Aktivis Perlindungan Iklim Sedunia Kembali Turun ke Jalan
25 September 2021
Setelah lama terhenti karena pandemi Covid-19, hari Jumat (24/9) ribuan aktivis muda perlindungan iklim kembali memenuhi jalan-jalan dalam aksi massal Fridays for Future. Di Jerman, aksi protes digelar di beberapa kota.
Iklan
Para aktivis perlindungan iklim melaporkan lebih dari 1400 aksi massal di lebih 80 negara yang diikuti oleh ribuan orang, terutama remaja. Fokus utama tahun ini adalah Jerman, yang akan menggelar pemilu pada hari Minggu, 26 September.
Di Jerman saja ada sekitar 450 aksi protes yang didaftarkan ke polisi. Tokoh garis depan perlindungan iklim Greta Thunberg sendiri yang turun langsung ke jalan di pusat kota Berlin, di depan gedung parlemen Jerman, Gedung Reichstag.
Di hadapan ribuan demonstran di Berlin, Greta Thunberg mengatakan bahwa "tidak ada partai politik" di Jerman yang melakukan cukup untuk memerangi krisis iklim. "Ya, kita harus memilih, Anda harus memilih, tetapi ingat bahwa memilih saja tidak akan cukup. Kita harus terus turun ke jalan," serunya.
Kembali ke jalan setelah ada pelonggaran
Sekelompok murid sekolah dasar dalam aksi protes terdengar meneriakkan slogan: "Kami di sini, kami keras, karena Anda menjual masa depan kami!" Sasha yang berusia 10 tahun mengatakan dengan lantang: "Kami tidak ingin dunia hancur dan penuh dengan sampah plastik," kata Sasha, 10 tahun.
Iklan
Aksi unjuk rasa global Fridays for Future telah menjadi acara tahunan sebelum pandemi dan sering digelar bersamaan dengan waktu Sidang Umum PBB di New York. Dua tahun lalu, jutaan orang diperkirakan telah bergabung dengan aksi protes itu. Tahun lalu, di tengah pandemi virus corona, para aktivis menggelar aksi mereka secara online online.
Tahun ini, dengan banyak negara telah mencabut setidaknya beberapa pembatasan virus corona mereka, para aktivis peerlindungan iklim pun kembali memenuhi jalan-jalan di kota-kota besar di seluruh dunia, menuntut pemerintahnya berbuat lebih banyak untuk perlindungan iklim.
Rekor Suhu Terpanas Dunia dalam Sejarah
Entah itu di Lapland, Kanada atau India, suhu musim panas tahun ini lebih panas dari biasa. Bahkan belahan bumi selatan pun merasakan hal ini. Selandia Baru mencatat musim dingin terhangat dalam 100 tahun terakhir.
Foto: BC Wildfire Service/AFP
Lytton, Kanada: Kebakaran dan panas yang ekstrem
Lytton di Kanada mencatat rekor suhu tertinggi pada 2 Juli, hampir 50 derajat Celcius. Beberapa hari kemudian, desa tersebut hangus dilanda kebakaran hutan. Para ahli memperingatkan kubah panas seperti ini akan makin sering terjadi di Amerika Utara, dipicu pemanasan global yang memperlambat "jet stream" di Troposfer. Kondisi panas ekstrem ini dapat berlangsung beberapa pekan.
Foto: BC Wildfire Service/AFP
Kevo, Finlandia: rekor suhu terpanas di Eropa Utara
Ini adalah bulan Juli terpanas di Lapland sejak 1914 dengan suhu tertinggi 33.6℃ di Finlandia Utara. Beberapa bagian Skandinavia juga mengalami kenaikan suhu sekitar 10-15℃ dari biasanya. Ahli meteorologi mengatakan, rekor panas di Eropa Utara ada kaitannya dengan kubah panas di atas Amerika Utara
Foto: Otto Ponto/Lehtikuva/AFP/Getty Images
New Delhi, India: Kematian terkait suhu panas dan musim hujan yang tidak menentu
India juga jauh lebih panas tahun ini. Di awal Juli, ibu kota New Delhi mencatat temperatur 43℃, suhu terpanas dalam 9 tahun terakhir. Awal musim hujan tahun ini juga terlambat sekitar sepekan. India setidaknya telah mendata 6.500 kematian yang berkaitan dengan panas ekstrem sejak 2010.
Siberia juga mengalami panas terik tahun ini, dengan temperatur melebihi 30℃ di bulan Mei, membuat daerah lingkaran Arktik ini lebih hangat dari sebagian daerah Eropa lainnya. Kekeringan dan suhu tinggi memicu kebakaran hutan hebat di daerah Rusia Utara. Dan ibun atau tanah beku abadi alias permafrost mulai mencair, melepaskan CO2 dan metana ke atmosfer
Foto: Thomas Opel
Selandia Baru: Winter yang hangat
Musim dingin di belahan bumi Selatan juga lebih hangat tahun ini. Hastings, Selandia Baru mencatat kenaikan suhu pada 22℃ bulan lalu. Itu adalah Juni terpanas dalam 110 tahun, lapor Badan Meteorologi Nasional (NIWA). Rata-rata kenaikan suhu sekitar 2℃. Musim dingin yang lebih hangat menjadi masalah untuk pertanian dan tentu saja tempat wisata ski.
Foto: kavram/Zoonar/picture alliance
Mexicali, Meksiko: Drama kekeringan
Meksiko mencatat bulan Juni paling panas dengan suhu hingga 51.4℃. Meksiko sedang mengalami kekeringan terburuknya dalam 30 tahun terakhir. Baja California sangat terpengaruh dan sungai Colorado di kawasan itu mulai kering kerontang. Volume air di waduk dekat Meksiko City juga menyusut drastis.
Foto: Fernando Llano/AP/dpa/picture alliance
Ghadames, Libya: Panas gurun di Afrika Utara
Semenanjung Arab dan Afrika Utara juga sangat panas tahun ini. Gurun Sahara mencatat temperatur 50℃ bulan lalu. Sedangkan di barat dari Libya, suhu naik 10 derajat dari suhu normal di bulan Juni, lapor Badan Meteorologi Nasional. Suhu di kota oasis Ghadames naik hingga 46℃ dan di ibu kota Tripoli nyaris mencapai 43℃. (mn/as)
Foto: DW/Valerie Stocker
7 foto1 | 7
Mogok global untuk iklim
Aksi tahun ini berlangsung di bawah motto: "Pemogokan global demi iklim." Kelompok Fridays for Future membagikan foto-foto aksi mereka lewat media sosial, dengan aksi unjuk rasa dari Brasil sampai Filipina, yang digelar secara serentak.
"Para pemogok dari kedua sisi dunia meminta presiden mereka untuk berhenti berbohong dan mengatasi akar krisis iklim," tulis kelompok itu di Twitter.
Aktivis muda dan pekerja nelayan juga menggelar protes di sepanjang Teluk Manila, menuntut tindakan terhadap perubahan iklim dan mencela proyek reklamasi lokal. Mereka membawa plakat dan papan bertuliskan: "Laut naik, kita juga!" dan menyerukan lebih banyak "adaptasi di tengah krisis iklim."