober 2010

Reformasi sistem pensiun di Perancis kini memasuki babak final. Kerusuhan sosial mengancam, karena berbagai komponennya sudah eksis.

Aksi protes menentang reformasi sistem pensiun yang diikuti jutaan orang di Perancis.Foto: AP


Reformasi sistem pensiun kontroversial dari presiden Perancis, Nicolas Sarkozy yang telah disetujui oleh Senat memicu aksi pemogokan masal di seluruh negeri. Serikat buruh Perancis mengancam akan memperluas aksi protes.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich dalam tajuknya berkomentar : Serikat buruh mengancam diperluasnya aksi protes, yang antara lain akan berarti terancamnya pemasokan logistik di Perancis. Di saat pemerintahan Fillon dan Sarkozy membela reformasi sistem pensiun sebagai rencana reformasi terpenting dari masa legislatur ini, serikat buruh juga ibaratnya mempertaruhkan segalanya pada satu kartu. Akan tetapi tidak dapat dipastikan, apakah semangat gerakan protes yang hingga kini selalu diikuti rata-rata dua juta orang yang turun ke jalanan, akan tetap bertahan. Akan terlihat, apakah para buruh di Perancis melanjutkan hari-hari pemogokan, dengan mengorbankan upah dan gajinya?. Mobilisasi massa di kota-kota besar tetap seperti sebelumnya, amat mustahil dilaksanakan.

Harian Perancis Liberation yang terbit di Paris berkomentar : Semua orang dapat mengerti bahwa diperlukan korban bagi reformasi. Akan tetapi jauh lebih sulit menerima, bahwa korbannya akan terbagi secara tidak adil. Dengan alasan inilah, kelompok yang menghendaki radikalisasi protes, juga memperoleh gaung yang diharapkan. Namun, mereka juga harus memandang pertentangan sosial ini dari aspek yang lainnya. Mayoritas warga Perancis dengan jelas meyakini, bahwa mereka tidak mau berhenti pada status quo. Dan bahwa reformasi sistem pensiun, apakah yang ini atau yang lainnya, juga amat diperlukan. Dengan satu kata, pemerintah juga harus mengerti, bahwa kompromi adalah penting. Tapi pimpinan serikat buruh juga mengetahui, bahwa mereka tidak boleh menjadi pedagang, yang melakukan tawar menawar ilusi.

Harian ekonomi Perancis Les Echos dalam tajuknya berkomentar : Semakin banyak pelajar dan mahasiswa yang kini ikut dalam demonstrasi. Dan kita harus menyimpulkan semuanya. Bahwa kita hidup dalam sebuah masyarakat, yang memberikan lebih banyak uang untuk mempertahankan tingkat kehidupan warga di atas usia 65 tahun, ketimbang untuk perang melawan kemiskinan warga di bawah 25 tahun. Para remaja itu memang memiliki seribu alasan untuk membangkang. Seribu alasan minus satu, yakni reformasi sistem pensiun. Sebab reformasi ini memiliki satu tujuan, bahwa para remaja itu memperoleh jaminan sebuah sistem, yang seaman dan sesolidaritas seperti yang dinikmati orang tua mereka.

Dan terakhir harian Perancis lainnya L'Est Republicain berkomentar : Dari mana datangnya kemarahan yang memuncak di Perancis?. Semua komponen bagi kerusuhan sosial sudah terhimpun. Sebuah pemerintahan yang tidak populer, sebuah reformasi yang dianggap tidak adil, rakyat yang resah akibat krisis, pengangguran yang amat kronis dan para pelajar serta mahasiswa yang ikut aksi protes. Warga Perancis ibaratanya sakit jiwa. Mereka berjuang untuk mempertahankan model sosialnya. Tapi juga mengetahui bahwa sebuah zaman sudah berakhir. Masyarakat tidak lagi memblokir, mereka sudah lumpuh. Dan untuk depresi kolektif ini, di garis depan para tokoh politiklah yang bertanggung jawab.

AS/AR/dpa/afpd