Gerakan Fridays für Future yang sempat semarak akhir tahun lalu, akhirnya diredam wabah corona. Tapi Greta Thunberg dan para aktivis Jerman tetap aktif menuntut kebijakan iklim yang luas.
Iklan
Kanselir Jerman Angela Merkel hari Kamis (20/8) menerima kunjungan aktivis iklim Swedia Greta Thunberg di Kantor Kekanseliran di Berlin. Greta Thunberg ditemani oleh pentolan Fridays for Future Jerman, Luisa Neubauer.
Greta Thunberg mengatakan dia ingin mendesak Jerman, yang saat ini menjabat sebagai presiden Dewan Eropa, agar mengambil langkah lebih tegas lagi menghadapiperubahan iklim.
"Kita hanya punya sangat sedikit waktu saja, sebelum tujuan 1,5 derajat lepas dari tangan kita”, kata Luisa Neubarer kepada wartawan menjelang pertemuan dengan Merkel. Yang diperlukan sekarang adalah tindakan-tindakan dan cara-cara yang "luar biasa”, tambahnya.
Aktivis iklim: "Berhentilah berpura-pura..”
Mewakili gerakan Fridays for Future, Greta Thunberg membawa sebuah petisi berupa Surat Terbuka yang ditujukan kepada para pemimpin Uni Eropa. Surat Terbuka itu ditandatangani oleh hampir 125.000 orang, dan menuntut antara lain penghentian segera investasi dan subsidi bahan bakar fosil.
Surat Terbuka itu mendesak para pemimpin Uni Eropa agar "berhenti berpura-pura bahwa kita dapat menyelesaikan krisis iklim dan ekologi tanpa memperlakukannya sebagai sebuah krisis."
Fridays for Future juga menyerukan Jerman untuk memajukan tenggat waktu penghentian penggunaan batu bara dari tahun 2038 menjadi tahun 2030, dan mencapai kondisi netral karbon pada tahun 2035, bukan pada tahun 2050 seperti yang direncanakan. Para aktivis menyebut pemerintah Jerman "kurang ambisius” dalam menerapkan kebijakan-kebijakan untuk perlindungan iklim.
Terakhir kali Angela Merkel dan Greta Thunberg bertemu di sela-sela konferensi puncak iklim PBB di New York setahun yang lalu. Ketika itu keduanya berfoto bersama dan terlihat cukup akrab. Namun kemudian Greta Thunberg berpidato di forum PBB dan melayangkan kecaman pedas kepada para pemimpin dunia, termasuk Angela Merkel, dengan teguran: "How dare you..?” (Bagaimana kalian berani..)
Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
Beruang kutub merupakan ikon gerakan lingkungan yang paling terkenal. Namun, pemanasan global mengakibatkan populasi beruang kutub di dunia semakin menurun.
Foto: picture-alliance/dpa/Keystone
Kulit asli beruang kutub
Meski rupa asli beruang kutub sebenarnya berkulit hitam, beruang kutub terlihat berkulit putih karena bulu mereka yang sangat reflektif dan transparan yang tebalnya sekitar 2,5 hingga 5 cm. Bulu beserta lapisan lemak, menjaga mereka agar tetap hangat dalam kondisi dingin di Arktika. Agar tidak tergelincir di es, kaki beruang kutub tertutupi gundukan kecil dan lembut yang menciptakan gesekan.
Beruang kutub mengandalkan lemak untuk bertahan hidup. Sumber makanan utama mereka: anjing laut, yang mereka buru saat musim dingin untuk menyimpan energi selama musim panas dan gugur, ketika buruan menjadi langka. Mereka makan sebanyak 45 kg dalam satu kali santapan. Karena sekarang es mencair lebih awal dan baru mulai terbentuk di akhir tahun, beruang habiskan waktu lebih lama tanpa makanan.
Foto: picture-alliance/Arco Images/H. Schouten
Melahirkan di Salju
Langkanya makanan dapat menyebabkan kelahiran beruang kutub yang tidak sehat dan bayi beruang kutub dapat mati karena kekurangan lemak dari ibu yang menyusui. Beruang betina melahirkan setiap tiga tahun sekali, menggali sarang mereka di awal musim dingin dan menunggu salju untuk menutup pintu masuk sebelum melahirkan. Ibu dan anaknya meninggalkan sarang dan menuju es pada bulan Maret atau April.
Foto: picture alliance/blickwinkel/F. Poelking
Hidup sendiri
Seekor anak beruang kutub akan menghabiskan dua hingga tiga tahun pertama hidupnya bersama ibunya. Selama masa ini, sang ibu akan sangat protektif. Namun akhirnya, sang ibu akan mengusir mereka atau menelantarkan mereka, meninggalkan mereka untuk hidup sendiri. Selain pertemuan singkat selama musim kawin, beruang kutub kemudian akan menghabiskan sebagian besar hidup mereka sendiri.
Foto: Polar Bears International/BJ. Kirschhoffer
Senang tidur siang
Tidak seperti spesies beruang lainnya, beruang kutub tidak berhibernasi. Kecuali beruang kutub yang sedang hamil. Beruang kutub tetap aktif sepanjang musim dingin dengan makanan yang berlimpah. Mereka senang tidur siang setiap kali badai salju melanda. Mereka bahkan dapat berdiam di satu tempat selama berjam-jam walaupun salju menumpuk di sekitar mereka.
Beruang kutub adalah hewan asli Kutub Utara dan dapat ditemukan di Rusia, AS, Norwegia, Greenland, dan Kanada, yang merupakan rumah bagi sekitar dua pertiga populasi dunia. Mereka menghabiskan banyak waktu mereka di laut es dengan berburu dan berkembang biak. Tetapi karena perubahan iklim yang mencairkan es di Kutub Utara, dapat mengancam habitat mereka.
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
Beruang vs. manusia
Dengan hilangnya habitat mereka, beruang kutub semakin banyak berkontak dengan manusia. Orang-orang di sekitar Teluk Hudson, Kanada, dapat bertemu beruang kutub -pemburu yang tidak berpengalaman - dan ibu-ibu dengan anak-anak di tempat penampungan, di mana mereka mencari makanan. Di Churchill, Manitoba, pihak berwenang telah membangun tempat penampungan beruang kutub sebelum akhirnya dipindahkan.
Saat ini ada sekitar 22.000 - 31.000 beruang kutub yang tersisa di alam liar, dan populasinya semakin terancam. Selain hilangnya habitat, mereka juga terancam oleh perburuan yang tidak berkelanjutan dan pengembangan industri, yang meliputi eksplorasi minyak dan gas alam lepas pantai. Diperkirakan jumlah beruang kutub akan menurun lebih dari 30% dalam 30 tahun ke depan.(Ed: fs/rap)
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
8 foto1 | 8
Jerman cukup kaya untuk mengadopsi kebijakan perlindungan iklim
"Kita harus memulai perubahan arah, karena secara ilmiah, tahun 2020 adalah tahun terakhir kita dapat melakukan perubahan hingga benar-benar bisa mencapai target 1,5 derajat,” kata Line Niedeggen, mahasiswa fisika di Universitas Heidelberg dan juru bicara Fridays for Future di Jerman.
Dia mengatakan, Jerman memiliki tanggung jawab untuk memimpin aksi perlindungan iklim. Secara historis Jerman telah menjadi salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Selain itu, Jerman adalah negara yang cukup kaya untuk mengadopsi sistem energi yang lebih bersih.
Pandemi corona memang sempat meredam aksi-aksi Fridays for Future yang marak tahun lalu. Para aktivis sekarang melakukan kegiatannya secara online. Pada 24 April lalu, Fridays for Future menyelenggarakan "aksi mogok digital". Acara mereka disaksikan hampir seperempat juta orang. "Kami tidak secara fisik berdiri bersama, tapi kami semua bertarung bersama," kata Line Niedeggen.