Aktivis Pro Rusia Serbu Markas Polisi di Odessa
5 Mei 2014 Krisis di Ukraina kini menjangkiti wilayah selatan. Minggu (4/5) Kelompok pro Rusia dikabarkan menyerang markas kepolisian di kota Odessa. Pemerintah di Kiev mengecam aksi tersebut dan menuding Rusia sedang menjalankan rencananya "menghancurkan" Ukraina.
Ketegangan yang meningkat di kota pelabuhan terbesar Ukraina itu membuka medan konflik baru antara pemerintahan di Kiev melawan militan pro Moskow. Militer Ukraina sendiri tengah menggelar operasi anti teror untuk membebaskan beberapa kota yang diduduki oleh kelompok separatis.
Sebelumnya api melahap gedung serikat buruh di Odessa dan menyebabkan tewasnya 42 orang, sebagian besar militan pro Rusia, setelah bentrokan dengan kelompok pro Ukraina. Minggu (4/5) polisi membebaskan 67 aktivis pro Rusia untuk menenangkan massa yang mengepung markas kepolisian di Odessa. Satu tahanan dikabarkan terluka oleh tembakan senjata api.
Prahara Odessa
Beberapa wartawan di lokasi mengaku mendengarkan tiga ledakan besar pada Minggu malam. Namun jurubicara pemberontak mengklaim, "pertempuran sudah berakhir."
Perdana Menteri Ukraina, Arseny Yatsenyuk, yang sempat melawat 42 korban kebakaran di Odessa, mengecam "serangan terorganisir terhadap rakyat Ukraina," dan menuding Rusia "mengirimkan orang ke sini untuk membuat kekacauan."
Sebelumnya beberapa ribu demonstran pro Ukraina Minggu sore masih berpatroli di pusat kota Odessa dan lalu berjalan menuju markas kepolisian. Mereka meneriakkan "Odessa tetap Ukraina" dan "Berjayalah Ukraina", seraya kemudian menyanyikan lagu kebangsaan.
Mereka lalu berjalan ke arah gedung serikat buruh untuk mengembalikan bendera Ukraina yang sebelumnya dibakar oleh pendukung Rusia. Moskow sendiri mengakui pihaknya mengirimkan pasukan ke Krimea menjelang aneksasi Maret silam. Namun pemerintahan Putin dan Medvedev menolak bertanggungjawab atas kerusuhan di Ukraina. Rusia sebaliknya menyalahkan Kiev dan negara-negara barat atas situasi pelik di selatan Ukraina.
Harapan di Jalur Diplomasi
Kendati ketegangan memuncak, muncul harapan baru lewat pintu diplomasi. Usai pembicaraan telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan kanselir Jerman Angela Merkel, kedua pihak sepakat pentingnya membangun dialog nasional di Ukraina.
"Putin dan Merkel menegaskan pentingnya tindakan internasional yang efektif dalam meredakan ketegangan di Rusia," tulis Kementrian Luar Negeri di Moskow.
Moskow meminta militer Ukraina menangguhkan operasi militer di timur. Rusia mengklaim kedutaannya di Ukraina mendapat "ribuan" telepon dari masyarakat di sana yang meminta intervensi militer. Selama dua bulan terakhir Rusia menempatkan puluhan ribu pasukannya di perbatasan dengan Ukraina. Putin sendiri mengklaim pihaknya "berhak" melakukan invasi, namun dirinya "berharap" tidak harus melakukannya.
rzn/ab (dpa,rtr,ap)